Kebajikan ( De 德 ) - Setiap orang melewati hidupnya penuh dengan kenangan. Semua orang juga
memiliki banyak kenangan yang ingin dijaga hingga akhir hayat.
Mungkin sangat klise jika dikaitkan dengan kata move on. Ini bukan soal move on. Tetapi tentang keinginan seseorang untuk selalu hidup dengan kenangannya.
Di antara Anda mungkin ada yang selalu ingin tinggal di rumah orang tua Anda, karena begitu banyaknya kenangan yang telah Anda lalui bersama. Ini bukan tentang menjalani masa depan, tapi tentang kesulitan seseorang untuk hidup tanpa hal yang selama ini dijaganya.
Begitu pula yang dialami oleh seorang nenek berusia 84 tahun ini dilansir dari viralnova.com.
Nenek ini tampak seperti wanita lansia pada umumnya. Tetapi dunia mendadak menaruh pandangan padanya setelah sebuah film animasi Up pada tahun 2009 membuat banyak orang menangis saat melihatnya.
Rumah yang begitu tampak jelas di antara beberapa bangunan besar itu bukan rumah yang paling mewah atau yang paling besar. Melainkan rumah mungil milik Edith Mcefield, seorang nenek yang bersikeras mempertahankan rumahnya dari permintaan seorang vendor yang akan mendirikan mall di lokasi tersebut.
Barry Martin sebagai kepala untuk bagian konstruksi pembangunan mall di daerah ini telah berulang kali menyakinkan Edith sejak nenek ini masih muda. Tetapi Edith menuturkan kisah yang membuat Barry Martin mengurungkan niatnya meskipun Barry sendiri tidak tahu apakah itu benar atau salah.
Edith mengatakan bahwa dirinya telah direkrut oleh badan intelegensi Inggris sebagai murid di sekolah musik dan kemudian dikirim ke Jerman sebagai mata-mata nazi.
Barry Martin tidak putus asa begitu saja untuk mendekati Edith, bahkan hubungan mereka semakin dekat sampai ketika Edith mengatakan dirinya sakit, Barry akan segera mengantarkan Edith ke rumah sakit.
Akhirnya suatu ketika Barry kembali menanyakan pada Edith kenapa dirinya tidak ingin pindah dari rumah tersebut.
Tak disangka akhirnya Edith mengatakan apa alasannya, "Kemana aku harus pergi? Aku tidak punya keluarga di rumah ini, ibuku meninggal di rumah ini. Aku datang dari Inggris ke Amerika untuk merawatnya. Ibuku berpesan bahwa dia ingin meninggal di rumah ini tanpa harus pergi ke rumah sakit dan aku memegang janji itu. Akupun juga ingin mati di sini."
Edith masih sering menerima tawaran untuk menjual rumahnya dengan tawaran tertinggi sekitar 1 juta dollar atau sekitar 12 miliar rupiah.
Sejak bertemu Barry, Edith semakin tergantung pada Barry. Suatu hari Barry menyadari bahwa Edith tampak semakin kurus dan membawanya ke rumah sakit. Ternyata Edith menderita kanker pankreas.
Namun ini tidak mematahkan semangat Edith. Baginya tidak ada hal yang dia takutkan karena dia memiliki rumah dan sahabatnya, Barry. Bagaimana menurut Anda sobat, setelah membaca cerita ini? Salam kebajikan (Sumber)
Mungkin sangat klise jika dikaitkan dengan kata move on. Ini bukan soal move on. Tetapi tentang keinginan seseorang untuk selalu hidup dengan kenangannya.
Di antara Anda mungkin ada yang selalu ingin tinggal di rumah orang tua Anda, karena begitu banyaknya kenangan yang telah Anda lalui bersama. Ini bukan tentang menjalani masa depan, tapi tentang kesulitan seseorang untuk hidup tanpa hal yang selama ini dijaganya.
Begitu pula yang dialami oleh seorang nenek berusia 84 tahun ini dilansir dari viralnova.com.
Nenek ini tampak seperti wanita lansia pada umumnya. Tetapi dunia mendadak menaruh pandangan padanya setelah sebuah film animasi Up pada tahun 2009 membuat banyak orang menangis saat melihatnya.
Rumah yang begitu tampak jelas di antara beberapa bangunan besar itu bukan rumah yang paling mewah atau yang paling besar. Melainkan rumah mungil milik Edith Mcefield, seorang nenek yang bersikeras mempertahankan rumahnya dari permintaan seorang vendor yang akan mendirikan mall di lokasi tersebut.
Barry Martin sebagai kepala untuk bagian konstruksi pembangunan mall di daerah ini telah berulang kali menyakinkan Edith sejak nenek ini masih muda. Tetapi Edith menuturkan kisah yang membuat Barry Martin mengurungkan niatnya meskipun Barry sendiri tidak tahu apakah itu benar atau salah.
Edith mengatakan bahwa dirinya telah direkrut oleh badan intelegensi Inggris sebagai murid di sekolah musik dan kemudian dikirim ke Jerman sebagai mata-mata nazi.
Barry Martin tidak putus asa begitu saja untuk mendekati Edith, bahkan hubungan mereka semakin dekat sampai ketika Edith mengatakan dirinya sakit, Barry akan segera mengantarkan Edith ke rumah sakit.
Akhirnya suatu ketika Barry kembali menanyakan pada Edith kenapa dirinya tidak ingin pindah dari rumah tersebut.
Tak disangka akhirnya Edith mengatakan apa alasannya, "Kemana aku harus pergi? Aku tidak punya keluarga di rumah ini, ibuku meninggal di rumah ini. Aku datang dari Inggris ke Amerika untuk merawatnya. Ibuku berpesan bahwa dia ingin meninggal di rumah ini tanpa harus pergi ke rumah sakit dan aku memegang janji itu. Akupun juga ingin mati di sini."
Edith masih sering menerima tawaran untuk menjual rumahnya dengan tawaran tertinggi sekitar 1 juta dollar atau sekitar 12 miliar rupiah.
Sejak bertemu Barry, Edith semakin tergantung pada Barry. Suatu hari Barry menyadari bahwa Edith tampak semakin kurus dan membawanya ke rumah sakit. Ternyata Edith menderita kanker pankreas.
Namun ini tidak mematahkan semangat Edith. Baginya tidak ada hal yang dia takutkan karena dia memiliki rumah dan sahabatnya, Barry. Bagaimana menurut Anda sobat, setelah membaca cerita ini? Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar