|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 29 Desember 2016

Perilaku Lurus, Jujur dan Adil

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Sejak kecil saya sangat senang dengan ungkapan yang diucapkan oleh orang Tiongkok kuno, “Pejabat mati karena kritik yang ia ucapkan, ksatria mati dalam peperangan”. Tetapi saya tahu dengan jelas tidak peduli seseorang itu mati karena ucapannya atau mati karena peperangan mereka semuanya mutlak membutuhkan watak teguh (tak kenal tunduk).

Jika dibandingkan dengan para ksatria yang mengorbankan diri dalam peperangan, saya rasa menteri-menteri sipil yang berani memberikan kritik nasihat dengan mengabaikan keselamatan diri sendiri adalah jauh lebih sulit dan patut dihargai.

Di medan perang riuh oleh suara adu senjata dan derapan kaki kuda serta pemandangan mayat-mayat yang berserakan dimana-mana, paling tidak itu memberi dorongan semangat pada para ksatria. Sedang kehidupan para menteri yang dikelilingi oleh materi dan kenyamanan hidup, setiap hari mereka sama saja sedang hidup dalam godaan kenikmatan materi. Bila dalam kondisi ini, seseorang masih bisa memberikan kritik teguran tanpa menghiraukan keselamatan diri, ia benar-benar patut diberi acungan jempol. Jika dia tidak memiliki semangat perilaku luhur lurus jujur dan adil serta kesetiaan terhadap negara, ia tidak akan bisa melakukan perbuatan itu.

Setiap kali ketika saya membaca buku sejarah, saya selalu bisa merasakan watak teguh perilaku lurus adil dan jujur dari para pejabat-pejabat militer maupun sipil pada zaman kuno. Sejak kecil saya bertubuh lemah, dan menganggap tabu jika seseorang lemah tidak keras (teguh), saya kira kita harus berjuang meski menjumpai kepungan dan serangan dari musuh yang lebih kuat, tidak menunjukkan bahwa diri kita lemah, walaupun tubuh terkena pukulan berat tidak mengaku kalah.

Juga disebabkan karena pengaruh semangat heroik dalam hati, ketika saya berdiskusi dengan teman-teman tentang kehidupan, saya acapkali mengatakan, “Banyaknya uang yang Anda miliki, masih bisa terhitung. Sepanjang-panjangnya usia Anda, juga ada akhir hayat. Namun dalam kehidupan manusia di dunia, hanya watak teguh yang tidak dapat dinilai harganya.”

Watak teguh itu apa? Watak teguh sama dengan semangat yang luhur dan lurus, adalah perilaku yang tidak berfoya-foya walaupun kaya dan berkedudukan tinggi, berwatak teguh walaupun diri kita miskin dan hina, bersifat tidak mau tunduk pada kekerasan dan watak yang bersikap bersih dan suci.

Jadi sebagai seorang manusia yang mempunyai kepribadian teguh, mutlak tidak seharusnya menundukkan kepala Anda yang agung dan berharga hanya demi uang, beras dan minyak sebagai materi-materi di luar tubuh atau takut dengan kematian.

Dulu ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan impor ekspor di Jepang, teringat perusahaan itu pernah mengajukan kuesioner untuk survei kehendak umum. Terdapat satu pertanyaan: siapakah tokoh-tokoh dalam sejarah yang Anda kagumi? Rekan kerja saya semua menjadi ragu-ragu, tidak tahu harus menulis siapa yang paling sesuai, sedangkan saya tanpa ragu menulis Tao Yuan Ming dan Li Bai (sastrawan). Karena saya beranggapan bahwa dua orang tokoh tersebut adalah sastrawan yang paling berani berperilaku lurus jujur dan bermartabat dalam sejarah Tiongkok kuno.

Keadaan keluarga Tao Yuan Ming sangat miskin, tetapi dia bisa mengundurkan diri dari jabatan sebagai bupati, karena tidak ingin demi sesuap nasi berlutut pada kekuasaan. Li Tai Bai mengangkat gelas minum sepuasnya serta berseru, “Bagaimana bisa mengerutkan dahi bertekuk pinggang untuk mengabdi kepada para penguasa, sehingga membuat wajah kita tidak bisa tampak berseri!” Dia patut disebut sebagai dewa sastra sepanjang masa. Riwayat hidup Li Bai berpindah-pindah diasingkan, karena dia lurus jujur dan bermartabat tidak mau mengabdi kepada penguasa, dia sombong ingin bebas tidak mau terikat atau terkekang, tetapi justru hal-hal inilah sebagai bukti yang kuat jika dia perilakunya lurus, jujur dan bermartabat.

