|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 17 Agustus 2012

Merubah Suasana Menjadi Bahagia

 

Alkisah pada sebuah perkampungan miskin, penduduk kampung itu hidup dalam kemiskinan. Karena penduduk kampung ini sangat malas, tidak ada yang mau bekerja mencari nafkah, sehingga mereka miskin sampai tidak memiliki makanan.
Untuk makan sehari-hari saja mereka tidak bisa mencukupi, sehingga anak-anak di perkampungan ini kekurangan gizi dan selalu kelihatan lesu.

Pada suatu hari, ada seorang kakek yang pipi kirinya ditumbuhi daging sambil meniup seruling mendatangi kerumunan anak-anak yang lesu tersebut. “Anak-anak bersemangatlah, ikuti kakek menari!”

Kakek tersebut dengan muka yang ramah tersenyum berkata sambil menari riang. Melihat keriangan kakek tersebut anak-anak jadi bersemangat dan ikut menari, mereka menari dengan gembira sekali, kemudian datang seorang kakek yang pipi kanannya ditumbuhi daging, dengan marah dan nafas tersengal-sengal dia berteriak : “Semua berhenti, kalian menari dan tertawa-tawa, berisik, semua berhenti!”

Kakek yang pipi kanannya ditumbuhi daging sambil menarik tangan anaknya dengan marah pulang ke rumahnya.

“Aduh, sayang sekali dengan susah payah aku membuat anak-anak ini gembira dan bersemangat sebentar, engkau membuyarkan semangat anak-anak ini!” kata kakek yang baik itu. Apa boleh buat terpaksa kakek tersebut menari sendirian sambil menari dia naik ke gunung, melihat tariannya rubah dan kelinci kecil di hutan juga ikut menari.

Rubah kecil sambil memukul perutnya “tung ! tung ! tung !” kelinci kecil dan kera saling bergandengan tangan menari dengan gembira.

Pada saat mereka menari dengan gembira tiba-tiba turun hujan deras, membuat mereka semua berlarian ke sarang mereka masing-masing untuk berteduh, kakek tersebut juga mencari tempat berteduh kebetulan ada pohon yang berlubang. Sambil menunggu hujan berhenti, kakek tersebut tertidur.

Dia terbangun saat sudah tengah malam, dia mendengar suara hiruk pikuk di luar dan merasa heran, sehingga dia mengintip ke luar. Dia merasa sangat terkejut.

Dia melihat sekelompok monster duduk mengelilingi api unggun, dia sangat terkejut dan ketakutan. Dia melihat seorang monster yang paling besar duduk di tengah-tengah dan seorang monster yang bermuka merah dan hijau dengan hormat mempersembahkan anggur kepada monster besar tersebut. “Hari ini kita berbahagia, mari kita bersulang !”

Kakek tersebut mendengarkan percakapan mereka. Anak buah monster tersebut mulai meniup seruling, memukul genderang, ketua monster tersebut berkata:

“Menarilah!” mendengar teriakan ketuanya, monster muka hijau mulai menari, tetapi melihat tariannya ketuanya berteriak “Sungguh bodoh, tarian apa ini !” dan memukul kepala monster muka hijau, monster muka hijau dengan ketakutan lari kembali ke tempat duduknya.

“Baiklah, berikutnya siapa yang mau menari lagi?” teriak ketua mereka, anak buahnya dengan bertepuk tangan menyemangati orang yang hendak ke luar menari, tetapi tidak ada seorangpun berani maju.

Kakek melihat semua kejadian tersebut dengan jelas, walaupun ketakutan melihat kejadian tersebut, tetapi mendengar suara seruling dan genderang yang merdu, dengan tidak sadar kakek tersebut mulai menari dengan riangnya. “La….La….La…La“ sambil menyanyi dan menari kakek tersebut tidak teringat lagi kepada ketakutannya.

Kakek tersebut terus menari dengan gerakan yang indah sehingga monster-monster tersebut jadi terpesona. Mereka terpesona dan dengan gembira mereka semua bertepuk tangan untuk kakek ini.

Kakek tersebut menari, bernyanyi dan sambil meminum anggur dengan para monster tersebut dengan gembira, akhirnya ketua monster juga menjadi senang.

Mereka mengikuti kakek tersebut menari mereka membuat sebuah lingkaran yang besar sambil menari dengan gembira. “ha…ha…ha…ha !” ketua monster tersebut tertawa, “aku belum pernah melalui hari yang segembira hari ini, ayo menari terus pada hari yang berbahagia ini!”

Para monster dan kakek tersebut lupa waktu menari terus, fajar mulai menyingsing dari hutan terdengar suara:  “Kuku ruyuk”  terdengar suara ayam yang menandakan hari telah pagi. Pada saat ini para monster tersadar dan berteriak “Oh ya, celaka fajar sudah menyingsing kita harus segera menghilang.” Para monster tersebut sudah bersiap-siap menghilang.

“Kakek tua, sudah menyusahkan engkau, kami semua sangat gembira kalau bisa nanti malam engkau bisa datang lagi kita bisa menari bersama-sama lagi.” kata ketua monster tersebut.

“Baiklah, nanti malam aku pasti datang menepati janji” tetapi ketua monster kurang percaya kepada janji kakek tersebut dan berkata: “Jika engkau tidak datang, kami pasti tidak bisa menari dan meminum anggur dengan gembira, supaya engkau dapat menepati janjimu, engkau harus meninggalkan sebuah benda berharga dari badan engkau sebagai jaminan akan menepati janjimu.”

“Barang! barang berharga apa ya?” kakek tersebut berpikir dan “Oh ya! barang berharga aku ! Daging yang tumbuh dipipi kiriku adalah barang berharga! Ambillah!” Akhirnya monster tersebut dengan sekuat tenaganya menarik daging yang tumbuh di pipi kiri kakek tersebut. “Ini, aku juga kasih barang berharga untuk engkau” kata ketua monster tersebut.

Ketua monster tersebut dari dadanya mengeluarkan sebuah bungkusan yang berisi emas dan memberikannya kepada kakek ini. Karena dia melihat ketulusan dan kebaikan kakek ini, maka dia memberikan hadiah berharga tersebut kepada kakek ini.

Kakek yang baik hati ini setelah menerima hadiah, sambil menunduk mengucapkan terima kasih. Beberapa saat kemudian ketika dia mengangkat kepalanya dia melihat para monster tersebut telah menghilang, kakek merasa badannya menjadi ringan setelah memberikan daging tumbuh di pipinya kepada monster, maka dengan gembira dia membawa bungkusan yang berisi emas pulang ke kampungnya.

Akhirnya, kakek yang baik hati ini sampai di kampungnya, dia membagi-bagikan emas tersebut kepada penduduk kampung, dan berpesan kepada mereka harus rajin bekerja supaya tidak kelaparan. Melihat kebaikan kakek tersebut orang kampung menjadi sadar, dan semua mulai bekerja. Kakek berpesan kepada mereka, “Mulai saat ini kalian harus rajin menanam padi, supaya panen dapat berhasil dan kalian semua tidak kelaparan lagi.”

Tetapi, pada saat ini adalah seseorang yang sangat tidak senang yaitu kakek yang pipi kanannya ditumbuhi daging, dalam hati dia sangat marah dan cemburu melihat daging di pipi kiri kakek tersebut telah lenyap.
“Sekarang, di kampung ini hanya aku yang punya pipi ditumbuhi daging”

Dalam hatinya sangat geram dan marah. Setelah mendengar cerita kakek tersebut tentang perjanjian dengan para monster. “Malam ini aku menggantikan Anda pergi menemui para monster.” katanya.

Pada malam harinya, ia berangkat ke hutan, menuju ke tempat yang diceritakan kakek yang baik hati. Mencari pohon yang berlubang besar, kemudian dia dengan sabar menunggu sampai tengah malam, setelah tengah malam, tiba–tiba dia melihat terdapat api unggun dan para monster bermunculan berkumpul mengeliling api.

Tidak berapa lama kemudian, terdengar suara mereka bercanda dan tertawa gembira pestapun segera dimulai. Para monster mulai meniup seruling, memukul genderang dan menepuk tangan menandakan pesta dimulai.

“Pesta segera dimulai! “ teriak ketua monster tersebut, kakek dalam lubang mendengar teriakan tersebut segera membungkus kepalanya dengan kain, sambil mengerakan kaki dan tangannya dengan kaku menari ke luar dari lubang, gerakan tariannya sangat kaku dan jelek.

“Berhenti! Berhenti! Melihat gerakan tarianmu yang begitu kaku dan jelek, membuat kami kehilangan selera berpesta dan anggur menjadi tidak enak, sungguh jelek!” ketua monster tersebut berteriak dengan marah sambil menghentikan gerakan tarian kakek yang kaku tersebut. “Nih! Kukembalikan barang jelek ini padamu, dan jangan sekali-kali muncul di depan kami lagi.”

Dengan sangat marah ketua monster berteriak kepada kakek yang jahat ini sambil melemparkan daging pipi kakek yang baik hati ke pipi sebelah kiri kakek yang jahat ini. “Cepat kamu pergi!” teriak ketua monster sambil menyepak pantat kakek jahat ini sampai menggelinding turun dari gunung.

Sekarang kedua pipinya ditumbuhi daging dan kepalanya juga benjol-benjol karena menggelinding dari atas gunung, dia sangat menyesal karena memang tidak bisa menari, dan karena ketamakan hatinya maka dia menjadi seperti ini, dia sangat malu dengan perbuatannya.

Walaupun kakek jahat ini merasa sangat menyesal asal perbuatannya, tetapi semua kejadian tidak dapat diulang lagi, maka dengan sembunyi-sembunyi dia lari pulang ke rumahnya takut bertemu dengan para penduduk kampung dia menyembunyikan dirinya di dalam rumah.

Kakek yang baik hati mengetahui kejadian yang menimpa dia, datang berkunjung sambil membawa nasi dan lauk pauk. “Aku sangat menyesal! Karena semua kejadian aku yang memulai membuat engkau sangat menderita, maafkan aku ya!” kata kakek yang baik hati ini.

Ketika kakek yang jahat mendengar kakek yang baik berkata demikian, dalam hati dia merasa sangat malu dan menyesal, karena dia sudah benar-benar kelaparan, dengan melahap nasi dan lauk pauk yang dibawa oleh kakek yang baik hati ini.

Kejadian aneh terjadi ketika dia melahap makanan tersebut dia merasakan daging di pipi kanannya terlepas dari pipinya, dan ketika dia melahap makanan kedua kalinya dia merasakan daging di pipi kirinya juga sudah terlepas. Kakek yang baik hati setelah melihat kejadian ajaib ini juga sangat gembira.

Setelah kejadian ini kakek yang jahat tersebut mulai sadar, sejak itu dia berubah menjadi tidak tamak dan tidak iri hati kepada orang lain dan mulai ramah terhadap setiap orang dan rajin bekerja, sehingga dia berubah menjadi seorang yang bahagia.

Demikian juga penduduk kampung ini yang semula sangat malas berubah menjadi rajin dan ramah sehingga seluruh kehidupan penduduk kampung ini berubah menjadi makmur dan berbahagia selalu.

Tidak ada komentar:
Write komentar