KEBAJIKAN ( De 德 ) - Seperti jamur yang tumbuh di musim hujan, berbagai organisasi LSM, ormas kepemudaan atau keagamaan, geng eksklusif dan terbatas, saat ini muncul dan bertebaran di tengah-tengah kehidupan kita. Ada yang bagus dan pantas menjadi panutan, namun sebagian lagi adalah organisasi abal-abal yang menghalalkan segala cara dalam menghidupi aktivitas organisasinya.
Para pemimpin organisasi berusaha dengan sekuat tenaga agar organisasinya menjadi terkenal, memiliki pengikut yang banyak dan menjadi jawara yang disegani oleh yang lainnya. Dan juga ditakuti oleh siapapun.
Banyak orang berlomba-lomba menjadi anggota organisasi tersebut. Merasa bangga dengan nama dan atribut-atribut yang dikenakan. Akhirnya memunculkan sikap fanatik yang berlebihan terhadap kelompoknya. Rela mengorbankan apapun demi mendukung kebijakan organisasi, walaupun harus melanggar hukum dan dibenci oleh masyarakat luas.
Mereka menganggap dirinya masih belum sempurna, jika belum menjadi anggota organisasi tersebut. Mengenakan atribut untuk menambah rasa percaya diri walaupun dengan menakut-nakuti orang lain. Menganggap dirinya paling hebat dan paling benar, sehingga dengan mudah melemparkan tudingan bahwa organisasi lain adalah salah dan layak untuk dihancurkan. Ujung-ujungnya bersikap anti terhadap organisasi lain.
Semakin besar organisasi yang diikutinya, maka semakin besar rasa kebanggaan. Dan merasa dirinya boleh melakukan apa saja asalkan sesuai dengan garis kebijakan organisasi.
Sebenarnya apa yang membuat seseorang gemar memamerkan nama dan atribut-atribut dari organisasi tertentu? Jawaban paling umum adalah karena mereka merasa kurang percaya diri, ingin menjadi terkenal dan berharap organisasi yang diikutinya dapat menghidupi dirinya serta menjadi ladang perbuatan tercela dengan bersembunyi di balik kedok organisasinya.
Di dalam organisasi berbasis massa, pastilah memiliki seorang figur sentral yang selalu dibanggakan pengikutnya. Memiliki kemampuan berorasi dan berargumen yang baik dalam melecut semangat para pengikut setia untuk menaati semua perintahnya. Bila pergi kemanapun, pemimpin seperti ini tidak akan berani pergi sendirian dan biasanya akan dikawal oleh para pengawal dalam jumlah banyak.
Para pengikut biasa, akan berlomba-lomba memamerkan kelebihannya agar memperoleh jabatan strategis dan mentereng dalam struktur organisasi. Menunjukkan loyalitas (kesetiaan) walaupun harus berurusan dengan pihak berwajib karena membela kepentingan organisasi dan pemimpinnya.
Yang penting setelah keluar dari penjara, dapat dianggap telah berjasa kepada organisasi dan pantas menduduki kursi eksklusif. Mendapatkan kebanggaan karena dikenal. Mendapat pujian karena keberaniannya walaupun harus berurusan dengan hukum.
Padahal sesungguhnya organisasi yang gila pujian adalah mereka yang selalu menebar sensasi untuk mencari perhatian publik. Dengan memperoleh banyak perhatian publik, maka organisasi ini akan memiliki daya tawar yang tinggi terhadap pemegang kebijakan.
Sebaliknya ada organisasi yang telah eksis dan berkembang jauh-jauh hari sebelum era booming kehadiran banyak organisasi di bumi pertiwi. Mereka telah berjasa dan berkontribusi banyak terhadap pembangunan di negeri ini.
Organisasi ini selalu mengamalkan ajaran agama dengan amat baik, menghargai penganut agama lain, menebarkan cinta kasih serta bersumpah setia kepada bangsa dan negara.
Pemimpin organisasi seperti ini dikenal bukan karena orasinya yang meledak-ledak hingga menonjolkan urat leher, melainkan karena kesederhanaan dan kesantunannya dalam bertindak. Tidak menggunakan mobil impor berharga milyaran dan tidak memerlukan pengawal yang berjumlah satu bus metromini.
Banyak juga tokoh pemimpin dari organisasi sealiran yang tidak dikenal oleh masyarakat luas, namun kiprahnya amat dirasakan dalam membentuk karakter dan kepribadian pengikutnya yang humanis dan menjunjung toleransi dalam segala hal.
Para tokoh organisasi ini lebih mengedepankan perilaku dan perbuatan daripada sekadar mencari perhatian dengan melakukan tindakan tidak terpuji. Mendidik pengikutnya agar selalu melihat kebenaran dari berbagai sudut pandang, bukan hanya dari kacamata yang sedang mereka kenakan. Para tokoh organisasi ini sadar, sikap fanatik yang berlebihan sering kali membutakan kebenaran.
Sobatku yang budiman...
Mereka yang masih ingin dipuja-puji dan disanjung-sanjung menunjukkan bahwa mereka masih memiliki banyak kekurangan. Pujian dan sanjungan apapun bentuknya, jika tidak disikapi dengan arif bijaksana, justru akan menghambat seseorang dalam mencapai keikhlasan diri. Setiap perbuatan yang mengharapkan pamrih, akan menjauhkan diri dari sikap ikhlas.
Bukankah seorang pemimpin itu adalah mereka yang sanggup melayani orang lain? Bukan sebaliknya minta dilayani. Selalu mencaplok porsi besar dan membiarkan serpihan-serpihannya untuk dinikmati para pengikutnya.
Marilah kita bersikap bijaksana, meneladani para tokoh yang bersikap santun dan menjunjung harkat martabat manusia setinggi-tingginya.
Mereka tidak memandang motif ekonomi atau "bisnis" dari apa yang mereka perbuat. Mereka bekerja dengan ketulusan dan keikhlasan. Mereka selalu ada di tengah-tengah masyarakat, meleburkan diri tanpa memandang perbedaan. Mereka enggan menggunakan atribut namun kinerja mereka begitu nyata.
Mereka tidak fanatik. Tidak memihak ke sebelah kanan maupun sebelah kiri. Mereka tegas berprinsip, yang benar akan dibela dan dibenarkan sedangkan yang salah akan tetap disalahkan.
Mereka selalu bersikap netral, toleransi dan penuh cinta kasih. Mereka akan meninggalkan lingkungan yang fanatik. Mereka akan menjauhi kelompok ekstrim yang menghambakan kebenaran kelompoknya dan mengabaikan kepentingan orang banyak.
Sesungguhnya, sifat fanatik yang berlebihan terhadap sesuatu, seringkali akan berujung kepada munculnya perasaan anti dan benci kepada pihak lain yang berseberangan.
Mereka selalu menyadarkan para pengikut untuk meneladani perilakunya, bukan ketokohannya. Melayani kebajikan sehingga dapat diterima oleh semua orang.
Mereka bukan seorang yang suka pamer. Selalu bernada lembut, bertutur kata sopan, berbicara tidak dalam nafas kebencian dan intonasi suaranya tidak meledak-ledak. Tatapan matanya amat menyejukkan kalbu.
Dan yang terutama, mereka tidak mengajarkan fanatisme berlebihan terhadap sesuatu hal. Sebab fanatisme yang berlebihan seringkali membutakan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Say No To Terrorism and Radicalism...!!! Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar