Setelah tidur cukup lama, dia merasa bahwa ada orang
masuk ke dalam rumah, dan jelas sekali bahwa itu bukan suaminya, karena
suaminya telah pergi bertugas dan setiap pulang dia pasti menyalakan
lampu terlebih dahulu, kemudian secara diam-diam baru masuk ke kamar
memeluknya sesaat, baru tidur.
Karena menderita susah tidur jangka panjang, dan tidur merupakan hal yang sangat sulit baginya, maka selalu saja setelah orang-orang telah lama tertidur, dia masih belum juga tidur. Jelas, orang itu mengira bahwa dia sudah tidur.
Karena menderita susah tidur jangka panjang, dan tidur merupakan hal yang sangat sulit baginya, maka selalu saja setelah orang-orang telah lama tertidur, dia masih belum juga tidur. Jelas, orang itu mengira bahwa dia sudah tidur.
Kemudian ia melihat sebuah bayangan, tangannya
memegang sebilah pisau, dan mencari sesuatu. Sesaat itu, dia membuka
matanya lebar-lebar, dalam hatinya timbul rasa tenang yang aneh, sebab
sama sekali tidak boleh berteriak, di sebelah adalah kamar putranya,
sekali teriak, maka ia dan anaknya akan bahaya. Ia melihat pencuri itu
menjulurkan tangan pada kotak perhiasannya, di dalam kotak perhiasan
tersebut ada sepasang gelang giok, yang merupakan emas kawin ketika
neneknya menikah, dan diwariskan secara turun-temurun, kemudian
diwariskan kepadanya, adalah giok miletia yang paling bagus. Meskipun
harganya tidak seberapa, tetapi itu merupakan benda yang paling
disayanginya. Dia terus berdiam diri, sampai perampok itu pergi.
Kemudian,
dia bergegas ke kamar putranya, dan melihat anaknya yang masih tidur,
mengalirlah air matanya, dia merasa bahwa tidak ada yang lebih berharga
daripada putranya. Namun, hal yang tidak diduganya
telah terjadi. Pencuri itu telah tertangkap oleh petugas keamanan
penjaga pintu, ketika dia memanjat tembok untuk melarikan diri. Si
pencuri itu dibawanya ke rumahnya. Di bawah sinar lampu, dia telah
melihat wajah pencuri itu. Sebuah wajah yang sangat belia, di wajahnya
bahkan masih terdapat bulu-bulu halus, usianya mungkin hanya sekitar
lima, enam belasan tahun, ekspresi matanya menampakkan ketakutan.
Penjaga
keamanan bertanya, apakah ini gelang Anda nyonya? Dia menjawab, "Ya".
Petugas itu menjelaskan, maling inilah yang barusan mencurinya. Dia
jelas mengetahuinya, lalu menengadahkan kepalanya menatap pencuri itu
sekilas. Dalam sekilas pandang itu membuatnya menjadi bengong, ekspresi mata pemuda itu meminta, bahkan memohon dengan
sangat dan bahkan putus asa.
Sekilas itu, hatinya
mendadak menjadi lembut. Dia mempunyai keputusan baru. Dia berkata,
"Kalian lepaskanlah dia, dia bukan pencuri dan sepasang gelang giok itu
adalah saya yang memberikan kepadanya." Penjaga keamanan itu merasa
kaget, dan ekspresi mata pemuda itu juga merasa takjub, mengira waktu
berputar kembali, dia tidak pernah mencuri barang milik orang lain.
"Sayalah
yang memberikan kepadanya," nyonya itu mengatakan dengan ikhlas. Pada
saat demikian, dia melihat mata pemuda itu menitikkan air mata. Setelah
petugas itu pergi, sang pemuda segera berlutut, "Bibi, mengapa Anda
menolongku?" Dia tersenyum, dengan nada ringan berkata, "Nak, sebab masa
remajamu lebih berharga dibanding kedua gelang itu, saya ingin
menggunakan kedua gelang itu untuk menebus arah sanubarimu yang tidak
kau temukan. Apalagi, tadi saya sama sekali belum tertidur, karena di
tanganmu memegang pisau, maka saya tidak berteriak, juga dikarenakan
demi keselamatan putraku." Air mata pemuda itu mengalir seperti hujan
deras.
Tidak ada komentar:
Write komentar