Apakah tujuan Anda sebagai manusia? Makan minum berfoya-foya? Ketenaran nama atau keuntungan? Keluarga yang bahagia dan harmonis? Hanya orang yang berpandangan picik yang bisa berpikir demikian. Sebenarnya jika menggunakan konsep umum untuk berpikir, tujuan sebagai manusia juga tidak mengabaikan beberapa tujuan yang tertulis di atas, tetapi harus kita sadari, umur hidup manusia sangat pendek, bagaikan komet yang mendesing di alam jagad raya ini, sekonyong-konyong dan singkat sekali.

Manusia hidup dalam dunia, tidak mungkin tidak pernah mengalami kesengsaraan atau penderitaan. Jika seseorang ingin dalam hidupnya tidak merasa bersalah atau berdosa, maka orang tersebut harus hidup dengan lurus jujur dan bermartabat, tidak boleh demi materi di luar tubuh kita lalu membuat tulang kita yang asalnya keras menjadi lunak.

Manusia yang lurus jujur dan bermartabat, meski secara material dia sangat miskin hingga tak memiliki apa-apa, namun dirinya juga bisa membuat orang lain bertambah hormat, salut dan kagum kepadanya.

Manusia yang berperilaku lurus jujur dan bermartabat, mereka mengerti benar, tak peduli bagaimana mereka bertindak harus selalu lurus jujur dan bermartabat, tidak akan mendapatkan untung dari kerja orang lain, tidak akan menerima uang atau benda apa pun jika dia tidak berjasa, lebih-lebih tidak akan menukar prinsip dan menjual nuraninya untuk tetap hidup dengan hina di dalam dunia ini.

Wen Tian Xiang, seorang pejabat sipil pada zaman Dinasti Song Selatan, karena gagal melawan rezim Yuan pada saat itu, dia menolak diberi jabatan tinggi dan gaji besar dari Dinasti Yuan, ia menerima segala siksaan dan akhirnya tewas secara heroik.

Pepatah mengatakan, “Menjadi panglima boleh melalui perebutan, namun kemauan orang lain tidak bisa direbut”. Di dalam kitab kuno ditulis bagaimana sikap seorang panglima perang dalam medan laga. Dia pantang mundur di bawah hutan tombak dan hujan panah, bahkan mata pun tidak berkedip, tidak bisa kita pungkiri dia seorang pahlawan. Meski panglima tersebut ada kalanya kalah berperang dan ditangkap musuh, ketika dia dibawa masuk ke markas musuh, sepasang matanya masih menyorot dengan garang, sedikit pun tidak ada rasa takut!

Terhadap pria tulen yang lurus, jujur dan bermartabat ini, biasanya pucuk pimpinan musuh bisa timbul rasa kagum, dia lalu memerintahkan para pengawal untuk keluar ruangan, beranjak turun dari kursi duduk dan melepaskan sendiri pengikat tubuh jenderal musuhnya ini.

Dari contoh ini kita semua bisa melihat, hanya orang yang lurus, jujur dan bermartabat saja, baru bisa mendapatkan simpati dan hormat dari orang awam.

Jadi seorang pria jika tidak bisa lurus, jujur dan bermartabat, maka dia tidak bisa disebut sebagai lelaki tulen. Jadi seorang perempuan jika tidak bisa lurus, jujur dan bermartabat, maka dia tidak bisa disebut sebagai seorang perempuan baik.

Menjadi seorang pejabat sipil jika tidak bisa lurus, jujur dan bermartabat, maka dia hanya bisa disebut sebagai seorang pejabat penjilat yang berkepribadian rendah dan buruk. Menjadi seorang panglima perang jika tidak bisa lurus jujur dan bermartabat maka dia pasti akan menjadi seorang pengecut yang takut mati.

Oleh karena itu, menjadi manusia jika ingin berdiri tegap di antara langit dan bumi, mutlak membutuhkan kelurusan, kejujuran dan martabat sebagai dasar. Kelurusan, kejujuran dan martabat adalah keteguhan iman yang harus ada dalam bersikap dan membawa diri dalam masyarakat. Setelah memiliki kelurusan, kejujuran dan martabat manusia baru bisa berdiri lama di dunia ini. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar