KEBAJIKAN ( De 德 ) - Saat ini sudah sebulan operasi pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak pada Minggu (28/12) saat terbang dari Bandar Udara Internasional Juanda di Surabaya menuju Changi International Airport di Singapura di atas wilayah perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah.digelar di Selat Karimata.
Pesawat AirAsia QZ8501 yang membawa 162 penumpang termasuk pilot, awak kabin dan teknisi, hingga kini, baru 70 orang yang berhasil ditemukan oleh tim evakuasi AirAsia, sementara sebanyak 92 orang dari 162 penumpang QZ8501 belum juga ditemukan.
Pesawat AirAsia QZ8501 yang membawa 162 penumpang termasuk pilot, awak kabin dan teknisi, hingga kini, baru 70 orang yang berhasil ditemukan oleh tim evakuasi AirAsia, sementara sebanyak 92 orang dari 162 penumpang QZ8501 belum juga ditemukan.
Kepala Badan SAR Nasional, F Henry Bambang Soelistyo akhirnya memutuskan bahwa Operasi pencarian dan evakuasi penumpang AirAsia QZ8501 masih tetap berlanjut dan tidak akan dihentikan, meski ditunda sementara selama dua hari hingga Sabtu 31 Januari mendatang untuk memulihkan kondisi personel dan alat dari tim pencari dan evakuasi insiden AirAsia QZ8501. Operasi pencarian dan evakuasi korban QZ8501 akan kembali dilakukan pada Sabtu 31 Januari ini.
Korban
yang belum ditemukan inilah yang jadi prioritas Tim Basarnas. Sudah
jadi tekad sejak awal bahwa seluruh korban harus ditemukan dan
dikembalikan kepada keluarga. Saat
ini memang pencarian lebih diprioritaskan pada korban, bukan pada badan
pesawat. Pasalnya dua bagian kotak hitam sudah ditemukan. Hal
itu disampaikan oleh Kepala Badan SAR Nasional F Henry Bambang
Soelistyo saat konferensi pers di Gedung Basarnas, Kemayoran, Jakarta,
Rabu (28/1), seperti dilansir dari cnnindonesia.com.
"Masih ada 92 korban belum ditemukan," kata Kepala Basarnas F Henry Bambang Soelistyo, Rabu (28/1) di Kantor Basarnas, Jakarta.
"Operasi
tidak dihentikan, operasi masih tetap dilakukan dengan waktu dua hari
jeda untuk mengisi bahan bakar dan menyegarkan diri," kata Soelistyo.
Soelistyo menyampaikan penghentian sementara operasi pencarian ditujukan agar tim evakuasi bisa kembali ke daratan untuk melakukan isi ulang seperti bahan bakar atau makanan.
Lebih jauh lagi, Soelistyo meminta kepada semua pihak untuk tidak mengartikan penundaan pencarian tersebut sebagai pemberhentian operasi.
"Tim sudah kembali ke home base jangan diartikan dengan operasi berhenti," kata dia.
Personel
Tentara Nasional Indonesia yang selama ini membantu pencarian dan
evakuasi korban AirAsia QZ8501 tak akan terlibat lagi dalam operasi
Basarnas, setelah berdasarkan evaluasi, selama dua hari
terakhir tidak ada tambahan korban, baik di luar pesawat atau di dalam
badan pesawat.
Soelistyo menegaskan penarikan unsur TNI tidak berarti operasi pencarian korban QZ8501 dihentikan.
Soelistyo menegaskan penarikan unsur TNI tidak berarti operasi pencarian korban QZ8501 dihentikan.
"Selama saya sebagai Koordinator SAR belum menyatakan operasi ditutup, maka operasi tetap berlanjut," kata dia.
"Saya
ucapkan terima kasih terhadap unsur TNI yang telah menjalankan skenario
yang dibuat pada Sabtu, 17 Januari," kata Soelistyo.
Basarnas Klaim Kekuatan Pencari Masih Mumpuni
Basarnas Klaim Kekuatan Pencari Masih Mumpuni
Basarnas mengatakan dengan ditariknya bantuan TNI bukan berarti kekuatan tim pencari melemah. Bahkan saat ini satu
sistem pencarian bawah air
yang selama ini digunakan kapal MGS Geosuvey, saat ini sedang
dipasangkan di salah satu kapal Basarnas agar bisa mencari jauh ke
kedalaman laut.
"Peralatan deteksi bawah air didapatkan dari asosiasi surveyor laut Indonesia," ujar Soelistyo.
Kekuatan tim pencari mulai Sabtu, 31 Januari akan melibatkan dua helikopter milik badan SAR Nasional, satu pesawat fix wing yang disediakan AirAsia, empat kapal laut milik Basarnas. Ada juga 25 penyelam dari Basarnas, 20 penyelam dari SKK Migas, dan 15 penyelam tradsional dari Kota Waringin Barat. Selain itu, ada 7 ahli Salvage dari Batam beserta perlengkapannya. Sementara dari pemerintah daerah Kotawaringin Barat menyediakan kapal tunda.
