Bagi orang yang benar-benar memahami prinsip “sedikit
menyelidiki kesalahan, banyak melihat sisi baik”.
Maka akan terhindar dari kekurangan dan menebar keunggulan, malah akan menemukan, ternyata kekurangan itu juga bisa membawakan keindahan.
Maka akan terhindar dari kekurangan dan menebar keunggulan, malah akan menemukan, ternyata kekurangan itu juga bisa membawakan keindahan.
Dalam kehidupan ini, "Jika orang
mengejar kesempurnaan maka ditakdirkan dia akan mendapatkan lebih banyak
kesengsaraan ! "
Kehidupan
memiliki kemungkinan yang tidak terbatas, masa depan dari setiap insan,
patut dikelola dan didambakan. Jika ada kesempatan pasti harus berbagi
dengan teman-teman tentang pemahaman ini. Berada dalam dunia yang tidak
sempurna ini, kita hanya bisa menerima, dan dengan berani menghadapi
semua permasalahan, berusaha sekuat tenaga untuk mengejar dunia yang
lebih baik. Ingatlah, kesempurnaan adalah kepuasan terhadap ketidak
sempurnaan!
Menyelidiki kesalahan, mempunyai makna
agak sedikit keras dan tidak mau berkompromi, juga ada sedikit rasa
menuntut dan cerewet. Ketika mekanisme ini mulai digerakkan, dua belah
pihak secara tidak terasa akan masuk ke dalam suasana tegang, saling
kuatir karena sangsi, saling mencurigai, akhirnya timbul rasa saling
membenci, menyebabkan dua pihak sama-sama tidak senang.
Sangat
nyata, saya juga mempunyai penyakit seperti ini, lebih-lebih terhadap
keluarga yang paling dekat, dan murid-murid yang sering berhubungan,
karena hati menuntut menjadi baik terlalu tergesa-gesa, serta kacau
pikiran jika berhubungan dengan diri sendiri. Maka, sangat mudah sekali
terjerumus ke dalam keadaan seperti itu tanpa disadari.
Menyelidiki
kesalahan orang lain, secara permukaan seperti sedang membedakan dengan
jelas antara benar dan salah, membenarkan segala kekacauan. Namun jika
ditelusuri hingga akar permasalahannya, kebanyakan karena bersikukuh
atas pendapat diri kita sendiri, melindungi konsep diri kita sendiri.
Ada
sebuah kisah yang menceritakan setiap orang ketika dilahirkan, Dewa akan
memberikannya dua buah kantong, yang satu digantungkan di dada, khusus
untuk menampung kesalahan orang lain. Kantong yang satu lagi tergantung
di belakang punggung, digunakan untuk mengisi kesalahan diri sendiri.
Oleh
karena itu, terhadap kesalahan yang dibuat orang lain, acapkali kita
akan melihatnya dengan sangat jelas bagaikan menghitung harta kita
sendiri, sedangkan terhadap kesalahan diri sendiri, acapkali diabaikan
bagai tidak terlihat. Karena itu yang terlihat selalu kesalahan orang
lain, yang selalu terisi kantong di depan dada kita, malah tidak tahu
mungkin kantong di belakang punggung kita sudah terisi penuh!
Dalam
pekerjaan dan pergaulan dalam masyarakat, apakah kita sering melihat
kesalahan kecil yang dibuat oleh orang lain, tetapi terhadap segala
perbuatan dan tingkah laku diri sendiri sama sekali tidak diperiksa?
Apakah terhadap kevulgaran dan kelemahan orang lain, sering kali tidak
bisa melepaskannya, akan tetapi terhadap kesalahan diri sendiri yang
keterlaluan itu, memiliki berbagi macam alasan dan penjelasan?
Hambatan
yang paling besar dari kemajuan, bukan datang dari orang lain, justru
datang dari diri sendiri. Ada sepatah kalimat dalam Alkitab yang patut
kita buat referensi. “Kalian jangan menyimpulkan orang lain, jangan
sampai kalian disimpulkan, karena bagaimana kalian menyimpulkan orang
lain, juga akan bagaimana pula disimpulkan. Kalian mengunakan alat ukur
apa untuk mengukur orang lain, kalian juga pasti akan diukur dengan alat
ukur apa. Mengapa nampak dalam mata saudara kita ada duri, tetapi tidak
berpikir dalam mata kita mungkin ada balok kayu besar?"
Menyelidiki
kesalahan, kelewat kritis untuk menuntut kesempurnaan, adalah semacam
semangat penggerak, tetapi jika tekanan yang terjadi karena terlalu
keterikatan dan memihak, belum tentu bisa diterima oleh setiap orang.
Kalau begitu, bagaimana harus diuraikan? Seharusnya adalah “sedikit
menyelidiki kesalahan, banyak melihat sisi baik”. Sedangkan “melihat
sisi baik” itu merupakan suatu kebaikan, suatu kemurahan hati, suatu
komunikasi, suatu pengertian, suatu pemberian, suatu pujian dan
menyelamati.
Kagum
terhadap orang lain adalah sejenis taraf dan keindahan akhlak, bagaikan
sebuah lampu terang, bukan hanya menyinari orang lain, juga menyinari
diri sendiri. Bacon seorang filosof dari Inggris berkata, “Dalam hati
pengagum ada sinar mentari pagi, butiran embun dan bunga yang bermekaran
sepanjang tahun. Orang yang mengabaikan, dalam hatinya bagaikan es
batu, kering kerontang bagaikan hutan yang gundul.”
Acapkali
hanya dengan mengubah satu pikiran, dengan cepat masalah akan segera
berubah.
Tidak ada komentar:
Write komentar