Kebajikan ( De 德 ) - Ada dua orang pengemis di sudut jalan kota, yang satu mengemis di pinggir jalan, sementara yang satunya lagi di emperan toko. Keduanya sedang menengadahkan tangan berharap belas kasih dari orang yang lewat..
Lalu ada seorang bijak yang lewat, dia merasa sangat iba pada salah satu
pengemis yang ada diemperan toko tersebut, karena wajahnya yang tampak lebih
memelas. Tergeraklah hatinya untuk memberinya uang satu koin. Ketika koin itu diterima, pengemis itu bukannya berterimakasih namun nampak menggerutu, "Wah.. Tuan, satu koin ini mana bisa untuk makan siang saya di zaman seperti ini?
Orang bijak itu nampak terkejut seraya mengamati lebih dalam lagi
pengemis itu. lalu ia merogoh kantungnya dan memberikan uang satu koin lagi. Pengemis itu tersenyum dan berkata, " Terima kasih Tuan, semoga hari
anda menyenangkan.”
Pria bijak itu hanya diam sambil menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan perjalanannya. Tetapi sepanjang perjalanannya, pria bijak itu terus memikirkan kejadian tadi dan membuatnya masih tak habis pikir.
Bukan masalah uang 2 koin yang telah ia berikan dengan keikhlasan, namun justru sikap pengemis tadi yang seperti tak bisa mensyukuri pemberiannya.
Keesokan harinya orang bijak itu melewati jalan kemarin lagi, dia memperhatikan si
pengemis kemarin itu tampaknya bukan kepada dia saja meminta
lebih, namun ke orang lainpun bersikap sama seperti itu..
Dan bila tak ada yang memberi lagi, pengemis itu tersenyum tapi menyisakan gerutuan yang hanya diketahui dirinya sendiri. Berbeda dengan pengemis satunya..ketika si bijak melewatinya dan memberi uang satu koinpun, si pengemis itu nampak senang dan aura bahagianya terlihat jelas, "terimakasih.....terimakasih tuan," begitulah si pengemis itu menghargai pemberiannya.
Seiring waktu berlalu, dalam beberapa bulan pengembaraannya, pria bijak itu kembali melewati tempat yang sama ketika bertemu dengan ke dua pengemis itu. Namun tampaknya ke dua pengemis itu tak ada disana, walaupun matanya sudah memandang kesana - kemari untuk mencari mereka.
Ketika dia bertanya pada beberapa orang yang sering berlalu lalang di tempat itu, ternyata mereka mengatakan hal sama bahwa pengemis yang satu sudah diangkat menjadi pembantu untuk juru masak Raja. Sementara pengemis yang sering mengeluh itu telah di penjara, karena terbukti berlaku tak sopan dengan menolak pemberian Raja saat sang Raja menyamar menjadi rakyat jelata.
Sebuah ilustrasi cerita yang sederhana, namun pesan moral yang terkandung di dalamnya adalah Raja diibaratkan sebagai TUHAN, sedangkan kedua pengemis itu diibaratkan sebagai manusia yang memiliki dua karakter yang sangat berbeda.
Manusia yang bisa menerima keadaan dan selalu berterimakasih untuk rezeki seberapapun dan manusia yang tidak bisa menerima keadaan dan selalu mengeluhkan berapa pun rezeki yang ia dapatkan.
Mengeluh dan menyesali nasib sama saja seperti manusia yang sedang menyepelekan
Penciptanya. Bersungut-sungut hanya menciptakan Doa umpatan. Hargailah sekecil apapun berkat yang diterima, karena manusia seberapapun banyaknya akan selalu merasa kurang dan kurang.
Namun bila kita bisa menerima dengan Ikhlas, maka dalam kekurangan itu kita tak akan benar-benar kekurangan karena akan selalu ada berkat yang tersembunyi. Salam kebajikan
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar