KEBAJIKAN ( De 德 ) - Seorang ibu merasa heran dengan tingkah laku puterinya, bernama Epel yang berusia 8 tahun. Sudah tiga hari ini, setiap pagi beliau menemukan piring bekas yang terletak di atas meja. Setelah ditelusuri, ternyata Epel selalu menyantap makanan di tengah malam.
Ibunda Epel bertambah heran, karena aktivitas Epel di malam hari, tidak seorangpun yang tahu, termasuk Bik Ijah yang mengurus semua kebersihan rumah.
Untuk menuntaskan rasa keingintahuannya, saat sarapan pagi bersama, ibunda Epel bertanya kepada Epel.
Ibunda Epel : "Mengapa beberapa malam ini kamu selalu makan di tengah malam...?"
Epel : "Saya lapar bu..."
Ibunda Epel : "Mengapa kamu tidak membangunkan Bik Ijah atau ibu, untuk menyiapkan makananmu..?"
Epel : "Ayah, ibu dan Bik Ijah pasti sudah tertidur pulas. Lagipula, saya tidak tega membangunkan semua orang karena semua orang di rumah ini pasti sudah lelah karena bekerja sepanjang hari..."
Ibunda Epel : "Kan tidak apa-apa... Daripada kamu nanti kenapa-napa, misalnya tersundut api kompor atau kena percikan air panas, bukankan ini lebih berbahaya lagi...?"
Epel : "Jangan khawatir bu... Saya mengerti kok, apa yang harus saya lakukan. Saya yang merasa lapar, mengapa pula harus merepotkan orang lain di tengah malam... Kalau di siang hari, Epel mungkin bisa minta bantuan Bik Ijah...."
Kedua orang tua Epel merasa takjub dengan pemikiran puteri semata wayang mereka yang masih belia.
Bik Ijah yang sedang menyiapkan bekal makan siang untuk Epel di sekolah, ikut nimbrung bertanya : "Nak Epel, mengapa kalau malam, selalu makan menggunakan piring, sendok dan gelas plastik milik bibi? Itukan perabotan makan untuk pembantu dan supir?"
Epel : "Gak papa kok... Saya cuma tidak ingin suara piring, sendok dan gelas kaca membangunkan siapapun ketika saya sedang makan di tengah malam...."
Semua orang terkejut mendengar penuturan Epel, seorang bocah yang baru duduk di bangku sekolah dasar. Sebuah pemikiran hebat, yang bahkan sering diabaikan oleh mereka yang sudah dewasa.
Sobatku yang budiman...
Sebuah tindakan sederhana dari Epel, seorang gadis kecil, tanpa disadari telah membuka mata hati kita, bahwa hidup yang kita jalani, sebisa mungkin jangan sampai mengganggu atau merugikan kepentingan orang lain.
Setiap tindakan yang kita lakukan, pasti berpengaruh bagi lingkungan sekitar, bisa berdampak baik maupun buruk. Semua ini bergantung kepada pilihan kita. Sadarilah bahwa kita ini makhluk sosial, makhluk yang pasti membutuhkan orang lain untuk keberlangsungan kehidupan ini. Bukan makhluk yang hidup dalam dunia sendiri.
Apa susahnya, jika kita mau berempati dan peduli dengan orang-orang sekitar? Tidak usah muluk-muluk, cukup dengan "berpikir sebelum melakukan sesuatu" serta memikirkan matang-matang atas dampak dari perbuatan kita.
Hidup kita hebat jika kita sanggup membantu dan meringankan kesusahan orang lain.
Namun, hidup kita akan jauh lebih hebat, jika setiap perbuatan yang kita lakukan, tidak merugikan hidup orang lain, tidak mengganggu kepentingan umum dan yang paling penting, tidak membuat orang lain terluka atau berduka. Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar