|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Sabtu, 29 Oktober 2016

Penurunan Patung Buddha Amitabha Di Tanjung Balai Demi Kedamaian dan Keharmonisan

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Vihara Tri Ratna didirikan sejak tahun 2006 dengan luas bangunan 1.432 meter persegi yang terdiri dari 4 lantai, dibangun dengan IMB yang dikeluarkan oleh Walikota dengan No. 648/237/K/2006, berlokasi di Kota Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara di Jalan Asahan Tanjung Balai, saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat. 

Hal ini karena Patung/Rupang Buddha Amitabha dengan tinggi 6 meter yang berada diatas lantai 4 Vihara yang sudah diresmikan sejak tanggal 8 November 2009 akan diturunkan.

 Proses Penurunan Patung Buddha Amitabha
Proses Penurunan Patung Buddha Amitabha
Proses Penurunan Patung Buddha Amitabha
Proses penurunan Rupang/Patung Amitabha, berlangsung dari siang sampai malam pada hari kamis (27/10) dan akhirnya pada pukul 23.00 wib patung Buddha Amitabha tersebut berhasil diturunkan, diringi dengan hujan, seakan langit turut berduka.

Proses Penurunan Patung Buddha Amitabha
Menurut Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Tanjungbalai, Marolop Mangunsong, kesepakatan penurunan Patung Buddha Amitabha yang berdiri di atas Vihara Tri Ratna, Jalan Asahan, Kota Tanjungbalai, sebenarnya sudah dilakukan sejak 2 Agustus 2010. Akan tetapi, kesepakatan itu tak kunjung direalisasikan. Ditambah lagi, Kepala Kantor Perizinan Terpadu, Burhanuddin membenarkan perihal izin yang dimiliki Vihara Tri Ratna hanyalah izin mendirikan bangunan bukan izin tempat ibadah.

Seperti yang dikutip dari situs online harianandalas.com, Wali Kota Tanjung Balai M Syahrial SH MH bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Tanjung Balai, Ketua FKUB, Ketua MUI serta Ketua Yayasan Vihara Tri Ratna telah menyepakati untuk memindahkan Patung Budha Amitabha di lokasi yang telah ditentukan, Kamis (1/9/2016)

Sesuai surat pernyataan yang dibuat Pek Tjhong Li alias Akun, selaku Ketua Yayasan Vihara Tri Ratna Tanjung Balai mengatakan, demi terciptanya suasana kondusif dan hubungan harmonis di antara umat beragama di Kota Tanjung Balai.

"Karena itu, dengan ini kami (Yayasan Vihara Tri Ratna) menyatakan bersedia memindahkan posisi patung Buddha Amitabha ke tempat yang telah disepakati,"kata Pek Tjhong.

Wali kota menyambut baik dengan telah terwujudnya kesepakatan bersama ini, guna memelihara kondusivitas dan kerukunan antarumat beragama di Kota Tanjung Balai.

"Semoga, hal ini bermanfaat bagi seluruh umat beragama dan saling menjaga kerukunan dan keharmonisan di tengah masyarakat kita,"kata Wali Kota M Syahrial seperti dikutip dari situs tersebut.

Namun, banyak pihak yang curiga kalau kebijakannya ini lebih dikarenakan kepentingan politik semata. Bagi umat Buddha, tindakan walikota ini merupakan tindakan yang tidak bijaksana dan diskriminasi terhadap agama mereka dan tindakan ini juga mengancam prinsip Bhineka Tunggal Ika, persatuan dalam keberagaman.

Seorang Bhante Karma Zopa Gyatsho menulis sebuah status di Facebook terkait hal ini.
Status tersebut menjadi viral karena menyentuh hati banyak orang.

"Beberapa umat Buddha bertanya kepada saya ketika melihat patung Buddha yang terletak di lantai atas sebuah Vihara di kota tanjung balai, asahan, sumatera utara diturunkan: "

"Lama, kenapa rupang(arca/patung) di wihara diturunkan?" 

Saya jawab begini," Tidak apa apa rupang Buddha turun, sing penting welas asihmu terhadap semua makhluk tidak ikut turun, semua makhluk hidup mendambakan kebahagiaan."

"Apabila dengan turun nya patung Buddha bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain, maka bukankah doa khas umat Buddha yaitu "semoga semua makhluk hidup berbahagia" menjadi kenyataan?" Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar