|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Sabtu, 25 Agustus 2012

Penemu Teori Demam Musiman Dr. Ye Thianshi

 

Dr. Ye Tianshi ( 叶天士 ) lahir tahun 1667 dan meninggal tahun 1746 pada usia 79 tahun adalah seorang dokter terkenal dari Dinasti Qing dari Wuxian County Provinsi Jiangsu. Di bawah pengaruh kakeknya Zifan dan ayah Yangsheng, keduanya memiliki perintah ahli kedokteran, Ye Tianshi akumulasi kekayaan pengetahuan medis dan menjadi seorang dokter terkenal.  

Sebagai seorang anak, Ye Tianshi gemar belajar dan belajar di bawah 17 guru di berbagai waktu. Ye Tianshi adalah ahli dalam menyembuhkan demam epidemi dan penyakit akut seperti kolera, sengatan matahari, cacar dll. 

Dia adalah seorang ahli medis tersohor dalam sejarah China pertama yang menemukan demam berdarah. Dia membuat prestasi yang luar biasa dalam studi penyakit demam epidemi. Teori-teorinya tentang penyakit demam musiman sangat membantu para dokter pengobatan China moderen serta para ahli dalam menangani wabah SARS yang terjadi beberapa tahun yang lalu.  

Dr. Ye telah menegaskan secara jelas bahwa penyakit mampu menyebabkan suatu wabah, seperti jenis penyakit demam musiman. Hal ini akan membantu orang-orang memahami lebih jelas mengenai penyakit demam sehingga mereka dapat mengidentifikasi cara yang lebih baik untuk menanganinya.

Dr. Ye dilahirkan dalam sebuah keluarga dokter pengobatan China. Kakek dan ayahnya merupakan dokter yang terkenal pada masa itu. Dia mulai belajar pengobatan China dari ayahnya ketika berusia 12 tahun. Ayah dr. Ye   meninggal saat dirinya berusia 14 tahun. Dia kemudian melanjutkan studi kedokteran dengan Mr. Zhu, salah seorang murid ayahnya. 

Dr. Ye sangat cerdas sehingga ia dapat dengan cepat mempelajari segala sesuatu yang diajarkan Mr. Zhu kepadanya. Setelah itu, dr. Ye mulai mencari dokter ahli di mana dia bisa belajar lebih banyak. Dalam 10 tahun, ia telah mendapatkan pelajaran dari 17 guru. Dikarenakan ia dapat belajar dengan baik dan mampu mengimplementasikan apa yang ia pelajari dalam praktek, kemampuan medisnya semakin lama semakin maju, hal ini membuatnya menjadi salah satu dokter tersohor pada masa itu.

Meskipun dr. Ye adalah dokter yang sangat terkenal, ia selalu menjaga kepribadiannya yang rendah hati dan kebiasaan belajarnya yang baik. Setiap hari ia meneliti teks-teks kedokteran kuno dan dengan tulus hati mengajarkannya pada orang yang datang untuk berguru kepadanya. Selain itu, ia juga selalu bersedia untuk belajar dari dokter lain yang diperkirakan memiliki keahlian medis yang lebih baik daripadanya. Kalau ia mende-ngar ada dokter yang seperti ini, ia akan berusaha untuk bisa belajar dari guru yang hebat itu.

Ada banyak legenda tentang pencarian dr. Ye dalam mempelajari sebanyak mungkin pengetahuan tentang obat-obatan. Berikut adalah dua kisahnya yang menarik.

Dr. Ye punya seorang pasien yang diperkirakan tidak dapat disembuhkan, maka ia tercengang di kala pasien yang sakit parah ini sembuh dalam waktu satu tahun. Pasien tersebut mengatakan kepadanya bahwa seorang biksu telah menyembuhkan penyakitnya. 

Dr. Ye memutuskan bahwa dia harus belajar pada biksu ini. Namun dia menyangsikan apakah biksu ini mau menjadikan dokter terkenal ini sebagai muridnya. Maka itu dr. Ye mengganti namanya sehingga ia dapat belajar dari biksu yang dikaguminya ini. 

Sebagai konsekuensinya, ia harus melakukan banyak tugas harian, seperti mengangkut air, mencari kayu bakar, memasak, dan bersih-bersih, berpura-pura sebagai murid yunior, yang benar-benar telah mengesankan hati sang biksu.

Beberapa tahun berlalu dan biksu itu berkata kepada dr. Ye, “Kamu telah mempelajari semua teknik saya dan kemampuan kamu kini telah mengungguli dr. Ye Tianshi yang terkenal itu.” Dr. Ye lalu berlutut dan bersujud di hadapan biksu itu dan mengakui bahwa dirinya adalah Ye Tianshi, biksu itu sangat tersentuh akan perilaku dr. Ye.

Kisah kedua adalah tentang dr. Liu, seorang ahli akupunktur yang terkenal, dimana dr. Ye sangat tertarik untuk belajar darinya namun tidak memiliki cara untuk melakukan pendekat-an. Namun tanpa disangka, keponakan dr. Liu, bernama Zhao, jatuh sakit dan pergi berobat pada dr. Ye setelah pamannya angkat tangan untuk menyembuhkannya. Zhao segera pulih setelah minum obat yang diresepkan oleh dr. Ye. Untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya, Zhao memperkenalkan dr. Ye kepada dr. Liu, sehingga ia bisa belajar di tempat dr. Liu, tentu saja dengan menyembunyikan jati dirinya lagi.

Suatu hari, seorang perempuan hamil yang sangat lemah dibawa ke tempat dr. Liu untuk mendapatkan perawatan darurat. Setelah mengecek denyut nadinya, dr. Liu mengatakan bahwa ia tidak mampu untuk menyelamatkan hidup perempuan ini. Namun dr. Ye dengan cermat memeriksa pasien tersebut, lalu memasukkan sebuah jarum akupunktur di bawah pusarnya. Setelah mendapatkan perawatan ini, ia meminta keluarga pasien ini untuk bergegas membawanya pulang.

Segera setelah tiba di rumah, perempuan ini berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki. Dr. Liu sangat terkejut ketika tahu apa yang terjadi. Dia kemudian menyadari bahwa murid magangnya tak lain adalah dr. Ye yang sangat bereputasi itu. Kerendahan hati dr. Ye dan semangatnya untuk belajar sangat  menyentuh hati dr. Liu,  sehingga ia mengajarkan semua keterampilan akupunkturnya kepada dr. Ye.

Saat dr. Ye telah memasuki usia lanjut, keterampilan medisnya pun hampir sempurna, dirinya bahkan telah mendapat pengakuan sebagai pakar medis. Namun begitu, ia tetap menjaga sikap rendah hatinya dan ketulusan jiwanya, ia tidak pernah membanggakan diri di hadapan pasien-pasiennya.

Pada saat-saat terakhirnya, ia mengatakan kepada anaknya, “Tidak semua orang dapat memenuhi syarat untuk menjadi seorang dokter. Untuk menjadi seorang dokter yang mampu menyelamatkan kehidupan manusia, seseorang tidak dapat mengandalkan kecerdasannya sendiri, ia perlu belajar dengan keras. Jika tidak, sangat sulit untuk menjamin bahwa para dokter tidak akan membahayakan jiwa manusia. Setelah saya meninggal, keturunan saya tidak boleh membicarakan tentang ilmu kedokteran dengan terlalu sederhana.”

Tidak ada komentar:
Write komentar