Kita jangan terus memikirkan ucapan orang, tetapi jangan pula kita
berbuat salah. Jika kita berbuat sesuatu yang benar, jangan terlalu memikirkan perkataan orang. Biarkan
orang mau berbicara apa, karena terkadang kita benar pun tetap salah
dipandangan orang lain.
Seseorang yang baik hati tolak ukur didalam hatinya adalah kebaikan, setiap benda dan hal didunia ini dalam matanya adalah bagaikan syair yang indah, pemandangan yang indah, musim semi yang sejahtera.
Sedangkan orang jahat tolak ukur didalam hatinya adalah kejahatan, betapa indah pun pemandangan dihadapan matanya tetapi yang terlihat olehnya adalah kejelekan dan ketidakpuasan. Apa yang dilakukan salah atau benar, masing-masing orang mempunyai kesimpulan masing-masing.
Sesuatu hal jika dilihat dari pandangan seorang kultivator akan menjadi berbeda, karena bagi kultivator adalah berkultivasi pada kebaikan, sehingga hati harus senantiasa penuh kasih, niat pikiran harus selalu mengandung kebaikan, jika hati sudah berubah baik, visi memandang dunia juga akan berbeda.
Di zaman dahulu ada 2 orang bapak dan anak yang sedang menunggang seekor keledai melewati sebuah jalan. Orang ramai yang dijalan, menunjuk kedua orang tersebut dan mencelanya, “Bapak dan anak ini hatinya sungguh kejam, mereka tak peduli keledai itu dalam keadaan kecapaian dan susah bernafas.”
Seseorang yang baik hati tolak ukur didalam hatinya adalah kebaikan, setiap benda dan hal didunia ini dalam matanya adalah bagaikan syair yang indah, pemandangan yang indah, musim semi yang sejahtera.
Sedangkan orang jahat tolak ukur didalam hatinya adalah kejahatan, betapa indah pun pemandangan dihadapan matanya tetapi yang terlihat olehnya adalah kejelekan dan ketidakpuasan. Apa yang dilakukan salah atau benar, masing-masing orang mempunyai kesimpulan masing-masing.
Sesuatu hal jika dilihat dari pandangan seorang kultivator akan menjadi berbeda, karena bagi kultivator adalah berkultivasi pada kebaikan, sehingga hati harus senantiasa penuh kasih, niat pikiran harus selalu mengandung kebaikan, jika hati sudah berubah baik, visi memandang dunia juga akan berbeda.
Di zaman dahulu ada 2 orang bapak dan anak yang sedang menunggang seekor keledai melewati sebuah jalan. Orang ramai yang dijalan, menunjuk kedua orang tersebut dan mencelanya, “Bapak dan anak ini hatinya sungguh kejam, mereka tak peduli keledai itu dalam keadaan kecapaian dan susah bernafas.”
Setelah mendengar celaan orang itu, akhirnya bapaknya turun dari keledai.
Hanya anaknya yang menunggang keledai dan bapaknya sambil berjalan menarik
keledainya. Orang yang di jalan mencela lagi, “Lihat anak ini sungguh tidak
berbakti, membiarkan bapaknya menarik keledai, sementara dia sendiri dengan santai
duduk diatas keledai.“
Akhirnya anaknya turun dari atas pelana keledai dan membiarkan bapaknya
naik. Tetapi ada lagi orang dijalanan yang mencela lagi, “Lihat bapak ini
sungguh kejam, membiarkan anak kecil ini menarik keledainya.”
Akhirnya bapaknya juga turun dari keledai, kemudian mereka berdua menarik
keledai ini sambil berjalan. Di dalam hati mereka berpikir, “Sekarang tidak ada
orang yang akan mencela lagi!
Tetapi setelah mereka berjalan, tak lama kemudian ada lagi orang yang mencela,
“Lihat kedua bapak dan anak ini sungguh bodoh, menarik keledai ini tanpa
menunganginya, sungguh tolol! “
Seperti cerita diatas, jika seorang kultivator yang mengamati kedua
bapak dan anak sedang menunggang keledai dia akan dengan bijaksana
berkata, “Keledai ini sungguh berbakti kepada majikannya, walaupun
menanggung beban berat masih dapat berjalan!” Ketika melihat anak
menunggang keledai, ayahnya menarik keledai maka dia akan berkata,
“Sungguh seorang bapak yang penuh kasih sayang! Lebih baik dirinya
sendiri capek berjalan daripada keledai menanggung beban yang terlalu
berat.”
Ketika bapak menunggang keledai, anak menariknya akan berkata,
“Anak ini sungguh patuh! Masih kecil sudah tahu berbakti kepada orang
tua, lebih baik diri sendiri menderita daripada orang lain menderita.”
Ketika bapak dan anak menarik keledainya, maka akan berkata, “Bapak dan
anak ini sungguh dua orang yang baik hati! Takut keledai kecapekan,
sehingga mereka berdua berjalan kaki.”
Kejadian yang sama tetapi menimbulkan kesimpulan yang berbeda, karena
orang dijalanan tidak mempunyai niat pikiran yang baik, memandang
sesuatu hal atau seseorang dari sisi yang buruk, sehingga tidak
menyadari sisi baik orang lain. Sedangkan seorang kultivator dihatinya
selalu mengandung belas kasih, selalu hanya memandang sisi baik dari
seseorang, sehingga kesimpulan yang ditimbulkan juga akan berbeda.
Tidak ada komentar:
Write komentar