Pria
ditempa dari api, sudah seharusnya hidup dengan gagah berani, santai
tanpa beban.
Jika Anda telah membuat janji, maka seharusnya ‘berlari dalam hujan badai’ (berusaha sekuat tenaga tanpa memikirkan diri sendiri lagi) untuk menepati janji yang telah Anda buat, jika tidak, maka Anda bukanlah seorang pria yang sejati.
Kehidupan manusia hanya sekali, kebenaran dan kepalsuan semuanya ditampakkan di dalam kehidupan yang berlangsung singkat dan hanya sekali ini. Tidak ada benda apa pun yang lebih agung bersih daripada suatu kesetiaan dan kepercayaan yang sejati.
Jika Anda telah membuat janji, maka seharusnya ‘berlari dalam hujan badai’ (berusaha sekuat tenaga tanpa memikirkan diri sendiri lagi) untuk menepati janji yang telah Anda buat, jika tidak, maka Anda bukanlah seorang pria yang sejati.
Kehidupan manusia hanya sekali, kebenaran dan kepalsuan semuanya ditampakkan di dalam kehidupan yang berlangsung singkat dan hanya sekali ini. Tidak ada benda apa pun yang lebih agung bersih daripada suatu kesetiaan dan kepercayaan yang sejati.
Empat ratus tahun sebelum masehi, di Itali ada seorang pemuda bernama Peter yang karena telah melanggar aturan dari raja lalim, maka dia harus dihukum gantung sampai mati. Karena dia adalah seorang anak yang berbakti, dia memohon kepada raja lalim agar mengijinkan dia pulang ke rumah untuk mengatakan selamat tinggal kepada kedua orang tuanya, tetapi permohonannya ini ditolak oleh raja lalim itu.
Dalam
keadaan darurat itu, seorang teman Peter yang bernama Darmond tampil
dengan berani, bersedia menggantikan Peter untuk sementara sebagai
sandera.
Hari
untuk melaksanakan eksekusi telah tiba, waktu itu sedang turun hujan
lebat, akan tetapi masih belum ada kabar berita dari Peter. Semua orang
menertawakan kebodohan Darmond, yang begitu bodohnya dan telah
mempertaruhkan nyawanya untuk menjamin persahabatan.
Waktu
pelaksanaan eksekusi bagi Darmond semakin dekat, orang-orang dengan
tegang mengamati peristiwa yang bakal terjadi. Ketika tali gantung akan
dijeratkan ke leher Darmond, semua penonton yang berada di sekeliling
menahan nafas mereka.
Mendadak dari arah kejauhan terdengar suara teriakan Peter dan terlihat bayangan tubuh Peter yang sedang berlari di dalam hujan badai.
Mendadak dari arah kejauhan terdengar suara teriakan Peter dan terlihat bayangan tubuh Peter yang sedang berlari di dalam hujan badai.
“Tunggu sebentar! Tunggu sebentar! Saya sudah kembali! Saya sudah kembali!” Dia melangkah naik ke panggung tempat pelaksanaan eksekusi, selanjutnya dia dan Darmond saling berpelukan dengan penuh kehangatan.
Kedua
mata Peter berlinangan air mata sedang mulutnya bergumam mengucapkan
rasa terima kasihnya kepada Darmond, serta menyatakan selamat berpisah
untuk selamanya dengan sahabat karibnya itu.
Saat
itu hujan turun semakin lebat, semua orang yang menonton di sekeliling
sana turut meneteskan air mata karena terharu dan di luar dugaan
tiba-tiba terdengar seorang anak muda yang menangis tersedu-sedan.
Para
penonton pada waktu itu secara serempak berteriak dengan keras, “Ampuni
dia! Ampuni dia! Demi suatu kepercayaan yang telah mempertaruhkan hidup
mati, juga demi ketulusan dan keagungan persahabatan mereka.”
Hati
Baginda Raja akhirnya juga luluh dan ikut tersentuh dengan apa yang
dilihatnya. Dengan menyimpang dari kebiasaannya, kali ini baginda raja
telah memberikan pengampunan khusus kepada Peter, serta memberi
pernyataan kepada rakyat, “Saya ingin mempertaruhkan segala apa yang
saya miliki untuk dapat berkenalan dengan teman yang seperti ini!”
Apa
yang disebut sahabat sehidup semati? Peter telah menggunakan ‘berlari
dalam hujan badai’ memberikan penjelasan yang paling bagus. Telah
mengabaikan masalah hidup dan mati, ia telah memandang kesetiaan dan
kepercayaan lebih penting dari pada nyawanya sendiri.
Di
dalam ujian antara hidup dan mati, Peter sebagai manusia biasa telah
melakukan suatu tindakan yang agung. Dia telah menggunakan ketulusan dan
kesetiaannya mencuci bersih ‘kekotoran’ yang sering bercokol di dalam
jiwa setiap manusia.
Orang-orang
sering mengatakan ‘kehidupan ini bagaikan panggung sandiwara’.
Karenanya, mereka lalu menggunakan ungkapan ini sebagai alasan untuk
‘bersandiwara dalam hidup’. Yang pada akhirnya mau tidak mau harus
mengeluh ‘sebuah sandiwara adalah sebuah mimpi’ (tanpa ada yang bisa
dibawa pergi).
Bagi
mereka yang selalu mengingkari janji dan pernah berkhianat kepada
teman, tindakan Peter yang berlari dalam hujan badai ini benar-benar
akan mengingatkan mereka betapa kuatnya ego mereka selama ini.
Dalam
suatu ujian negara, ada sebuah karya tulis dari seorang peserta yang
mendapatkan angka sempurna. Karangannya berjudul ‘Kematian dari kuda Chi
Tu (kuda tunggangan Guan Yu)’. Peserta ini menggunakan kuda tunggangan
Guan Yu yang bernama Chi Tu sebagai perumpamaan dari ‘kesetiaan’.
Dalam
karangannya disebutkan kuda Chi Tu mati demi kesetiaannya terhadap
majikannya. Manusia bisa hidup karena adanya kesetiaan dan kepercayaan.
Mungkin kalimat ini patut kita renungi secara mendalam.
Dia
juga menulis, hewan saja bisa berbuat demikian, mengapa manusia tidak
merasa malu jika tidak bisa bertindak demikian? Kalimat ini sungguh
membuat orang tersentak kaget. Prinsip yang dimengerti oleh hewan,
manusia seharusnya bisa lebih mengerti?
Tidak ada komentar:
Write komentar