Di sebuah kampung yang memiliki sebuah tradisi yang suka melihat fengshui. Ada seorang Suhu fengshui yang selamanya dihormati orang dan disebut sebagai "Dewa pengamat tanah" (Kan Di Xian). Reputasi seorang suhu fengshui bisa tersohor hingga radius puluhan km, orang yang mengundang suhu fengshui mengalir terus dan berdatangan ke rumah.
Sehingga di kampung itu tersiar luas sebuah kisah yang telah berlangsung 20 tahun lebih tentang seorang Kan di xian (baca : gan ti sien) yang kala itu rela melepas order ilmu fengshuinya.
Ketika suatu waktu, ada seorang orang tua yang meninggal dunia. Putranya seorang petani yang lugu dan telah berusia
40 tahunan. Keluarga mereka pada awalnya adalah sebuah keluarga marga besar dan
makam leluhurnya pun cukup besar, maka ia berniat untuk mencarikan ayahnya
sebidang tanah makam yang baik, yang disebut "menghadirkan makam
baru".
Maka dia pun mengundang Kan di xian datang ke rumahnya dan dengan penuh hormat, mempersilakannya masuk ke dalam rumah. Dia menjamunya dengan rokok dan teh yang bermerek. Setelah itu Ia mengatakan, "Orang tua saya
telah berjuang seumur hidup, tanpa sempat menikmati rejeki, hati ini
sungguh risau. Kini beliau telah tiada, bagaimanapun saya hendak mencarikan
tanah makam yang agak baik, agar beliau bisa tentram di alam baka sana,
sekaligus sebagai balas budi dan bakti seorang anak."
Kan di xian adalah seorang kakek kurus yang walaupun sudah berusia 60 tahunan tapi masih semangat. Ketika ia
mendengar perkataan sang petani itu, hatinya agak tersentuh. Selama
puluhan tahun dia telah berpraktek melihat fengshui, sepertinya baru kali ini dia mendengar argumen seperti itu, hanya ingin membahagiakan orang tua yang meninggal di alam baka.
Begitu
banyak putra dan cucu berbakti yang mengundangnya selama ini, yang
diomongkan mereka pasti memohon setelah kepergian orang tua di rumah tetap ada
yang memperdulikan dan agar anak cucu bisa mendapat rejeki melimpah.
Bagi yang
sedang kesulitan keuangan berdalih agar mereka memperoleh perputaran nasib yang
membaik, bagi yang sedang hidup kecukupan memohon kenaikan pangkat dan bagi yang
secara turun temurun hanya punya anak tunggal mereka memohon bisa mempunyai banyak anak cucu. Tetapi hari ini petani ini tidak memohon rezeki
demi anak cucu, sehingga membuatnya timbul respek.
Setelah Kan di xian merenungkan perkataan si petani itu, maka dia agak mengendorkan sikapnya yang biasanya selalu menjaga jarak. Dengan serius, ia pun berkata, "Fengshui
baik atau buruk adalah satu hal sesuatu yang diwariskan oleh leluhur dan
dipastikan terdapat prinsip di dalamnya. Yang paling utama ialah rumah
tangga bisa rukun dan berbuat bajik terhadap orang lain,"
Si petani pun menarik Kan di xian ke samping, lalu ia sendiri mengendap-endap mundur ke ladang jagung. Kan di xian menjadi heran dan menanyainya apa yang terjadi. Ia berbisik, "Kita tunggu sejenak ya, tunggu setelah ia selesai memetik baru kita lewat."
Kan di xian memandanginya
dengan penuh selidik dan si petani berkata, "Begini lho, tanah di depan
itu adalah milik saya, orang yang sedang memetik jagung itu juga
berasal dari desa saya, kalau kita bergegas, ia mana bisa menghindar?
Lain kali mana ia punya muka ketemu saya?"
Kan di xian berkata, "Bukankah ia sedang mencuri jagungmu? Kenapa malah engkau yang bersembunyi..."
Si
petani menyahut, "Bukan mencuri, sama-sama asal satu desa. Ia sangat
miskin, biasanya kami juga tak mampu membantunya, ia memetik beberapa
potong jagung, hitung-hitung sebagai sumbanganlah."
Kan di xian
terkesiap, "Saudara, jika begitu tanah makam kalian saya tidak perlu melihat lagi.
Dengan mengandalkan kebesaran jiwamu ini, kebajikan ini, orang yang
ramah dan baik, ayah Anda mau dikubur dimana saja pasti merupakan sebuah
bidang tanah pusaka fengshui."
Sepertinya Kandixian belum mau berhenti, ia berkata lagi, "Fengshui mengutamakan arah topografi dan kestabilan serta kokohnya kontur tanah, tetapi pusaka fengshui yang paling bagus pun membutuhkan keluarga yang berakhlak barulah layak. Keluarga yang licik, tanah pusaka fengshui yang baikpun bisa sirna. Hati Anda begitu tulus, pasti bisa mengundang fengshui yang baik."
Sama seperti kisah Liu Bei
( pendiri negara Shu di dalam roman klasik Samkok pada abad 3 Masehi )
menunggang De Lu, satu rejeki cukup untuk menekan seratus musibah.
Orang-orang menganggap Liu Bei berejeki besar, tapi mana ada yang tahu bahwa
Liu Bei benar-benar seseorang yang bijaksana? Ada yang mengusulkan
kepadanya agar De Lu, tunggangan tuanya yang merepotkan pemiliknya sendiri
itu disumbangkan saja kepada orang lain. Ketika itu langsung ditolak oleh
Liu Bei."
"Ia
adalah seorang yang berjiwa besar, maka itu tatkala Liu Bei berada dalam
bahaya, kuda itu mampu melayang melompati dan telah menyelamatkan
jiwanya. Liu Bei sanggup mendirikan negeri Shu meski sikon negeri sedang
kalut, seluruhnya berasal dari kebesaran jiwanya."
"Sebetulnya fengshui juga memiliki dalil yang sama, manusia yang sungguh-sungguh baik hati, fengshuinya tidak perlu dilihat. Anda adalah orang baik pertama yang pernah saya jumpai, fengshui untuk ayah Anda tidak perlu dilihat lagi. Kelak bagaimana menjadi manusia, saya perlu belajar dari Anda."
Usai berkata, ia membalikkan tubuh dan pergi tanpa pernah menoleh lagi ke belakang. ( Dan Chen ).
Tidak ada komentar:
Write komentar