|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 22 Juni 2012

Tuluslah Dalam Hidup, Tengoklah ke Belakang Saat Berkerja

 

Di dalam budaya Tiongkok kuno, ketat mematut diri dan toleran pada orang lain merupakan salah satu prinsip seorang pria yang sejati, digunakan untuk mendisiplinkan diri sendiri dan memperlakukan orang lain di masyarakat. 

Ini merupakan manifestasi kebaikan dari seorang manusia sejati. 


Dengan ketat mematut diri adalah karakter yang mulia, mencakup perilaku yang benar dan peningkatan diri. Toleran pada orang lain berarti memiliki hati yang belas kasih dan pemaaf. Maka seorang manusia sejati tahu dengan pasti kapan ia bersimpuh dan kapan ia berdiri dengan tegak. Ketika ia berdiri, kakinya tidak gemetaran dan ketika ia bersimpuh, ia tidak merasa malu dengan wajah yang memerah. 

Dalam sebuah rumah makan seorang pelayan menumpahkan kopi pada sepatu kulit seorang pelanggan tanpa sengaja. Pelayan itu terus menerus meminta maaf pada pelanggannya dengan kaki gemetaran.

Tanpa sepatah kata omelan, si pemilik rumah makan itu mengambil sapu tangannya dan membungkuk untuk membersihkan tumpahan kopi diatas sepatu pelanggannya itu. Ia melakukannya tanpa rasa canggung dan begitu tenang, seperti melayani diri sendiri ataupun keluarganya. Perlakuan itu tidak membuat si pelanggan merasa kikuk maupun si pelayan itu merasa malu.

Selang beberapa tahun kemudian, si pelayan yang menumpahkan kopi itu akhirnya berhasil memiliki rumah makan sendiri. Ia merasa berhutang budi kepada mantan majikan itu atas keberhasilan yang telah dicapainya, melalui insiden yang menimpanya pada waktu itu. Setiap kali teringat akan kejadian tersebut, dengan jelas tergambar di dalam ingatannya bagaimana si majikan itu langsung membungkukkan badannya.

Apabila Anda menyimpulkan dari kejadian itu sebagai siapa yang lebih unggul dan siapa yang pecundang, maka anda keliru.

Tidak ada komentar:
Write komentar