“Kegiatan di tengah laut harus sudah dimulai Sabtu pagi, titik pencariannya difokuskan pada 9 koordinat lokasi yang telah ditemukan Kapal Geosurvey dan RSS Swift,” katanya
Sementara itu, puluhan penyelam pun diklaim masih akan terjun ke kedalaman. Fokus mereka nanti bukan lagi melakukan evakuasi terhadap material, tapi lebih mencari keberadaan korban.
"Peralatan deteksi bawah air didapatkan dari asosiasi surveyor laut Indonesia," ujar Soelistyo.
Kekuatan tim pencari mulai Sabtu, 31 Januari akan melibatkan dua helikopter milik badan SAR Nasional, satu pesawat fix wing yang disediakan AirAsia, empat kapal laut milik Basarnas. Ada juga 25 penyelam dari Basarnas, 20 penyelam dari SKK Migas, dan 15 penyelam tradsional dari Kota Waringin Barat. Selain itu, ada 7 ahli Salvage dari Batam beserta perlengkapannya. Sementara dari pemerintah daerah Kotawaringin Barat menyediakan kapal tunda.
“Kegiatan di tengah laut harus sudah dimulai Sabtu pagi, titik pencariannya difokuskan pada 9 koordinat lokasi yang telah ditemukan Kapal Geosurvey dan RSS Swift,” katanya
Sementara itu, puluhan penyelam pun diklaim masih akan terjun ke kedalaman. Fokus mereka nanti bukan lagi melakukan evakuasi terhadap material, tapi lebih mencari keberadaan korban.
“Tim identifikasi juga masih bersiaga bekerja,” kata Soelistyo.
Keluarga Korban Minta AirAsia Terus Ikuti Operasi Pencarian
Basarnas menjadi tumpuan harapan karena hanya di tangan mereka keputusan operasi pencarian dan evakuasi korban akan dilanjutkan atau dihentikan. Mendengar pernyataan Kepala Basarnas bahwa operasi pencarian masih berlangsung cukup melegakan pihak keluarga. Salah seorang keluarga korban, Lukas menyatakan menerima dan memahami keputusan Basarnas.
Keluarga Korban Minta AirAsia Terus Ikuti Operasi Pencarian
Basarnas menjadi tumpuan harapan karena hanya di tangan mereka keputusan operasi pencarian dan evakuasi korban akan dilanjutkan atau dihentikan. Mendengar pernyataan Kepala Basarnas bahwa operasi pencarian masih berlangsung cukup melegakan pihak keluarga. Salah seorang keluarga korban, Lukas menyatakan menerima dan memahami keputusan Basarnas.
"Kami minta AirAsia untuk mengikuti jalannya operasi hingga Basarnas menutup operasi nantinya," kata Lukas Joko, perwakilan keluarga korban, yang ditemui seusai konferensi pers di Gedung Basarnas, Kemayoran, Jakarta, Rabu (28/1).
Dia mengatakan hingga saat ini keluarga Lukas yang menjadi korban musibah QZ8501 belum diketahui identifikasi atau penemuan jasadnya.
"Keluarga saya sudah dicurigai ada di Surabaya tapi belum teridentifikasi hingga saat ini. Namun, kami optimis korban akan terus ditemukan," kata Lukas.
Salah satu keluarga korban lainnya yang tak mau disebutkan namanya mengatakan harapannya agar pihak Basarnas terus melakukan operasi pencarian hingga seluruh korban ditemukan.
"Saya rasa akan tetap dibantu Basarnas seperti yang disampaikan Kepala Basarnas tadi. Kami akan terus berupaya mencari keluarga kami,"katanya ditemui di Gedung Basarnas.
Imam Sampurno, salah satu keluarga korban menyatakan pasrah.
Dia mengatakan hingga saat ini keluarga Lukas yang menjadi korban musibah QZ8501 belum diketahui identifikasi atau penemuan jasadnya.
"Keluarga saya sudah dicurigai ada di Surabaya tapi belum teridentifikasi hingga saat ini. Namun, kami optimis korban akan terus ditemukan," kata Lukas.
Salah satu keluarga korban lainnya yang tak mau disebutkan namanya mengatakan harapannya agar pihak Basarnas terus melakukan operasi pencarian hingga seluruh korban ditemukan.
"Saya rasa akan tetap dibantu Basarnas seperti yang disampaikan Kepala Basarnas tadi. Kami akan terus berupaya mencari keluarga kami,"katanya ditemui di Gedung Basarnas.
Imam Sampurno, salah satu keluarga korban menyatakan pasrah.
"Kami hanya bisa berharap pencarian akan berlanjut. Namun, bila itu dihentikan, tidak ada yang bisa saya lakukan. Saya pasrah saja," katanya.
Di sisi lain, Presiden Direktur PT Indonesia AirAsia Sunu Widyatmoko berpendapat, "Kami menyerahkan sepenuhnya seluruh proses evakuasi kepada pemerintah."
Basarnas patut diapresiasi karena telah memenuhi harapan dan melegakan hati keluarga korban yang masih menunggu kepastian. Salam kebajikan
Di sisi lain, Presiden Direktur PT Indonesia AirAsia Sunu Widyatmoko berpendapat, "Kami menyerahkan sepenuhnya seluruh proses evakuasi kepada pemerintah."
Basarnas patut diapresiasi karena telah memenuhi harapan dan melegakan hati keluarga korban yang masih menunggu kepastian. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar