Mozi ( 墨子 ) sekitar 470-391 SM, lahir setelah Laozi dan Konfucius (571-479 SM), dan
diperkirakan hidup selama Musim Semi dan Gugur (770-476 SM), masa
Negara Perang (476-221 SM).
Ini adalah era kekacauan dan kekejaman besar pada zaman Tiongkok kuno. Saat kekacauan terjadi, semua orang, termasuk raja, ingin sekali menemukan orang yang mampu memberikan metode tepat untuk mengelola negara dengan baik.
Dengan latar belakang ini, doktrin filosofis banyak diajarkan untuk mengatasi semua masalah sosial, termasuk bagaimana mendisiplinkan perilaku masyarakat dan moralitas.
Nama asli Mozi adalah Mo Di. Dia adalah seorang humanis yang antusias dan pendiri Mohisme. Teori ini mengajarkan kasih universal dan tanpa pertempuran. Ia dikenal sebagai salah satu pemikir besar di Tiongkok.
Dari sudut pandang Mozi, keegoisan manusia dan keinginan untuk mendapat manfaat adalah alasan utama bahwa dunia merosot dalam kekacauan. Keinginan-keinginan ini mencegah orang menjadi belas kasih dan saling mencintai.
Jika setiap orang bisa mencintai orang lain sebagaimana mereka mencintai diri sendiri, memperlakukan orang lain bagaikan saudara sendiri, menghargai negara lain seperti negara mereka sendiri dan melepaskan sepenuhnya setiap pikiran egois, maka dunia tidak lagi berperang, dan perdamaian sejati akan dapat dicapai.
Dalam memperkenalkan teori “tanpa pertempuran”, Mozi percaya bahwa perang itu tidak adil dan hal yang tragis bagi umat manusia. Setiap peperangan menghancurkan kekayaan yang tak terhitung jumlahnya, kehidupan, dan keluarga. Oleh karena itu, Mozi sangat menentang peperangan dan mendesak untuk dihentikan.
Selain itu dalam teori “kasih universal dan tanpa pertempuran”, Mozi juga memperkenalkan idenya kepada pemerintah dengan meritokrasi (sistem politik yang memberikan penghargaan lebih kepada mereka yang berprestasi atau berkemampuan). Orang bijak dan berkemampuan harus dipilih untuk mengambil jabatan resmi dan bekerja untuk negara, tanpa memandang latar belakang keluarga dan status sosial. Setiap pejabat korup harus diberhentikan secepat mungkin.
Mozi menentang banyak sekali upacara ritual pemakaman dan menentang memperlakukan musik sebagai aktivitas waktu luang. Dia berpikir bahwa hal tersebut menghabiskan materi maupun waktu. Ide-idenya ini sering bertentangan dengan Konfusius dan sulit bagi orang Tiongkok untuk menerimanya.
Ketekunan semangat Mozi yang didedikasikan untuk perdamaian dunia, sangat mengagumkan. Idenya akan “kasih universal dan tanpa pertempuran” dari sekitar 350 SM masih berlaku hingga saat ini.
Ini adalah era kekacauan dan kekejaman besar pada zaman Tiongkok kuno. Saat kekacauan terjadi, semua orang, termasuk raja, ingin sekali menemukan orang yang mampu memberikan metode tepat untuk mengelola negara dengan baik.
Dengan latar belakang ini, doktrin filosofis banyak diajarkan untuk mengatasi semua masalah sosial, termasuk bagaimana mendisiplinkan perilaku masyarakat dan moralitas.
Nama asli Mozi adalah Mo Di. Dia adalah seorang humanis yang antusias dan pendiri Mohisme. Teori ini mengajarkan kasih universal dan tanpa pertempuran. Ia dikenal sebagai salah satu pemikir besar di Tiongkok.
Dari sudut pandang Mozi, keegoisan manusia dan keinginan untuk mendapat manfaat adalah alasan utama bahwa dunia merosot dalam kekacauan. Keinginan-keinginan ini mencegah orang menjadi belas kasih dan saling mencintai.
Jika setiap orang bisa mencintai orang lain sebagaimana mereka mencintai diri sendiri, memperlakukan orang lain bagaikan saudara sendiri, menghargai negara lain seperti negara mereka sendiri dan melepaskan sepenuhnya setiap pikiran egois, maka dunia tidak lagi berperang, dan perdamaian sejati akan dapat dicapai.
Dalam memperkenalkan teori “tanpa pertempuran”, Mozi percaya bahwa perang itu tidak adil dan hal yang tragis bagi umat manusia. Setiap peperangan menghancurkan kekayaan yang tak terhitung jumlahnya, kehidupan, dan keluarga. Oleh karena itu, Mozi sangat menentang peperangan dan mendesak untuk dihentikan.
Selain itu dalam teori “kasih universal dan tanpa pertempuran”, Mozi juga memperkenalkan idenya kepada pemerintah dengan meritokrasi (sistem politik yang memberikan penghargaan lebih kepada mereka yang berprestasi atau berkemampuan). Orang bijak dan berkemampuan harus dipilih untuk mengambil jabatan resmi dan bekerja untuk negara, tanpa memandang latar belakang keluarga dan status sosial. Setiap pejabat korup harus diberhentikan secepat mungkin.
Mozi menentang banyak sekali upacara ritual pemakaman dan menentang memperlakukan musik sebagai aktivitas waktu luang. Dia berpikir bahwa hal tersebut menghabiskan materi maupun waktu. Ide-idenya ini sering bertentangan dengan Konfusius dan sulit bagi orang Tiongkok untuk menerimanya.
Ketekunan semangat Mozi yang didedikasikan untuk perdamaian dunia, sangat mengagumkan. Idenya akan “kasih universal dan tanpa pertempuran” dari sekitar 350 SM masih berlaku hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Write komentar