Suatu hari ketika ia sedang duduk bermeditasi, ia merasakan kepalanya pusing, lalu ia pun berdiri dan berjalan-jalan ke dalam hutan. Tibalah ia di tepi sebuah kolam bunga teratai, ia melihat bunga-bunga teratai di atas kolam sedang bermekaran, sungguh indah sekali.
Di dalam
hati si kultivator ini timbullah suatu pikiran,”Wah bunga teratai ini
sangat indah, jika saya petik satu tangkai dan saya letakkan di samping
saat bermeditasi, menghirup bau harum dari bunga teratai ini, semangat
saya pasti akan lebih baik!”
Lalu ia
pun membungkukkan badannya, memetik sekuntum bunga teratai di pinggir
kolam. Ketika ia hendak meninggalkan tempat itu, terdengar suara yang
menggema tetapi rendah dan berat. Suara itu berkata, “Siapa itu?
Beraninya mencuri bunga terataiku!”
Kultivator
ini menengok sekeliling, dia tidak melihat siapa pun, terpaksa ia
menengadah menatap langit dan berkata, “Siapakah Anda? Bagaimana Anda
bisa mengatakan bahwa bunga-bunga teratai ini adalah milik Anda?”
“Saya
adalah Dewi Kolam Teratai, bunga teratai yang ada di dalam kolam ini
semua adalah milik saya. Percuma saja anda berkultivasi selama ini, anda
telah mencuri bunga terataiKu. Di dalam hati anda telah muncul pikiran
tamak dan tidak introspeksi diri, tidak mengkritik diri sendiri atau pun
merasa malu, sebaliknya masih beraninya anda mempertanyakan kepemilikan
bunga teratai ini?!”, suara dari langit itu menjawab.
Seketika
di dalam lubuk hati sang kultivator tersebut timbul rasa malu yang amat
mendalam, lalu ia pun bersujud menghadap langit dan berkata, “Dewi
Kolam Teratai! Saya telah memahami kesalahan saya sendiri, mulai saat
ini saya akan sungguh-sungguh membenahi kesalahan saya dan tidak akan
pernah lagi mengambil barang apa pun yang bukan milik saya sendiri.”
Ketika
kultivator itu sedang menyesali perbuatannya itu, ada seseorang yang
berjalan menghampiri kolam itu, dan bergumam, “Lihat! Bunga-bunga
teratai ini bermekaran dengan segar, seharusnya saya memetiknya untuk
dijual di desa, siapa tahu uang yang saya dapatkan nanti dapat menutupi
kekalahan judi saya kemarin!”
Begitu
selesai bergumam orang itu langsung meloncat ke dalam kolam teratai,
kakinya menginjak kesana kemari dan memetik habis semua bunga teratai
yang ada di dalam kolam itu. Daun teratai pun berantakan terinjak-injak
olehnya, dan lumpur di dalam kolam pun teraduk-aduk hingga muncul ke
permukaan.
Kemudian ia membopong seuntai besar bunga teratai dan pergi begitu saja meninggalkan kolam itu sambil tertawa terbahak-bahak.
Kultivator
itu menantikan kehadiran Dewi Kolam Teratai untuk mencegahnya, menegur
atau menghukum orang yang telah memetik bunga teratai tadi, tapi kolam
itu tetap sunyi senyap.
Dengan
penuh keraguan ia kembali menghadap langit dan bertanya, “Dewi Kolam
Teratai! Saya hanya memetik sekuntum bunga teratai dengan penuh
kerendahan hati dan Dewi telah menegur saya dengan keras. Sedangkan
orang yang baru saja datang itu telah memetik semua bunga teratai yang
ada di kolam ini dan telah merusak kolam ini, mengapa Dewi tidak
mengatakan sepatah kata pun?”
Dewi
Kolam Teratai berkata, “Anda adalah seorang kultivator sejati, anda
bagaikan sehelai kain putih, setitik saja noda akan terlihat sangat
jelas, maka dari itu Saya memperingatkan anda, agar dapat segera
membersihkan bagian yang ternoda itu, dan kembali ke kesucian semula.
Orang yang tadi itu, sejatinya adalah seorang berandalan, kotor bagaikan
kain pel, jika dirinya lebih dikotorkan atau dihitamkan lagi pun tidak
akan jauh berbeda dengan keadaannya sekarang. Saya juga tidak akan
membantunya, jadi biarlah dia sendiri yang akan menanggung semua karma
jahat yang diperbuatnya, oleh sebab itu Saya bungkam seribu bahasa.
Anda
jangan menggerutu, anda seharusnya senang, ada kekurangan pada diri
anda yang masih terlihat oleh orang lain dan kemudian membimbing anda
agar dapat mengoreksi diri, ini menandakan bahwa ‘kain’ anda ini masih
putih, masih pantas untuk dicuci dan dibersihkan, hal ini sungguh patut
anda syukuri.” (Wang Genhao )
Tidak ada komentar:
Write komentar