Saling menghormati dan penuh kasih adalah prinsip dasar. Ketika
mendengar orang lain berprestasi, kita senang untuk mereka. Ketika orang
lain melebihi kita, kita belajar dari mereka. Ketika orang lain
membutuhkan bantuan, kita melakukan yang terbaik untuk membantu mereka.
Untuk benar-benar memperlakukan orang lain dengan baik sehingga mereka dapat merasa kita tulus, kita harus murah hati yang merupakan kebalikan dari iri hati.
Orang Tionghoa zaman dahulu dikenal karena menghargai nilai-nilai kebaikan, kedermawanan, dan toleransi. Orang-orang akan malu jika memiliki sifat iri hati.
Ketika orang bijaksana melihat prestasi orang lain, ia akan memuji dan mengagumi dengan tulus, berpikir tentang bagian mana yang mereka melakukannya kurang baik dan belajar untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Hanya orang bodoh yang berpikiran sempit dan egois yang akan muncul kepicikannya karena merasa iri hati akan prestasi orang lain. Mereka khawatir tentang siapa yang akan melebihi mereka hari ini, dan apa yang akan kehilangan besok. Mereka merasa iri ketika orang lain berprestasi. Beberapa orang malah berpikir untuk menjatuhkannya karena rasa iri tersebut.
Mungkin dalam jangka waktu pendek mereka berhasil, namun pada akhirnya, karma buruk akan berbuah dan posisi mereka akan jatuh di hari kemudian. Mereka akan kehilangan semua dukungan dan menerima hukuman, semuanya didasarkan pada prinsip surgawi. Seseorang yang iri hati selalu merasa tidak senang, jika melihat orang lain senang. Ia tidak merasa bahagia kalau orang lain bahagia. Ia merasa kecil hati melihat orang lain sukses.
Orang yang iri hati itu hatinya kerdil, karena ia tidak mau menerima kenyataan dengan lapang dada atau mengakui kesuksesan orang lain, kegembiraan orang lain, kebahagiaan orang lain. Orang iri hati cepat sekali untuk memfitnah orang, menggunjing atau menjelekkan keberhasilan orang lain.
Iri hati adalah emosi negatif yang disebabkan oleh tidak menerima kenyataan bahwa orang lain bisa melebihi kita dalam kualitas karakter, keterampilan, prestasi, atau situasi. Ketika seseorang berbicara buruk kepada orang lain atau melakukan hal-hal untuk menyakiti orang lain dan menjatuhkan nama seseorang karena iri hati, ini menunjukkan kurangnya kebaikan hati seseorang. Hal ini juga hanya akan menciptakan karma untuk diri sendiri, yang akan menghasilkan hukuman.
Ketika Li Yuan menjadi kaisar, dia mengangkat Peiji sebagai tangan kanannya, sangat menghormatinya. Setiap kali duduk di atas tahta, dia selalu menyuruh Peiji duduk disampingnya, dan selalu mendengar nasehat dan taktik yang diajarkan Peiji.
Untuk benar-benar memperlakukan orang lain dengan baik sehingga mereka dapat merasa kita tulus, kita harus murah hati yang merupakan kebalikan dari iri hati.
Orang Tionghoa zaman dahulu dikenal karena menghargai nilai-nilai kebaikan, kedermawanan, dan toleransi. Orang-orang akan malu jika memiliki sifat iri hati.
Ketika orang bijaksana melihat prestasi orang lain, ia akan memuji dan mengagumi dengan tulus, berpikir tentang bagian mana yang mereka melakukannya kurang baik dan belajar untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Hanya orang bodoh yang berpikiran sempit dan egois yang akan muncul kepicikannya karena merasa iri hati akan prestasi orang lain. Mereka khawatir tentang siapa yang akan melebihi mereka hari ini, dan apa yang akan kehilangan besok. Mereka merasa iri ketika orang lain berprestasi. Beberapa orang malah berpikir untuk menjatuhkannya karena rasa iri tersebut.
Mungkin dalam jangka waktu pendek mereka berhasil, namun pada akhirnya, karma buruk akan berbuah dan posisi mereka akan jatuh di hari kemudian. Mereka akan kehilangan semua dukungan dan menerima hukuman, semuanya didasarkan pada prinsip surgawi. Seseorang yang iri hati selalu merasa tidak senang, jika melihat orang lain senang. Ia tidak merasa bahagia kalau orang lain bahagia. Ia merasa kecil hati melihat orang lain sukses.
Orang yang iri hati itu hatinya kerdil, karena ia tidak mau menerima kenyataan dengan lapang dada atau mengakui kesuksesan orang lain, kegembiraan orang lain, kebahagiaan orang lain. Orang iri hati cepat sekali untuk memfitnah orang, menggunjing atau menjelekkan keberhasilan orang lain.
Iri hati adalah emosi negatif yang disebabkan oleh tidak menerima kenyataan bahwa orang lain bisa melebihi kita dalam kualitas karakter, keterampilan, prestasi, atau situasi. Ketika seseorang berbicara buruk kepada orang lain atau melakukan hal-hal untuk menyakiti orang lain dan menjatuhkan nama seseorang karena iri hati, ini menunjukkan kurangnya kebaikan hati seseorang. Hal ini juga hanya akan menciptakan karma untuk diri sendiri, yang akan menghasilkan hukuman.
Ketika Li Yuan menjadi kaisar, dia mengangkat Peiji sebagai tangan kanannya, sangat menghormatinya. Setiap kali duduk di atas tahta, dia selalu menyuruh Peiji duduk disampingnya, dan selalu mendengar nasehat dan taktik yang diajarkan Peiji.
Menteri Departemen Kearsipan, Liu Wenjin (刘文静) (568-619) menganggap dirinya lebih
pintar dari Peiji, dia lah yang berjasa membantu kaisar sewaktu
peperangan, tetapi sekarang kedudukan Peiji lebih tinggi dari dia.
Mengetahui hal itu, maka timbul dendam dalam hati Liu Wenjin, oleh sebab itu
dia selalu mencari kesempatan untuk mempermalukan Peiji di tempat umum.
Dihadapan para menteri yang lain dia selalu mencari kesempatan
untuk menjatuhkan Peiji. Jika Peiji menyampaikan suatu pendapat dan rencana
maka dia akan menghalangi Peiji. Akibatnya permusuhan mereka berdua
semakin hari semakin besar.
Pada suatu ketika Liu Wenjin mengajak adiknya ke rumahnya meminum arak.
Setelah meminum cukup banyak, dia berunding dengan adiknya sambil
berkata, “Kita akan memenggal kepala Peiji.” Perkataan yang dikatakan
Liu Wenjin terdengar oleh selirnya, selirnya yang telah lama menaruh
rasa dendam kepada suaminya karena suaminya lebih menyayangi selir yang
lain, lalu menyampaikan perkataan Liu Wenjin kepada abangnya bahwa Liu
Wenjin ingin memberontak.
Kasus ini sampai ke tempat kaisar sehingga kaisar memerintahkan Peiji dan
panglima perang untuk mengadili Liu Wenjin. Liu Weijin semakin geram dan
berteriak mengatakan ketidak puasannya, " Ketika kita masih di Taiyuan, saya adalah panglima perang yang berperang melawan musuh, kedudukan Peiji hampir sama dengan
saya."
" Tetapi sekarang Peiji adalah Pushe (仆 射) yaitu menjadi tangan kanan kaisar dan memiliki rumah mewah, sementara peringkat saya lebih kecil dari orang lain. Saya harus berbaris timur dan barat, meninggalkan ibu saya di ibukota tanpa tempat untuk menyembunyikan dirinya dari cuaca. Tentu saja di dalam hati saya merasa tidak puas, oleh sebab itu ketika saya meminum arak dan mabuk saya mengeluarkan perasaan frustasi dalam hati saya," katanya.
" Tetapi sekarang Peiji adalah Pushe (仆 射) yaitu menjadi tangan kanan kaisar dan memiliki rumah mewah, sementara peringkat saya lebih kecil dari orang lain. Saya harus berbaris timur dan barat, meninggalkan ibu saya di ibukota tanpa tempat untuk menyembunyikan dirinya dari cuaca. Tentu saja di dalam hati saya merasa tidak puas, oleh sebab itu ketika saya meminum arak dan mabuk saya mengeluarkan perasaan frustasi dalam hati saya," katanya.
“Lalu kaisar
Liyuan berkata kepada para menterinya, “Mendengar perkataan Liu Wenjin,
dia pasti bermaksud memberontak.”
Menteri sekretaris dan beberapa menteri mencoba membantunya berkata,
“Ketika terjadi peperangan, Liu Wenjin telah berjasa kepada negara. Pada
saat itu kedudukan Liu Wenjin dan Peiji hampir sama, sekarang Peiji
menduduki posisi lebih tinggi, sudah pasti Liu Wenjin merasa tidak puas,
ketika mabuk mengucapkan perkataan demikian, kami rasa ini bukan
bermaksud memberontak.”
Peiji berkata, “Liu Wenjin orangnya sangat pintar, tetapi emosinya
tidak stabil, jika mengampuni dia akan berakibat fatal di kemudian
hari.” Setelah mendengar alasan Peiji, kaisar Li Yuan berpikir cukup
lama tetapi akhirnya menerima nasehat dari Peiji dengan menghukum Liu Wenji
dan menyita seluruh kekayaannya.
Walaupun anda ganti judul artikel ini, kami tahu anda jiplak dari erabaru.net juga.
BalasHapus