|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 06 Agustus 2014

Memandang dari Sudut Pandang Orang Lain

 


KEBAJIKAN (De 德)Pada liburan musim dingin yang lalu mama meninggal, saya dan kakak-kakak berpikir kasihan kepada papa yang sendirian karena usia telah tua dan harus memakai tongkat, lalu saya menganjurkannya pindah ke Taichung tinggal bersama abang saya. Anjuran saya malah menimbulkan konflik saya dan papa.

Sampai tahun ini, saya baru memahami dan menghargai cara berpikirnya, perlahan-lahan kesalahfahaman kami hilang.

Pada tahun yang lalu mama meninggal karena kecelakaan mobil, papa sangat sedih, selama ini kehidupan papa sangat tergantung kepada mama, sampai pensiun mereka berdua hidup dengan rukun. 


Kecelakaan ini membangunkan kesadaran kami sekeluarga, karena kami semua sudah terbiasa tergantung kepada mama, sudah terbiasa dengan perawatannya yang teliti. Yang paling tidak terbiasa adalah papa, didalam hatinya sangat tidak dapat menerima kenyataan tersebut, karena kehidupannya yang bukan merupakan orang sehat membuat dia lebih sensitif dan tidak dapat menerima kenyataan.

Titik pikiran kami berdua yang tidak sama menimbulkan konflik ini, karena saya merasa papa harus belajar mandiri, jika memang tidak bisa dia harus pindah ke Taichung tinggal bersama abang saya. Tetapi akhirnya papa tidak mau pergi. Karena masalah ini menimbulkan suasana yang tidak menyenangkan didalam keluarga kami.

Kami empat saudara menganggap ini adalah hal yang sepele, hanya pergi dan tinggal bersama, juga masih bisa bermain dengan cucunya. Tetapi sampai hari ini saya merasa kami semua telah salah, karena pergi dan tinggal bersama abang adalah demi kebaikan kami sendiri hemat uang dan hemat energi.


Semua demi kepentingan diri kami sendiri, kami tidak memikirkan perasaan papa, ketika berkata tidak dengan niat dan hati yang baik, hanya ingin menyelesaikan masalah, tidak menempatkan perspektif dan perasaan dari papa. Sehingga bisa timbul konflik sampai begitu lama.

Teringat paman saya tahun yang lalu menderita masalah prostat, memerlukan perawatan medis jangka panjang ke Taichung, dua minggu sekali harus kontrol beberapa hari di rumah sakit. Paman selalu pagi pergi malam pulang, pada saat itu mereka juga menginginkan agar selama pengobatan, paman bisa tinggal di Taichung dengan mereka, mengeluh kenapa paman begitu merepotkan orang lain, lebih baik pindah saja.

Perasaan hati kedua orang tua ini sekarang saya dapat memahaminya, mereka yang sejak lahir tinggal di kota ini, walaupun ada seberapa tidak nyaman juga, tetap di rumah sendiri, psikiater pernah mengatakan, hati yang tenang, daya tahan tubuh juga akan meningkat. 


Paman selain pergi berobat, pekerjaan sehari-hari seperti menanam dan memanen sayur dan buah di kebun tetap dilakukan, waktu lowong masih dipergunakan untuk menjadi sukarelawan di kuil.

Waktu membuktikan pemikiran paman adalah benar, setelah sembuh dari pengobatan, sampai sekarang tubuhnya masih sangat sehat. Setiap hari jadwalnya selalu padat, saya sudah terbiasa melihatnya selama 40 tahun, di jam berapa harus kemana dan melakukan hal apa bayangannya selalu terlihat, jika suatu hari tidak melihat dia maka saya akan segera mencarinya.

Saya rasa kepada papa juga demikian, saya seharusnya lebih memikirkan perasaannya, bukan hanya demi kenyamanan diri saya. Dulu saya merasa papa sangat keras kepala, sekarang direnungkan kembali semua ini adalah masalah saya sendiri, karena niat pikiran saya yang tidak baik, oleh sebab itu papa tidak bisa menerima saran saya.

Sekarang berjumpa dengan papa lagi, didalam hati saya sudah tidak ada rasa menyalahkan lagi, malahan saya mengerti perasaannya. Saya sekarang sering menemaninya dan mendengar pendapatnya, papa sekarang sudah bisa mandiri, semua keperluannya dapat dikerjakan sendiri, seluruh rumah kelihatan sangat bersih dan terawat, selain tidak ada bayangan mama, semuanya tidak ada yang berubah. Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar