|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 14 Maret 2017

Menyimpan Susu dalam Perut Sapi

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Ada seorang peternak sapi yang bernama Uvewe. Seekor sapi betina dirawatnya dengan sangat baik, sehingga memiliki tubuh sehat dan gemuk dan menghasilkan susu yang banyak.

Uvewe termasuk peternak yang berhasil karena ketekunan dan kepintarannya mencari tahu bagaimana cara merawat sapi dengan baik. Namun, ada satu sifat negatif yang dimilikinya yaitu keangkuhan diri yang terlalu berlebihan.

Uvewe sering meledek dan menghina peternak sapi lainnya. Dia sangat bangga dengan keberhasilannya dalam merawat sapi dengan hasil perahan susu yang jauh lebih baik dan lebih banyak daripada peternak yang lain.

Setiap kali berjumpa dengan peternak lain, Uvewe selalu berkata, "Sapi betina yang kupelihara, dapat menghasilkan susu yang sangat banyak, tidak seorangpun yang dapat menandingiku..."

Ada seorang peternak sapi bernama Opekiu merasa kesal dengan kesombongan Uvewe.

Opekiu menantang Uvewe : "Jika memang sapi peliharaanmu dapat menghasilkan begitu banyak susu, melebihi dari sapi peliharaan kami, kamu harus dapat membuktikan kepada kami..."

Uvewe : "Bagaimana cara saya untuk meyakinkan kalian? Ada ide...?"

Opekiu : "Kami memberimu waktu seminggu untuk menjamu kami dengan susu sapi yang banyak, segar dan nikmat. Ingat, susu sapi terbaikmu harus dapat memuaskan dan mengenyangkan kami semua..."

Uvewe merasa apa yang diminta oleh Opekiu dan teman-temannya bukanlah sesuatu yang sulit untuk direalisasikan.

Dengan rasa percaya diri yang tinggi Uvewe menjawab : "Baiklah, minggu depan kalian semua boleh datang ke rumahku. Kalian pasti terkagum-kagum dengan kehebatan sapi peliharaanku..."

Keesokan paginya, Uvewe mulai memerah sapi dengan penuh semangat. Hasilnya cukup menggembirakan hatinya. Seember susu sapi segar telah tersedia.

Uvewe berencana untuk mememerah sapi setiap hari hingga pada saatnya nanti akan terkumpul 7 ember susu, yang pastinya akan cukup untuk mengenyangkan Opekiu dan teman-temannya.

Namun...

Keesokan harinya, Uvewe mencium aroma yang tidak sedap dari dalam rumahnya. Dia terus mencari asal bau yang cukup menyengat hidung. Ternyata seember susu sapi yang diperahnya semalam telah rusak dan menjadi basi. Di kampungnya belum dialiri oleh listrik, sehingga susu yang telah diperah tidak dapat disimpan di dalam lemari pendingin.

Uvewe berpikir keras, bagaimana cara menyimpan susunya agar tetap segar. Akhirnya Uvewe menemukan sebuah ide yang menurutnya paling cemerlang.

Uvewe berkata dalam hati : "Lebih baik susunya disimpan di dalam perut sapi saja. Lebih aman dan higienis. Masih tersisa waktu 6 hari lagi... Dengan begitu, saya tidak perlu khawatir lagi..."

Dalam kurun waktu 6 hari menjelang pemerahan susu secara besar-besaran dari sapi betina peliharaannya, Uvewe begitu telaten menyediakan rumput segar yang lebih banyak dari biasanya dan pakan ternak sapi paling baik.

Uvewe juga memisahkan anak-anak sapi ke kandang lain yang terpisah dengan induk sapi betina, agar anak-anak sapi itu tidak lagi mengkonsumsi susu induknya.

Pada hari ketujuh, seperti yang dijanjikan kepada Opekiu Uvewe bangun pagi-pagi sekali untuk segera memerah susu. Uvewe bergegas ke kandang sapi dengan membawa enam ember kosong.

Suasana hatinya sedang bergembira, berniat untuk memerah susu sapinya secepat mungkin sebelum Opekiu dan teman-temannya datang. Namun sungguh disayang, setelah berupaya semaksimal mungkin, tiada setetespun susu keluar dari sapinya.

Uvewe tidak menyadari bahwa susu sapi harus diperah setiap hari. Bila tidak, secara alamiah, sapi itu tidak akan memproduksi susu lagi.

Saat Opekiu dan teman-temannya tiba di rumahnya, Uvewe menangis tersedu-sedu mengabarkan berita buruk ini. Opekiu merasa kasihan dengan keadaan sapi Uvewe, walaupun sebelumnya masih diliputi oleh perasaan dongkol, namun Opekiu berusaha menghibur dan membesarkan hati Uvewe.

Opekiu : "Sobatku, jangan menyesali keadaan yang sudah berlalu. Saatnya dirimu memulai kehidupan dari titik nol. Cobalah untuk membesarkan anak-anak sapi yang ada menjadi sapi-sapi betina yang dapat menghasilkan susu yang banyak dan berkualitas baik..."

Sobatku yang budiman...

Cerita di atas sering terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Kesombongan, keteledoran, pembiaran, anggap remeh dan sifat pemaaf.

Ada tiga makna penting yang hendak disampaikan, sebagai berikut:

(1) Selesaikanlah tugas yang ada di depan mata dengan sebaik-baiknya. Jangan menunda-nunda pekerjaan yang dapat dikerjakan saat ini. Kekuatan manusia itu sama seperti susu perahan sapi. Jika hari ini, kita memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu dan tidak digunakan segera, maka kekuatan kita akan terbuang sia-sia. Tidak dapat disimpan di dalam tubuh untuk digunakan di hari yang lain.

(2) Hindari kesombongan yang dapat membuat diri menjadi lemah, takabur dan tidak mawas diri. Tidak jarang, kegagalan yang terjadi, memaksa kita harus memulai kehidupan dari titik nadir terbawah.

(3) Berbesar hatilah terhadap orang yang telah menghina dan mencela kita. Jangan menyimpan dendam apalagi amarah, sebab semua ini hanya akan merusak "bunga-bunga indah kehidupan" yang telah kita tanam. Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar