Dahulu kala, Di Tiongkok bagian timur terdapat sebuah desa kecil, ada seorang hartawan yang membangun rumahnya dari batu giok, seluruh rumahnya terbuat dari batu giok yang besar, jendela dan pintu rumahnya terbuat dari emas, rumahnya sangat cantik dan mewah.
Hartawan ini menganggap rumahnya sangat baik, tetapi para dewa setelah mengamati rumah ini, menganggapnya tidak baik karena tidak lama kemudian rumah ini akan runtuh juga setelah runtuh akan menimpa pemiliknya.
Pada suatu hari, Amitabha yang welas asih datang untuk menyelamatkan hartawan ini. Amitabha meminta tetangga hartawan, nenek Wang datang menjelaskan fakta kebenaran kepada hartawan ini. Nenek Wang berkata: "Tidak lama lagi rumah giokmu ini akan runtuh, setelah runtuh akan menimpa dirimu hingga tewas."
Ketika nenek Wang tengah berkata demikian, dari dalam rumah keluar banyak kodok kecil, nenek Wang melanjutkan:"Di dalam rumah giok ini seharusnya tidak ada kodok, ini adalah pertanda tidak berapa lama lagi rumah giokmu akan runtuh, dan reruntuhan akan menimpa engkau hingga tewas, bergegas bongkar rumah ini, jual giok dan emas itu lalu bagikan kepada fakir miskin."
Hartawan ini sama sekali tidak percaya kata-kata yang disampaikan nenek Wang. Dia mengganggap nenek Wang miskin, sementara dia sendiri kaya raya, nenek Wang hanyalah iri hati padanya. Rumah gioknya adalah rumah yang paling kokoh di dunia ini. Jika terjadi gempa berkekuatan 10 Richter seluruh rumah di dunia sudah hancur, namun rumahnya tidak akan runtuh. Kodok bukanlah pertanda buruk, kodok akan membawa rejeki dan membuatnya semakin kaya, lalu dia menangkap kodok itu dan mengawetkannya, diletakkan di atas altar sembahyang dan memujanya sebagai pembawa rejeki.
Satu tahun kemudian, Amitabha yang welas asih datang kembali hendak menyelamatkan hartawan ini, dia meminta ibunda hartawan menjelaskan fakta kebenaran kepada anaknya. Ibundanya berkata: "Tidak berapa lama lagi rumah giokmu ini akan runtuh, setelah runtuh akan menimpa dan menewaskanmu."
Ketika ibundanya berkata demikian, dia melihat di dinding rumahnya ada sepotong batu giok yang sudah retak, lalu ibundanya menunjuk tanda retakan tersebut sambil berkata kepadanya: “Engkau lihat retakan itu, itu pertanda tidak berapa lama kemudian rumah giok ini akan hancur, engkau akan tewas tertimpa reruntuhannya, cepat bongkar rumah ini, lalu jual batu gioknya, dan bangun rumah yang lain."
Hartawan ini sama sekali tidak percaya kata-kata yang disampaikan oleh ibundanya, menganggap ibundanya membesar-besarkan masalah, retak di dinding hanyalah karena ketika membangun rumah ini tukang batunya tidak melihat ada satu batu yang retak sehingga tetap dipasang ke dinding, lalu dia menyuruh tukang lain mengganti batu giok yang retak tersebut.
Setahun kemudian, Amitabha yang welas asih datang kembali untuk menyelamatkan sang hartawan. Beliau meminta seorang bhiksu tua datang menjelaskan fakta kebenaran kepada hartawan. Bhiksu tua berkata: "Tidak berapa lama lagi rumahmu akan runtuh, engkau akan tewas tertimpa reruntuhan rumah ini."
Sambil berkata demikian, bhiksu tua menatap ke dinding, di atas sepotong batu giok tertera tulisan: "Rumah ini berbahaya." Bhiksu tua menunjuk ke dinding dan berkata: "Lihat pada dinding tertulis 'rumah ini berbahaya.' Ini adalah petunjuk dari dewa, tidak berapa lama lagi rumah akan runtuh dan engkau akan tewas tertimpa reruntuhan."
Hartawan ini tidak percaya kepada bhiksu tua, dia pikir bhiksu tua dengan ilmu sihirnya sengaja menakut-nakuti dirinya, lalu dia menghapus tulisan di dinding dengan bangga menggantinya dengan tulisan tangannya 'rumah ini kokoh.' Tidak berapa lama kemudian, rumah ini benar-benar runtuh. Reruntuhan rumah menimpa hartawan ini hingga tewas mengenaskan.
Wahai manusia, Langit senantiasa berbelas kasih, dengan berbagai cara mengingatkan kita menjauhkan diri dari kejahatan dan prasangka, agar terhindar dari marabahaya dan petaka. Namun sayangnya, manusia seringkali tidak mempercayai tanda-tanda alam dan jaman.
Kebaikan akan memperoleh anugerah, sementara perbuatan jahat seperti menyiksa, menganiaya akan mendapat hukuman’ dan berharap orang-orang di dunia yang masih memiliki nurani serta rasa keadilan, akan memperoleh masa depan yang cemerlang.
