Orang yang
sungguh-sungguh bijak tidak akan hidup mengikuti bagaimana orang lain
memandang kita, tidak membiarkan orang lain membentuk diri kita sesuai
dengan pandangan mereka; juga tidak akan hidup di antara kekayaan dan
kekuasaan, tidak membiarkan nafsu keserakahan menentukan nasib dirinya.
Mereka
percaya akan keadilan nasib, persesuaian antara kondisi dan waktu, akan
menerima apa yang diperoleh juga akan menyerahkan apa yang diambil
darinya. Saat ini tidak ada, lain waktu akan diperoleh, masa ini tidak
berhasil, akan berhasil pada masa yang akan datang.
Sesungguhnya, perolehan adalah
kehilangan dan kehilangan adalah perolehan, mereka sebuah benda dengan
dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Kehilangan datang menyertai
perolehan, dan perolehan muncul dengan disertai kehilangan, seperti
halnya kehidupan dan kematian yang tidak dapat dipisahkan.
Dengan menikmati kehidupan bebas, lepas tanpa ada kekhawatiran tentang perolehan dan kehilangan, telah menghayati arti perolehan dan kehilangan serta kehidupan dan kematian barulah dapat benar-benar hidup di saat ini. Membiarkan kebahagiaan tidak meninggalkan kita sekejap pun, bukannya hidup pada jalan pengejaran terhadap kebahagiaan.
“Kebahagiaan hanya berada pada sekilas angan-angan manusia atas perolehan dan kehilangan.” Apa itu perolehan? Apa pula yang disebut kehilangan? Banyak orang beranggapan bahwa kekayaan, kesuksesan, beranak-pinak sebagai “Perolehan.”
Ada yang menganggap memperoleh sesuatu yang
menggembirakan, membanggakan dan pujian yang bersifat jangka pendek
sebagai “Perolehan.”
Sedangkan kemiskinan,
kepapaan serta mengalami sesuatu yang tidak diinginkan dan hidup
sebatang kara dianggap “kehilangan,” atau ada juga yang menganggap,
dipersalahkan orang lain dengan tidak sepatutnya, penderitaan dan
perlakuan tidak adil terhadap dirinya sebagai “kehilangan.”
Namun
diluar dugaan, ketika kita mencengkeram erat-erat “perolehan” dan takut
kehilangan maka ketakutan ini bahkan membuat kita lebih berupaya keras
untuk memperolehnya lebih banyak, sehingga apa yang kita cengkeram bukanlah
kebahagiaan, melainkan hanya merupakan pengejaran terhadap dambaan akan
kebahagiaan. Kebahagiaan akan selalu berada di depan kita sebagai
umpan, menarik kita untuk berjerih payah, namun tidak berada dalam
genggaman kita.
Yang benar-benar menguasai hati
kita adalah rasa cemas akan untung rugi pribadi, karena kecemasan
tersebut kita tidak berani menikmati segala apa yang telah kita peroleh.
Kecemasan telah mengusir kepuasan akan kebahagiaan untuk meninggalkan
hati kita, sehingga kedua kaki kita selalu berpijak pada kehampaan,
berjalan dalam ilusi dan tak berdaya menghentikan langkah pada jalan
pengejaran.
Karena
Anda, kekayaan bisa terkumpul dan menguap. Karena Anda, nama besar akan
meningkat juga akan pudar. Saat untung, maka yang diperoleh adalah nama
besar, dan perolehan tersebut bisa dilihat, diraba dan didengar, namun
yang hilang adalah energi dan spirit yang kasat mata.
Di
dunia ini tidak ada yang dapat diperoleh tanpa pengorbanan. Saat rugi,
maka yang hilang adalah nama besar dan perolehan yang nampak dan dapat
diraba, namun yang terkumpul justru keberanian, tekad baja, toleransi
dan keyakinan terhadap kebenaran yang tidak dapat dilihat maupun diraba.
Di
dunia ini juga tidak ada pengorbanan yang tanpa hasil. Pasang surut
samudera tak berbekas, dalam alam semesta yang maha luas ini, manusia
sangatlah kecil tak berarti, kecil tak terlihat, suara berisik yang tak
terdengar dalam hiruk-pikuk, rupa yang tak berbentuk, yang benar-benar
abadi adalah alam semesta. Kekayaan dan nama besar duniawi sungguh tak
terhitung apa-apa dalam alam semesta.
Dengan
demikian kebahagiaan adalah sederhana, diperoleh tanpa perlu
perjuangan, cukup dengan melaksanakan apa yang menjadi kewajiban, tanpa
keletihan akibat pengejaran yang tiada hentinya. Kebahagiaan adalah transparan, tanpa bayang-bayang perolehan,
tanpa helaan napas penuh siksaan dalam mengejarnya, hanya cukup
mengikuti hukum kodrati yang tiada hentinya naik turun, bagaikan perahu
yang sedang berlayar, naik turun mengikuti pasang surutnya air.
Maka kebahagiaan yang sempurna adalah sekalipun seseorang tinggal di
puncak gunung dan dalam hutan belukar yang terisolasi, atau menyelam di
dasar laut biru berteman udang dan kepiting, ataupun hidup dalam
hiruk-pikuknya dunia ramai, berkumpul dengan manusia, dia tidak akan
pernah merasa kesepian dan menyendiri, karena dunia hidup bersama
dengannya!
Spirit dan pikirannya selalu
berkomunikasi dengan segala makhluk, gunung, sungai dan tumbuhan
merupakan teman intimnya, burung dan binatang adalah sahabatnya, bulan
dan bintang-bintang adalah pendampingnya, dan spiritnya ada di kedalaman
alam semesta, bergaung bersama suara-suara alam, menari bersama,
memancarkan cahaya yang penuh kelembutan dan kedamaian yang kokoh dan
mandiri. Kebahagiaan tidak berada dalam keduniawian.
Tidak ada komentar:
Write komentar