Kecemburuan dan Transformasi kemalangan menjadi Kebahagiaan

Kisah ini terjadi di zaman Dinasti Song, Jiang Yuan yang memiliki 11 orang anak, ada yang bungkuk, kakinya cacat, anggota badan telah layu, sakit mental, orang tuli, orang buta, orang tidak bisa bicara dan satu lagi  meninggal di penjara. Ketika Zigao melihat ini, dia bertanya, "Apa yang telah kau lakukan? Mengapa Anda menderita begitu banyak kemalangan?"
 
Jiang Yuan menjawab, "Dalam hidup saya, saya tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk. Tapi aku selalu cemburu pada orang lain. Ketika melihat orang telah melakukan yang lebih baik daripada aku, maka aku cemburu, aku ngak suka hanya mereka yang disanjung.
Ketika saya mendengar bahwa orang lain melakukan beberapa perbuatan baik, saya akan merasa ragu.Tetapi ketika saya mendengar seseorang yang melakukan hal-hal buruk, saya tidak akan pernah mempertanyakannya.. Ketika saya melihat orang lain memperoleh keuntungan, saya akan merasa seolah-olah saya menderita beberapa kerugian. Tetapi ketika saya melihat orang lain kehilangan sesuatu, aku akan merasa seolah-olah saya mendapatkan keberuntungan. "
 
Zigao mendesah, "Hati Anda begitu buruk, kemalangan Anda tidak hanya membuat Anda sudah menderita tapi, seluruh keluarga Anda mungkin dihabisi". Setelah mendengar hal ini, Jiang Yuan merasa sangat kecewa. Zigao berkata kepadanya, "Meskipun Surga adalah jauh di atas kita, tapi bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi di dunia manusia. Jika Anda benar-benar dapat memperbaiki kesalahan Anda, kemalangan Anda akan berubah menjadi kebahagiaan.. Hal ini tidak terlalu terlambat untuk memperbaiki cara-cara Anda."
 
Sejak itu, Jiang Yuan menjadi sangat waspada dan berhati-hati juga bertekad untuk memperbaiki dirinya. Dalam beberapa tahun, putra-putranya pulih dari penderitaan mereka satu demi satu. Cemburu membuat orang merasa benci. Yang lebih parah lagi, hal itu membuat orang melakukan perbuatan buruk dan menyinggung langit. Cemburu adalah manifestasi menjadi egois dan egois. Pada awalnya, Jiang Yuan sangat cemburu dan tidak memiliki belas kasih sama sekali. Karena itu, ia bertemu dengan kemalangan. Setelah ia benar-benar memperbaiki kesalahannya itu, kemalangan berubah menjadi kebahagiaan. Ini adalah persis seperti pepatah lama yang mengatakan: "Keluarga yang menumpuk perbuatan baik terikat untuk memiliki berkat, sementara keluarga yang menumpuk perbuatan buruk terikat untuk memiliki penderitaan."