KEBAJIKAN ( De 德 ) - Terkadang secara tidak sadar, kita begitu sering menyepelekan orang lain dan menganggap mereka lebih rendah dari kita.
Baju luar yang dikenakan menjadi tolak ukur bahwa mereka yang berpenampilan kumal dan lusuh, pasti bukanlah orang yang berkelebihan harta. Kita akan dengan mudah mengelompokkan mereka menjadi orang-orang miskin yang memerlukan bantuan orang lain.
Lantas menganggap diri kita berada di aras mereka dan bahkan merasa sebagai orang yang paling pantas menjadi penghuni bumi ini, tanpa mau bercermin apakah memang kita layak berperilaku demikian dan melakukan "penghinaan" kepada mereka.
Tidak jarang, keluar kata-kata yang meremehkan, mengecilkan dan merendahkan harkat dan martabat mereka sebagai kelanjutan dari pandangan awal yang sudah terkontaminasi oleh pikiran negatif. Dan ini, seringkali dilakukan tanpa sadar karena begitu picik dan dangkalnya hati kita.
Jika tidak secara lisan melalui kata-kata, mungkin kita akan menghina, mencaci, mengecilkan, atau menganggap remeh orang lain, melalui gestur dan sikap, gaya bicara, cibiran bibir, gerakan badan, ekspresi wajah atau hanya sekedar menghina mereka di dalam hati.
Betapa sering kita melemparkan uang kecil dari balik lubang pagar rumah kepada para pengemis tanpa pernah mau berhadapan dengan wajahnya karena dianggap dapat membawa kesialan. Atau bahkan melontarkan kata "maaf" sambil berbalik badan dengan mulut menggerutu dan berharap pengemis itu tidak datang kembali di waktu mendatang.
Banyak diantara kita merasa gerah dan tidak betah bila harus berlama-lama bersama dengan mereka yang pakaiannya tidak sebagus yang kita kenakan, mereka yang tidak memiliki kendaraan, mereka yang tidak berpenghasilan sebanyak yang kita peroleh atau mereka yang tidak berpendidikan setinggi yang kita raih saat ini. Kita enggan bergaul dengan mereka dan lebih memilih berteman dengan mereka yang "sepadan" dengan status sosial kita.
Seringkali kita membusungkan dada dan mendongakkan kepala setinggi-tingginya saat menghadapi atau berbicara dengan mereka yang dianggap lebih rendah dari kita, mereka yang berada dalam posisi tidak lebih baik, tidak lebih beruntung, tidak lebih pintar maupun tidak lebih tua dari kita. Menganggap mereka lebih patut untuk menghargai dan menghormati pribadi kita.
Boleh jadi, bibir kita tetap mengembangkan senyum saat berbicara dengan mereka namun senyum itu tentu akan sangat menyakitkan jika mereka mengetahui bahwa hati kita sedang menyepelekan mereka.
Padahal, sesungguhnya manusia yang terlalu sering dihinakan dan dizolimi lebih peka mata batinnya sehingga mereka dapat membedakan dengan jelas, antara keikhlasan, kepalsuan atau kemunafikan.
Sobatku yang budiman...
Janganlah terlalu menilai orang lain dari penampilan, namun hargailah orang dari hatinya dan dari perbuatannya.
Jangan pula selalu menganggap kita adalah orang yang paling hebat, paling benar dan menganggap orang lain lebih buruk dari kita. Jika kita terlalu gampang menilai keburukan orang lain maka sesungguhnya kita juga tidak ada bedanya dengan mereka yang kita anggap lebih buruk.
Seringkali kita tidak bercermin saat mengucapkan kata-kata hinaan kepada orang lain. Atau mungkin cermin milik kita begitu buram dan berdebu karena terlalu lama tersimpan dan jarang digunakan.
Cermin hati yang begitu kotor, akan memburamkan mata hati dari keberadaan malaikat Tuhan yang tersamar melalui mereka yang kita hina. Tuhan pasti tidak rela dan akan marah jika "utusan-Nya" kita perlakukan sedemikian rupa.
Marilah kita membersihkan cermin hati ini. Basuhlah dengan mempertebal keimanan dalam mengagungkan kebesaran Tuhan, sehingga dapat mengikis kesombongan yang bersemayam di dalam hati.
Semaikanlah benih-benih kebajikan dan amal kebaikan sehingga akan menumbuhkan bunga-bunga kebijaksanaan dalam menghormati dan menghargai orang lain.
Sirami dan pupuklah selalu dengan air yang beraromakan puji syukur atas nikmat yang telah diberiksn-Nya, agar tetap berbunga indah dalam kerendahan hati. Siangi dan singkirkanlah bunga-bunga keangkuhan.
Semoga kita semua hidup dalam suasana penuh kebahagiaan. Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar