|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Sabtu, 09 Mei 2015

Misteri Tak Terpecahkan : Cahaya Buddha Menyala Selama Ribuan Tahun

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Gunung Emei, Qingcheng, Lushan, sama-sama memiliki suatu fenomena alam yang unik yakni cahaya Buddha atau pelita suci atau pelita dewa yang menyala sendiri. Cahaya Buddha atau pelita dewa yang beruba-ubah dan berkedip cemerlang selama ribuan tahun ini sebagai keajaiban alam yang langka, sehingga membuat pemandangan di gunung ini semakin terkenal, dan menarik banyak orang berkunjung ke sana untuk mengetahui misteri itu.

Di suatu tempat yang sunyi dan bangunan tempat pelita dewa di atas gunung Qingcheng, tampak pelita dewa menyala dari seberang gunung tersebut. Jika bisa mendaki sampai ke puncak gunung Emei, maka bagi mereka yang beruntung bisa melihat pelita suci di bawah lereng She Shen-Ya (Gunung Taishan).Lokasi pelita dewa terletak di podium Wenshu di samping sebuah kolam besar puncak gunung.

Tempat-tempat itu sesekali akan tampak gelap ditutupi rembulan, tapi, di celah-celah lembah yang gelap gulita di bawah gunung itu akan dikejutkan dengan cahaya terang yang muncul secara tiba-tiba. Cahaya itu kadang-kadang terang kadang redup, kadang-kadang menyatu dan berpencar, sebentar terang sebentar gelap, sebentar menyala ke kiri atau ke kanan, sesekali tampak dekat atau jauh, sekilas tampak seperti sebuah lampion/lentera.

“Pelita atau lampu” itu berwarna putih atau hijau, kadang-kadang warnanya tipis berbalut hijau. Menurut penuturan para biksu Buddha, bahwa itu adalah tangan dewa Buddha yang lewat sambil membawa lampion dan berjalan di antara langit dan bumi.

Sejak dahulu hingga sekarang banyak yang membuat interpretasi dan spekulasi sendiri terkait cahaya Buddha. Ada yang mengatakan pelita Buddha itu akibat ulah setan dan sebagainya, singkatnya, tidak bisa memastikkan apa penyebab sebenarnya.

Pada tahun 1961 silam, ketika Zhu Ke-zhen, seorang ahli meteorologi berkunjung ke Gunung Lushan, pernah mengemukakan ke lembaga penelitian Lushan tentang salah satu teka-teki terkait pelita Buddha di Lushan yang menyala sendiri (dua misteri lainnya, yakni mengapa awan di gunung Lushan itu bersuara, dan mengapa hujan di Lushan itu turun ke bawah lalu menuju ke atas), ia berharap para ilmuwan setempat agar mengkajinya lebih lanjut.  dipelajari.

Dari semua penjelasan yang diperoleh dari orang yang bersangkutan ternyata bervariasi. Ada yang mengatakan bahwa itu adalah pembiasan cahaya lampu dari bawah gunung, ada juga yang mengatakan cahaya itu adalah pantulan dari pematang sawah, dan lainnya mengatakan itu adalah sekawanan kunang-kunang yang sedang menari-nari (terbang), bahkan ada juga yang mengatakan bahwa di gunung tersebut terpendam Bijih Ore (endapan dari kumpulan mineral) yang dapat mengeluarkan cahaya kunang-kunang. Namun, argument yang lebih menonjol adalah fosfat yang terkandung di dalam tulang kerangka hewan yang mati selama ribuan tahun, atau fosfor yang mengandung lapisan fosfotit, sehingga menyebabkan terjadinya pembakaran spontan di udara.

Namun, mengapa tidak ditemukan fenomena seperti itu di kawasan lain, lagipula hanya di gunung Lushan, Emei dan Qingcheng baru bisa menyaksikan panorama pelita Buddha / Dewa di tempat tertentu, jadi pandangan itu masih belum cukup meyakinkan. Ditambah lagi dengan jarangnya pelita Buddha di sana, dan orang-orang yang tinggal selama puluhan tahun di sekitar gunung itu juga jarang bisa menyaksikan pemandangan langka seperti itu, jadi, misteri abadi itu masih belum terpecahkan hingga sekarang. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar