Kekayaan dan kemuliaan itu ibarat awan dan asap, mudah hilang dan lenyap. Sekali kita salah bertindak, maka kita akan menyesal untuk selama-lamanya. Untuk menebus kesalahan yang pernah diperbuat seringkali harus menunggu reinkarnasi 100 tahun.
Kebanyakan manusia tidak percaya adanya pembalasan Karma, harus diketahui bahwa pembalasan atas perbuatan manusia selalu ada, seperti bayangan yang tetap mengikuti diri kita. Jadi janganlah kita sekali-kali memutuskan hubungan suami istri.
Di kota Suzhou, ada seorang pejabat yang bernama Song Chongyuan, dia mempunyai seorang keponakan bernama Song Shen, ketika masih kecil kedua orang tua Song Shen sudah meninggal, lalu dia ikut pamannya Song Chongyuan. Pamannya ini mendidiknya dengan ketat.
Pada suatu hari dalam perjalanan pulang dari sekolah, Song Shen tidak langsung pulang ke rumah tetapi pergi bermain dan menonton. Perbuatannya ini kepergok oleh teman pamannya. Karena takut teman pamannya menyampaikan hal ini kepada pamannya, Song Shen tidak berani pulang kerumah. Dia pun melarikan diri ke desa Mudu, menjadi pengemis.
Ada seorang marga Lee yang kasihan kepadanya, lalu menyuruhnya tinggal dan bekerja dirumahnya. Song Shen sangat rajin bekerja, oleh sebab itu orang marga Lee itu sangat sayang kepadanya, akhirnya menjodohkannya dengan pembantu perempuannya yang bermarga Cheng.
Setelah sembilan tahun berlalu, Song Shen sudah bisa menabung banyak uang. Pada suatu hari dia pergi ke kota Suzhou untuk bersembahyang, ditengah jalan dia bertemu dengan pamannya. Karena tidak dapat menghindar lagi, akhirnya Song Shen menceritakan semua kejadian kepada pamannya.
Pamannya setelah tahu dia banyak uang, membujuknya untuk pulang ke rumah pamannya dan menyuruhnya mencari istri yang baru. Song Shen tidak setuju dan mengatakan kepada pamannya bhawa istrinya yang sekarang marga Cheng telah melahirkan seorang putri untuknya. Setelah mendengar perkataannya pamannya menjadi marah, “Kita adalah keluarga terpandang, mana pantas engkau menikahi seorang pembantu? “ Lalu pamannya memaksa Song Shen untuk bercerai.
Keluarga Lee ketika mendengar cerita tersebut, dengan sukarela mengangkat marga Cheng menjadi anak perempuannya serta menyediakan mas kawin untuk putrinya. Tetapi paman Song Shen masih tidak setuju, dia pun menyuruh juga memaksa Song Shen untuk menulis surat cerai. Akhirnya Song Shen menikahi wanita marga Qin.
Wanita ini tahu bahwa suaminya punya istri tua, tapi karena ingin hidup kaya bersama Song Shen, dia tidak perduli perasaan istri tua dan tetap menikah dengan Song Shen. Istri Song Shen setelah menerima surat cerai, menangis tanpa berhenti, akhirnya dengan menggendong putrinya dia melompat ke sungai bunuh diri.
Tiga tahun telah berlalu, wanita marga Qin pun melahirkan seorang putri. Pada suatu hari ketika paman Song Shen pergi ke luar kota dengan becak, didalam perjalanan tiba-tiba angin kencang berhembus. Paman Song Shen yang berada di dalam becak, tiba-tiba nafasnya berhenti dan di bagian lehernya ada bekas cakaran.
Pada malam itu juga wanita marga Qin bermimpi, didalam mimpinya dia melihat ada seorang wanita yang menggendong seorang anak perempuan. Seluruh badannya berlumuran darah, wanita ini berkata, “Saya adalah wanita marga Cheng. Suamimu Song Shen seorang yang tidak setia dengan mendengar perkataan pamannya sehingga telah menceraikan saya.
Saya berpegang teguh pada kesucian tidak akan menikah lagi, oleh sebab itu saya melompat ke sungai membunuh diri. Sekarang, saya telah menagih hutang kepada pamannya, berikutnya saya akan menagih kepada suamimu juga putri yang telah engkau lahirkan. Saya tidak bisa melepaskannya, dengan nyawa putrimu menukar nyawa putra saya, ini adalah cara yang adil.”
Setelah marga Cheng terbangun, dia menceritakan hal ini kepada suaminya Song Shen. Song Shen sangat ketakutan, dia pun pergi untuk mencari kerabat dan temannya untuk meminta pendapat mereka. Temannya lalu berkata, “Saya mengenal seorang pendeta, dia dapat menangkap hantu dan roh hantu akan disimpannya di neraka. Maka engkau akan selamat.”
Song Shen lalu pergi mencari pendeta terebut untuk menceritakan kejadiannya. Pendeta ini meminta tanggal lahir istri pertamanya, setelah itu ditulis disebuah kertas mantera kuning. Lalu pendeta itu membaca mantera untuk menangkap roh wanita Cheng agar bisa dikurung di neraka. Benar saja, keluarga Song tidak ada masalah lagi.
Setelah 3 tahun kemudian, Song Shen di siang hari itu duduk didepan jendela dan memandang keluar, tiba-tiba dia melihat istri pertamanya berkata, “Saya pertama-tama mencari balasan dengan pamanmu, kemudian mencari kamu. Saya tahu ide cerai adalah ide pamanmu dan saya masih mengingat budi kita berdua yang pernah menjadi suami istri. Tetapi engkau demikian tega sehingga menyuruh pendeta menangkap dan mengurung roh saya di neraka, kenapa engkau bisa berubah menjadi demikian kejam?
Sekarang hukuman saya telah habis di neraka, dan raja neraka memperbolehkan saya keluar untuk membalas dendam. Bahkan para Dewa mengizinkan saya membalas dengan berlipat ganda! Engkau sekarang tidak bisa lari lagi.”
Mulai saat itu Song Shen pingsan, tidak dapat siuman lagi. Perabot dirumahnya, tanpa sebab bisa terbang dan hancur, keadaan rumah menjadi kacau. Istri dan keluarga Song sangat ketakutan, mereka menyuruh bhiksu datang kerumah untuk berdoa tetapi tidak berhasil. 10 hari kemudian Song Shen meninggal. Dan 10 hari kemudian putrinya juga ikut meninggal. Hanya tinggal istrinya wanita Qin sendirian.
Kebanyakan manusia tidak percaya adanya pembalasan Karma, harus diketahui bahwa pembalasan atas perbuatan manusia selalu ada, seperti bayangan yang tetap mengikuti diri kita. Jadi janganlah kita sekali-kali memutuskan hubungan suami istri.
Di kota Suzhou, ada seorang pejabat yang bernama Song Chongyuan, dia mempunyai seorang keponakan bernama Song Shen, ketika masih kecil kedua orang tua Song Shen sudah meninggal, lalu dia ikut pamannya Song Chongyuan. Pamannya ini mendidiknya dengan ketat.
Pada suatu hari dalam perjalanan pulang dari sekolah, Song Shen tidak langsung pulang ke rumah tetapi pergi bermain dan menonton. Perbuatannya ini kepergok oleh teman pamannya. Karena takut teman pamannya menyampaikan hal ini kepada pamannya, Song Shen tidak berani pulang kerumah. Dia pun melarikan diri ke desa Mudu, menjadi pengemis.
Ada seorang marga Lee yang kasihan kepadanya, lalu menyuruhnya tinggal dan bekerja dirumahnya. Song Shen sangat rajin bekerja, oleh sebab itu orang marga Lee itu sangat sayang kepadanya, akhirnya menjodohkannya dengan pembantu perempuannya yang bermarga Cheng.
Setelah sembilan tahun berlalu, Song Shen sudah bisa menabung banyak uang. Pada suatu hari dia pergi ke kota Suzhou untuk bersembahyang, ditengah jalan dia bertemu dengan pamannya. Karena tidak dapat menghindar lagi, akhirnya Song Shen menceritakan semua kejadian kepada pamannya.
Pamannya setelah tahu dia banyak uang, membujuknya untuk pulang ke rumah pamannya dan menyuruhnya mencari istri yang baru. Song Shen tidak setuju dan mengatakan kepada pamannya bhawa istrinya yang sekarang marga Cheng telah melahirkan seorang putri untuknya. Setelah mendengar perkataannya pamannya menjadi marah, “Kita adalah keluarga terpandang, mana pantas engkau menikahi seorang pembantu? “ Lalu pamannya memaksa Song Shen untuk bercerai.
Keluarga Lee ketika mendengar cerita tersebut, dengan sukarela mengangkat marga Cheng menjadi anak perempuannya serta menyediakan mas kawin untuk putrinya. Tetapi paman Song Shen masih tidak setuju, dia pun menyuruh juga memaksa Song Shen untuk menulis surat cerai. Akhirnya Song Shen menikahi wanita marga Qin.
Wanita ini tahu bahwa suaminya punya istri tua, tapi karena ingin hidup kaya bersama Song Shen, dia tidak perduli perasaan istri tua dan tetap menikah dengan Song Shen. Istri Song Shen setelah menerima surat cerai, menangis tanpa berhenti, akhirnya dengan menggendong putrinya dia melompat ke sungai bunuh diri.
Tiga tahun telah berlalu, wanita marga Qin pun melahirkan seorang putri. Pada suatu hari ketika paman Song Shen pergi ke luar kota dengan becak, didalam perjalanan tiba-tiba angin kencang berhembus. Paman Song Shen yang berada di dalam becak, tiba-tiba nafasnya berhenti dan di bagian lehernya ada bekas cakaran.
Pada malam itu juga wanita marga Qin bermimpi, didalam mimpinya dia melihat ada seorang wanita yang menggendong seorang anak perempuan. Seluruh badannya berlumuran darah, wanita ini berkata, “Saya adalah wanita marga Cheng. Suamimu Song Shen seorang yang tidak setia dengan mendengar perkataan pamannya sehingga telah menceraikan saya.
Saya berpegang teguh pada kesucian tidak akan menikah lagi, oleh sebab itu saya melompat ke sungai membunuh diri. Sekarang, saya telah menagih hutang kepada pamannya, berikutnya saya akan menagih kepada suamimu juga putri yang telah engkau lahirkan. Saya tidak bisa melepaskannya, dengan nyawa putrimu menukar nyawa putra saya, ini adalah cara yang adil.”
Setelah marga Cheng terbangun, dia menceritakan hal ini kepada suaminya Song Shen. Song Shen sangat ketakutan, dia pun pergi untuk mencari kerabat dan temannya untuk meminta pendapat mereka. Temannya lalu berkata, “Saya mengenal seorang pendeta, dia dapat menangkap hantu dan roh hantu akan disimpannya di neraka. Maka engkau akan selamat.”
Song Shen lalu pergi mencari pendeta terebut untuk menceritakan kejadiannya. Pendeta ini meminta tanggal lahir istri pertamanya, setelah itu ditulis disebuah kertas mantera kuning. Lalu pendeta itu membaca mantera untuk menangkap roh wanita Cheng agar bisa dikurung di neraka. Benar saja, keluarga Song tidak ada masalah lagi.
Setelah 3 tahun kemudian, Song Shen di siang hari itu duduk didepan jendela dan memandang keluar, tiba-tiba dia melihat istri pertamanya berkata, “Saya pertama-tama mencari balasan dengan pamanmu, kemudian mencari kamu. Saya tahu ide cerai adalah ide pamanmu dan saya masih mengingat budi kita berdua yang pernah menjadi suami istri. Tetapi engkau demikian tega sehingga menyuruh pendeta menangkap dan mengurung roh saya di neraka, kenapa engkau bisa berubah menjadi demikian kejam?
Sekarang hukuman saya telah habis di neraka, dan raja neraka memperbolehkan saya keluar untuk membalas dendam. Bahkan para Dewa mengizinkan saya membalas dengan berlipat ganda! Engkau sekarang tidak bisa lari lagi.”
Mulai saat itu Song Shen pingsan, tidak dapat siuman lagi. Perabot dirumahnya, tanpa sebab bisa terbang dan hancur, keadaan rumah menjadi kacau. Istri dan keluarga Song sangat ketakutan, mereka menyuruh bhiksu datang kerumah untuk berdoa tetapi tidak berhasil. 10 hari kemudian Song Shen meninggal. Dan 10 hari kemudian putrinya juga ikut meninggal. Hanya tinggal istrinya wanita Qin sendirian.
wih, ngeri lah
BalasHapus