Hartawan ini menganggap rumahnya sangat baik, tetapi para dewa setelah mengamati rumah ini, menganggapnya tidak baik karena tidak lama kemudian rumah ini akan runtuh juga setelah runtuh akan menimpa pemiliknya.
Pada suatu hari, Amitabha yang welas asih datang untuk menyelamatkan hartawan ini. Amitabha meminta tetangga hartawan, nenek Wang datang menjelaskan fakta kebenaran kepada hartawan ini. Nenek Wang berkata: "Tidak lama lagi rumah giokmu ini akan runtuh, setelah runtuh akan menimpa dirimu hingga tewas."
Ketika nenek Wang tengah berkata demikian, dari dalam rumah keluar banyak kodok kecil, nenek Wang melanjutkan:"Di dalam rumah giok ini seharusnya tidak ada kodok, ini adalah pertanda tidak berapa lama lagi rumah giokmu akan runtuh, dan reruntuhan akan menimpa engkau hingga tewas, bergegas bongkar rumah ini, jual giok dan emas itu lalu bagikan kepada fakir miskin."
Hartawan ini sama sekali tidak percaya kata-kata yang disampaikan nenek Wang. Dia mengganggap nenek Wang miskin, sementara dia sendiri kaya raya, nenek Wang hanyalah iri hati padanya. Rumah gioknya adalah rumah yang paling kokoh di dunia ini. Jika terjadi gempa berkekuatan 10 Richter seluruh rumah di dunia sudah hancur, namun rumahnya tidak akan runtuh. Kodok bukanlah pertanda buruk, kodok akan membawa rejeki dan membuatnya semakin kaya, lalu dia menangkap kodok itu dan mengawetkannya, diletakkan di atas altar sembahyang dan memujanya sebagai pembawa rejeki.
Satu tahun kemudian, Amitabha yang welas asih datang kembali hendak menyelamatkan hartawan ini, dia meminta ibunda hartawan menjelaskan fakta kebenaran kepada anaknya. Ibundanya berkata: "Tidak berapa lama lagi rumah giokmu ini akan runtuh, setelah runtuh akan menimpa dan menewaskanmu."
Ketika ibundanya berkata demikian, dia melihat di dinding rumahnya ada sepotong batu giok yang sudah retak, lalu ibundanya menunjuk tanda retakan tersebut sambil berkata kepadanya: “Engkau lihat retakan itu, itu pertanda tidak berapa lama kemudian rumah giok ini akan hancur, engkau akan tewas tertimpa reruntuhannya, cepat bongkar rumah ini, lalu jual batu gioknya, dan bangun rumah yang lain."
Hartawan ini sama sekali tidak percaya kata-kata yang disampaikan oleh ibundanya, menganggap ibundanya membesar-besarkan masalah, retak di dinding hanyalah karena ketika membangun rumah ini tukang batunya tidak melihat ada satu batu yang retak sehingga tetap dipasang ke dinding, lalu dia menyuruh tukang lain mengganti batu giok yang retak tersebut.
Setahun kemudian, Amitabha yang welas asih datang kembali untuk menyelamatkan sang hartawan. Beliau meminta seorang bhiksu tua datang menjelaskan fakta kebenaran kepada hartawan. Bhiksu tua berkata: "Tidak berapa lama lagi rumahmu akan runtuh, engkau akan tewas tertimpa reruntuhan rumah ini."
Sambil berkata demikian, bhiksu tua menatap ke dinding, di atas sepotong batu giok tertera tulisan: "Rumah ini berbahaya." Bhiksu tua menunjuk ke dinding dan berkata: "Lihat pada dinding tertulis 'rumah ini berbahaya.' Ini adalah petunjuk dari dewa, tidak berapa lama lagi rumah akan runtuh dan engkau akan tewas tertimpa reruntuhan."
Hartawan ini tidak percaya kepada bhiksu tua, dia pikir bhiksu tua dengan ilmu sihirnya sengaja menakut-nakuti dirinya, lalu dia menghapus tulisan di dinding dengan bangga menggantinya dengan tulisan tangannya 'rumah ini kokoh.' Tidak berapa lama kemudian, rumah ini benar-benar runtuh. Reruntuhan rumah menimpa hartawan ini hingga tewas mengenaskan.
Wahai manusia, Langit senantiasa berbelas kasih, dengan berbagai cara mengingatkan kita menjauhkan diri dari kejahatan dan prasangka, agar terhindar dari marabahaya dan petaka. Namun sayangnya, manusia seringkali tidak mempercayai tanda-tanda alam dan jaman.
Kebaikan akan memperoleh anugerah, sementara perbuatan jahat seperti menyiksa, menganiaya akan mendapat hukuman’ dan berharap orang-orang di dunia yang masih memiliki nurani serta rasa keadilan, akan memperoleh masa depan yang cemerlang.
Tidak ada komentar:
Write komentar