KEBAJIKAN ( De 德 ) - Bagaimana agar dapat membuat anak kecil memahami maksud hati seorang ayah yang tegas?
Metode pada kasus ini, Tuangkan hati dan cinta sang ayah menjadi tindakan yang nyata, sehingga dapat membuat anak terharu.
Dalam hal mendidik anak-anak, saya dan suami sering memiliki pemikiran yang berbeda, sehingga mudah sekali terjadi pertengkaran, pada akhirnya setelah melalui diskusi dan perundingan, ia memutuskan untuk memilih peran sebagai sosok yang jahat, dan saya sendiri memerankan sosok yang baik.
Karena kesibukan pekerjaannya, maka cara dia dalam hal menyayangi anak, adalah membelikan anak sesuatu atau membawa mereka makan di restoran elit, dan memuaskan keinginan anak-anak akan materi.
Sementara saya, lebih mengutamakan menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang dengan mereka, menemani mereka ke sekolah, dan membaca buku bersama.
Karena perbedaan sifat, suami saya amat mudah tersulut emosinya, dalam hal memberi pelajaran anak-anak, ia sangat tidak sabaran, ketika anak-anak melakukan kesalahan, reaksinya kerap kali membuat saya merasakannya sebagai suatu reaksi yang berlebihan, dan membuat anak-anak ketakutan.
Oleh karena itu saya bisa merasakan bahwa hubungan antara suami saya dengan anak-anak sangat tegang, kadang-kadang ketika perasaannya sedang baik, dan hendak memerbincangkan keadaan pelajaran di sekolah, anak-anak justru sebaliknya tidak ingin bercerita.
Tahun ini putri kami telah tamat SD, atas keteguhan suami dan persetujuan dari putri kami, diputuskan agar bersekolah di SMP swasta.
Awal Juli saya menemaninya ke sebuah SMP swasta di Kota Neihu untuk menghadiri pengundian terbuka masuk sekolah. Untungnya, putri kami diterima masuk di sekolah itu, suami dan putri kami senang bukan main.
Berikutnya hal yang agak megkhawatirkan saya adalah, selama liburan musim panas, sekolah mengadakan pelajaran liburan musim panas, karena sekolah tidak menyediakan sarana antar jemput anak, maka putri kami terpaksa harus naik kendaraan umum ke sekolah, hal ini bagi dirinya, adalah sesuatu hal yang sama sekali baru.
Saya ingat ketika hari pertama menemaninya naik kendaraan umum, saya menemaninya menunggu kendaraan, setelah mengantar sampai ia naik ke kendaraan, saya lalu berangkat kerja dengan menggunakan MRT (kereta bawah tanah).
Tak disangka di tengah jalan menuju kantor saya mendapatkan telepon suami, yang mengatakan bahwa ia sedang berada di salah satu pemberhentian bus di dekat sekolah putri kami.
Karena pemberhentian tersebut masih terpaut cukup jauh dari sekolah, suami saya takut putri kami akan terlambat, maka ia menunggu di sana agar dapat mengantarkan putri sampai ke gerbang sekolah.
Tanpa dapat ditahan saya menertawakan dirinya, biasanya dia selalu menyalahkan saya terlalu memanjakan anak-anak, bukankah dia sama saja. Bahkan pagi-pagi buta sudah menunggu putri kami di pemberhentian bus, bersiap-siap memberi bantuan pada putri kami jika diperlukan.
Ia lalu menjawab, ini bukannya memanjakan, ini adalah perhatian, karena hari ini adalah hari pertama putri kami naik bus ke sekolah. Jadi harus siap-siap, memastikan bahwa segala sesuatunya tidak ada masalah.
Akhirnya, hari itu mereka berdua, ayah dan putri sama sekali tidak bertemu, karena putri kami turun di halte berikutnya, dari halte tempat suami saya menunggu.
Setelah kejadian itu, saya memberitahu betapa ayahnya sangat memerhatikan dan mencintainya, dan meminta agar putri kami selalu mengingatnya dalam hati.
Seminggu belakangan ini, jam masuk sekolah dipercepat, harus tiba di sekolah setengah jam lebih awal, suami saya bersikeras agar ia yang bertanggung jawab untuk mengantarkan putri kami ke sekolah. Hal ini bukanlah hal yang mudah bagi dirinya yang telah terbiasa tidur larut malam dan bangun siang.
Mendengar cerita putri kami bahwa sang ayah sepanjang perjalanan terus mengingatkannya bahwa kehidupan di SMP sama sekali berbeda dengan ketika masih SD. Harus menetapkan target SMA mana yang hendak dituju untuk melanjutkan sekolah, lalu menyusun rencana untuk meraih tujuan tersebut, serta bagaimana memanfaatkan waktu untuk belajar, dan cara-cara belajar yang efektif, dan lain-lain.
Dulu saya selalu berkata pada teman-teman saya, perhatian suami saya terhadap anak-anak selalu saja ibarat "maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai", yang dikatakan jauh lebih banyak daripada tindakan.
Akan tetapi setelah melihatnya belakangan ini bangun pagi-pagi demi untuk mengantarkan putrinya ke sekolah, dan setelah pulang kerja, ia juga selalu menanyakan keadaan pelajaran putri di sekolah, sekarang saya harus mengubah penilaian saya terhadap dirinya. Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar