Selama Dinasti Jin, ada seorang anak yang bernama Wang Xiang (王祥) yang telah kehilangan ibunya karena penyakit yang di deritanya. Ayahnya kemudian mencari istri lagi agar anaknya bisa memiliki seorang ibu.
Tetapi, ibu tirinya adalah seorang wanita yang pemarah dan memiliki hati yang jahat. Dia tidak menyukai anak tirinya dan sering memarahi dia di depan ayahnya.
Oleh karena sering dipengaruhi oleh ibu tirinya, maka akhirnya ia berhasil mengubah sikap ayah Wang Xiang terhadap anak itu. Meskipun dalam keadaan sulit, tapi Wang Xiang tetap setia dalam hal berbakti pada mereka berdua.
Ketika itu, tiba saatnya musim dingin yang luar biasa dan salju turun selama beberapa hari. Salju menumpuk di semua sisi rumah dan sungai kecil yang ada di sekitarnya menjadi beku menjadi es. Cuaca yang dingin memaksa orang berada dalam ruangan keluarga dan semua binatang mencari tempat berlindung di mana pun mereka bisa, karena diluar salju terus-menerus turun seperti selimut putih. Ibu tiri Wang Xiang saat itu sedang jatuh sakit.
Ibu tirinya menginginkan suatu keinginan yang kuat untuk makan ikan mas yang masih segar sebagai obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Tetapi diluar masih turun salju dan di mana-mana sungai-sungai sudah lama beku, mau dimana menemukan ikan segar? Walaupun begitu sebagai anak yang berbakti, bagaimanapun Wang Xiang tidak tahan melihat ibu tirinya tidak bahagia.
Ia kemudian memaksa diri untuk pergi jalan keluar, walaupun cuaca sangat dingin. Dia terus berjalan sepanjang sisi sungai untuk melihat apa yang bisa dilakukannya. Dilihatnya dimana-mana salju bertumpuk, sementara itu dia sendiri menggigil kedinginan.
Dia melihat dan melihat sekeliling, namun tidak menemukan akses ke air yang mengalir. Karena telah lelah dan kecewa, ia pun duduk di atas es salju dan meratapi kegagalannya untuk menemukan ikan yang akan menyembuhkan ibunya.
Oleh karena dia tidak memiliki cara untuk memecahkan masalah tersebut, ia hanya bisa membiarkan air matanya mengalir. Namun tiba-tiba muncul sebuah gagasan padanya saat ia menangis dan tidak memiliki jalan lain. Dengan putus asa, ia membuka mantel dan kemejanya dan berbaring di atas es. Tidak lama kemudian, panas tubuhnya mencairkan salju es dan menjadi lubang. Dua ikan mas yang telah beku dalam air sungai tiba-tiba melompat keluar dari celah es dan mengelepar ke permukaan.
Dengan perasaan kagum dan senang, Wang Xiang mengambilnya dan membawa ikan mas itu pulang ke rumah untuk ibunya yang sakit itu. Melihat dua ekor ikan yang masih hidup, ibu tiri Wang Xiang merasa benar-benar malu dengan keegoisannya. Sejak itu, sikap ibu tirinya berubah menjadi baik dan peduli terhadap anak tirinya.
Banyak orang yang mengatakan bahwa ikan itu berasal dari pengabdian baktinya yang tulus. Sikap mulianya membuat Langit terharu dan memberinya hadiah.
Sebuah bait puisi untuk menghormatinya mengatakan,
Ibu tiri berlimpah di bumi ini,
Tapi jarang ada anak berbakti seperti Wang Xiang.
Bahkan sekarang ketika sungai membeku,
Tidak ingat pengorbanan dinginnya untuk ibunya.
Tetapi, ibu tirinya adalah seorang wanita yang pemarah dan memiliki hati yang jahat. Dia tidak menyukai anak tirinya dan sering memarahi dia di depan ayahnya.
Oleh karena sering dipengaruhi oleh ibu tirinya, maka akhirnya ia berhasil mengubah sikap ayah Wang Xiang terhadap anak itu. Meskipun dalam keadaan sulit, tapi Wang Xiang tetap setia dalam hal berbakti pada mereka berdua.
Ketika itu, tiba saatnya musim dingin yang luar biasa dan salju turun selama beberapa hari. Salju menumpuk di semua sisi rumah dan sungai kecil yang ada di sekitarnya menjadi beku menjadi es. Cuaca yang dingin memaksa orang berada dalam ruangan keluarga dan semua binatang mencari tempat berlindung di mana pun mereka bisa, karena diluar salju terus-menerus turun seperti selimut putih. Ibu tiri Wang Xiang saat itu sedang jatuh sakit.
Ibu tirinya menginginkan suatu keinginan yang kuat untuk makan ikan mas yang masih segar sebagai obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Tetapi diluar masih turun salju dan di mana-mana sungai-sungai sudah lama beku, mau dimana menemukan ikan segar? Walaupun begitu sebagai anak yang berbakti, bagaimanapun Wang Xiang tidak tahan melihat ibu tirinya tidak bahagia.
Ia kemudian memaksa diri untuk pergi jalan keluar, walaupun cuaca sangat dingin. Dia terus berjalan sepanjang sisi sungai untuk melihat apa yang bisa dilakukannya. Dilihatnya dimana-mana salju bertumpuk, sementara itu dia sendiri menggigil kedinginan.
Dia melihat dan melihat sekeliling, namun tidak menemukan akses ke air yang mengalir. Karena telah lelah dan kecewa, ia pun duduk di atas es salju dan meratapi kegagalannya untuk menemukan ikan yang akan menyembuhkan ibunya.
Oleh karena dia tidak memiliki cara untuk memecahkan masalah tersebut, ia hanya bisa membiarkan air matanya mengalir. Namun tiba-tiba muncul sebuah gagasan padanya saat ia menangis dan tidak memiliki jalan lain. Dengan putus asa, ia membuka mantel dan kemejanya dan berbaring di atas es. Tidak lama kemudian, panas tubuhnya mencairkan salju es dan menjadi lubang. Dua ikan mas yang telah beku dalam air sungai tiba-tiba melompat keluar dari celah es dan mengelepar ke permukaan.
Dengan perasaan kagum dan senang, Wang Xiang mengambilnya dan membawa ikan mas itu pulang ke rumah untuk ibunya yang sakit itu. Melihat dua ekor ikan yang masih hidup, ibu tiri Wang Xiang merasa benar-benar malu dengan keegoisannya. Sejak itu, sikap ibu tirinya berubah menjadi baik dan peduli terhadap anak tirinya.
Banyak orang yang mengatakan bahwa ikan itu berasal dari pengabdian baktinya yang tulus. Sikap mulianya membuat Langit terharu dan memberinya hadiah.
Sebuah bait puisi untuk menghormatinya mengatakan,
Ibu tiri berlimpah di bumi ini,
Tapi jarang ada anak berbakti seperti Wang Xiang.
Bahkan sekarang ketika sungai membeku,
Tidak ingat pengorbanan dinginnya untuk ibunya.
Tidak ada komentar:
Write komentar