|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 15 Juni 2012

Manusia Bisa Hidup Karena Adanya Kesetiaan dan Kepercayaan

 


Pria ditempa dari api, sudah seharusnya hidup dengan gagah berani, santai tanpa beban. 

Jika Anda telah membuat janji, maka seharusnya ‘berlari dalam hujan badai’ (berusaha sekuat tenaga tanpa memikirkan diri sendiri lagi) untuk menepati janji yang telah Anda buat, jika tidak, maka Anda bukanlah seorang pria yang sejati.

Kehidupan manusia hanya sekali, kebenaran dan kepalsuan semuanya ditampakkan di dalam kehidupan yang berlangsung singkat dan hanya sekali ini. Tidak ada benda apa pun yang lebih agung bersih daripada suatu kesetiaan dan kepercayaan yang sejati.

Melihat makin merajarelanya nafsu dan keinginan manusia untuk mendapatkan materi, dalam sanubari sungguh mendambakan suatu keaslian yang murni. Setelah melewati beberapa kali peristiwa sedih dalam masalah kasih, perasaan hati sempat menjadi tandus bagai gurun. 


Empat ratus tahun sebelum masehi, di Itali ada seorang pemuda bernama Peter yang karena telah melanggar aturan dari raja lalim, maka dia harus dihukum gantung sampai mati. Karena dia adalah seorang anak yang berbakti, dia memohon kepada raja lalim agar mengijinkan dia pulang ke rumah untuk mengatakan selamat tinggal kepada kedua orang tuanya, tetapi permohonannya ini ditolak oleh raja lalim itu. 

Dalam keadaan darurat itu, seorang teman Peter yang bernama Darmond tampil dengan berani, bersedia menggantikan Peter untuk sementara sebagai sandera. 
Hari untuk melaksanakan eksekusi telah tiba, waktu itu sedang turun hujan lebat, akan tetapi masih belum ada kabar berita dari Peter. Semua orang menertawakan kebodohan Darmond, yang begitu bodohnya dan telah mempertaruhkan nyawanya untuk menjamin persahabatan.

Waktu pelaksanaan eksekusi bagi Darmond semakin dekat, orang-orang dengan tegang mengamati peristiwa yang bakal terjadi. Ketika tali gantung akan dijeratkan ke leher Darmond, semua penonton yang berada di sekeliling menahan nafas mereka. 

Mendadak dari arah kejauhan terdengar suara teriakan Peter dan terlihat bayangan tubuh Peter yang sedang berlari di dalam hujan badai.


“Tunggu sebentar! Tunggu sebentar! Saya sudah kembali! Saya sudah kembali!” Dia melangkah naik ke panggung tempat pelaksanaan eksekusi, selanjutnya dia dan Darmond saling berpelukan dengan penuh kehangatan. 


Kedua mata Peter berlinangan air mata sedang mulutnya bergumam mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Darmond, serta menyatakan selamat berpisah untuk selamanya dengan sahabat karibnya itu.

Saat itu hujan turun semakin lebat, semua orang yang menonton di sekeliling sana turut meneteskan air mata karena terharu dan di luar dugaan tiba-tiba terdengar seorang anak muda yang menangis tersedu-sedan. 

Para penonton pada waktu itu secara serempak berteriak dengan keras, “Ampuni dia! Ampuni dia! Demi suatu kepercayaan yang telah mempertaruhkan hidup mati, juga demi ketulusan dan keagungan persahabatan mereka.”

Hati Baginda Raja akhirnya juga luluh dan ikut tersentuh dengan apa yang dilihatnya. Dengan menyimpang dari kebiasaannya, kali ini baginda raja telah memberikan pengampunan khusus kepada Peter, serta memberi pernyataan kepada rakyat, “Saya ingin mempertaruhkan segala apa yang saya miliki untuk dapat berkenalan dengan teman yang seperti ini!”

Apa yang disebut sahabat sehidup semati? Peter telah menggunakan ‘berlari dalam hujan badai’ memberikan penjelasan yang paling bagus. Telah mengabaikan masalah hidup dan mati, ia telah memandang kesetiaan dan kepercayaan lebih penting dari pada nyawanya sendiri. 

Di dalam ujian antara hidup dan mati, Peter sebagai manusia biasa telah melakukan suatu tindakan yang agung. Dia telah menggunakan ketulusan dan kesetiaannya mencuci bersih ‘kekotoran’ yang sering bercokol di dalam jiwa setiap manusia.

Orang-orang sering mengatakan ‘kehidupan ini bagaikan panggung sandiwara’. Karenanya, mereka lalu menggunakan ungkapan ini sebagai alasan untuk ‘bersandiwara dalam hidup’. Yang pada akhirnya mau tidak mau harus mengeluh ‘sebuah sandiwara adalah sebuah mimpi’ (tanpa ada yang bisa dibawa pergi).

Bagi mereka yang selalu mengingkari janji dan pernah berkhianat kepada teman, tindakan Peter yang berlari dalam hujan badai ini benar-benar akan mengingatkan mereka betapa kuatnya ego mereka selama ini.

Dalam suatu ujian negara, ada sebuah karya tulis dari seorang peserta yang mendapatkan angka sempurna. Karangannya berjudul ‘Kematian dari kuda Chi Tu (kuda tunggangan Guan Yu)’. Peserta ini menggunakan kuda tunggangan Guan Yu yang bernama Chi Tu sebagai perumpamaan dari ‘kesetiaan’. 

Dalam karangannya disebutkan kuda Chi Tu mati demi kesetiaannya terhadap majikannya. Manusia bisa hidup karena adanya kesetiaan dan kepercayaan. Mungkin kalimat ini patut kita renungi secara mendalam. 

Dia juga menulis, hewan saja bisa berbuat demikian, mengapa manusia tidak merasa malu jika tidak bisa bertindak demikian? Kalimat ini sungguh membuat orang tersentak kaget. Prinsip yang dimengerti oleh hewan, manusia seharusnya bisa lebih mengerti? 

 
Kisah tersebut di atas telah menyentuh hati, juga telah membuat kita memiliki pengertian yang lebih mendalam tentang kesetiaan dan kepercayaan yang terkandung dalam suatu persahabatan.

Tidak ada komentar:
Write komentar