KEBAJIKAN ( De 德 ) - Ada seorang pemuda pengangguran bernama Tobalik merasa sangat senang saat menerima pekerjaan dari pemilik warung bakso ternama di kotanya.
Pekerjaan yang diterimanya tidaklah sulit. Daging sapi yang masih utuh harus dicincang-cincang menjadi lunak agar dapat dibentuk menjadi gumpalan bakso bulat.
Karena upah yang dijanjikan cukup lumayan, maka Tobalik bertekad untuk bekerja sebaik dan semaksimal mungkin.
Pemilik warung bakso yang baik hati, memberikan sebuah pisau baru yang tajam berukuran sedang sebagai modal bagi Tobalik untuk mulai bekerja.
Target waktu penyelesaian telah ditentukan oleh pemilik warung agar stok bakso tetap terjaga. Dan ini harus benar-benar dipenuhi oleh Tobalik.
Hari pertama bekerja, Tobalik berhasil menghasilkan 25 kg daging cincang. Hasil yang sangat mengagumkan.
Tobalik bergegas mengantarkan daging cincang tersebut kepada pemilik warung. Mendengar hasil kerja yang melebihi target, pemilik warung sangat terkesan dan memberikan pujian setinggi langit.
Pemilik warung : "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu. Selama ini, belum pernah ada yang sanggup menyamai hasil pekerjaanmu. Teruslah bekerja seperti itu."
Tobalik merasa sangat gembira mendengar lontaran pujian dari pemilik warung. Dia termotivasi untuk bekerja lebih tekun lagi.
Keesokan hari, Tobalik mulai kembali bekerja dengan semangat menggebu-gebu dan berupaya menghasilkan daging cincang yang lebih banyak lagi. Namun, apa daya... dia hanya berhasil menghasilkan 20 kg daging cincang.
Hari ketiga, Tobalik bekerja lebih keras lagi, tapi hasilnya tetap tidak memuaskan, dan boleh dikatakan sangat mengecewakan. Semakin hari, semakin sedikit daging cincang yang dihasilkan.
"Sepertinya aku telah gagal dan kehilangan kemampuan serta kekuatanku dalam mencincang daging bakso. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada pemilik warung?" Tobalik berujar dalam hati.
Tobalik merasa malu dan hampir putus asa...
Dengan perasaan malu sambil menundukkan kepala, Tobalik menghadap pemilik warung seraya meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai.
Tobalik mencurahkan segala unek-unek perasaan di hati bahwa sebenarnya dia telah berusaha semaksimal mungkin. Dia tidak mengurangi waktu kerja. Bahkan dalam beberapa hari terakhir, dia menambah waktu lemburnya 3 jam lebih lama. Namun hasil yang diperolehnya malah semakin sedikit. Tobalik tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Pemilik warung mendengar semua keluh kesah dengan senyuman.
Kemudian beliau bertanya kepada Tobalik, "Kapan terakhir kamu mengasah pisau?"
Tobalik : "Mengasah pisau? Saya sama sekali tidak punya waktu untuk itu...! Saya sangat sibuk, setiap hari mencincang daging dari pagi hingga sore tanpa berhenti... Bukankan perbuatan mengasah pisau hanya akan mengurangi waktu kerjaku...?"
Sambil mengangguk-angguk pemilik warung berkata : "Nah, di sinilah pokok permasalahannya. Ingatkah kejadian di hari pertama saat kamu mulai bekerja? Dengan pisau baru dan terasah tajam, kamu berhasil mencincang daging dengan hasil maksimal.."
Pemilik warung melanjutkan : "Hari-hari berikutnya, walaupun menggunakan tenaga yang sama atau lebih dan menambahkan waktu kerja lebih banyak, namun hasilnya tidak maksimal. Ternyata, tanpa kamu sadari, kamu sedang bekerja dengan pisau yang semakin tumpul dan tidak terasah. Akibatnya kamu pasti mengalami kesulitan untuk mencincang daging. Tentunya hasil yang kamu dapatkan juga akan semakin menurun".
Dahi Tobalik mulai berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu. Tak berapa lama dia pun mulai mengangguk-anggukkan kepalanya, menandakan sudah mengerti dengan semua penjelasan yang baru didengarnya.
Pemilik warung berujar kembali : "Oleh karena itu, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah pisaumu, agar setiap hari bisa bekerja dengan tenaga yang sama dengan hasil yang maksimal. Cobalah mengasah pisaumu sekarang juga dan rasakan bedanya...!"
Tobalik menggenggam erat tangan majikannya sambil mengucapkan terima kasih, lantas berlalu dari warung bakso untuk mulai mengasah pisaunya.
Sobatku yang budiman...
Sama seperti Tobalik, setiap hari kita disibukkan dengan aktivitas bekerja (bagi para pegawai, karyawan atau ibu rumah tangga) dan sibuk untuk belajar (bagi para mahasiswa dan pelajar), dari pagi hingga malam hari. Tanpa jeda dan berkesinambungan tanpa henti.
Sesungguhnya kita sudah terjebak dalam pola rutinitas yang kaku dan monoton.
"Mengasah pisau" berarti kita harus menghentikan sejenak rutinitas pekerjaan yang membelenggu hidup, membebani pikiran dan melelahkan tubuh. Bukan untuk berleha-leha, namun semata-mata untuk memulihkan dan menyegarkan kembali kondisi tubuh dan pikiran yang sempat terkuras.
Jangan menyepelekan hal ini, jika tidak ingin tubuh kita mencapai titik "over heated" yang mengharuskan tubuh untuk "bongkar mesin". Selain tidak dapat bekerja dan menghasilkan uang, kita justru harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya pengobatan.
Beberapa kegiatan berikut dapat kita analogikan sebagai kegiatan "mengasah pisau" :
- Tidur adalah "charger" terbaik yang diciptakan Tuhan buat kita. Tidurlah jika telah tiba waktunya untuk beristirahat. Tapi bukan untuk bermalas-malasan.
- Berpikniklah jika pikiran sudah mulai penat dengan segala rutinitas. Tidak perlu yang mewah dan menguras kantong. Kita dapat pergi ke suatu tempat sederhana, yang kita anggap dapat menyegarkan jiwa dan raga. Misalnya : taman, kebun, pedesaan, pegunungan dan sebagainya.
- Membaca, menonton dan berbagai aktifitas positif lainnya, selain untuk menenteramkan diri, juga bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
- Bersilahturahmi dan berkumpul dengan sanak saudara, famili, teman-teman dan sahabat. Bercanda dan bersenda gurau dalam suasana yang penuh keriangan.
- Berserah diri, mendekatkan jiwa dan bercengkerama dengan Sang Maha Penguasa Langit dan Bumi melalui kegiatan spiritual keagamaan.
"Istirahat bukan berarti berhenti selamanya, namun sebagai upaya mempersiapkan bekal spirit dan tenaga untuk menempuh perjalanan hidup yang lebih jauh lagi" Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar