|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 10 Agustus 2011

Wejangan Buddha Hidup Ci Kung, Gondok-Gondokan

 

Petikan Wejangan Guru Suci kita, Buddha Hidup Ci Kung,
“Nasehat untuk Manusia di Dunia”

[Di dalam Rumah Tangga]
[Suami Istri]
Manusia hidup di dunia banyak yang gontok-gontokan, karena jiwa kerdil tidak lapang dada. Masalah kecil tidak bersabar, akibatnya timbul kekacauan besar.

Tidak mau saling mengalah, terjadilah cekcok mulut. Murka hanya karena masalah kecil, maka timbullah gelombang besar.
Suami Istri tidak saling hormat, hanya soal urusan rumah tangga gontok-gontokan.

Sang suami menuduh istri tidak lembut, tidak arif, tahunya cerewet mencari gara-gara.

Sang istri mencela suami tidak bertanggung jawab, kerjanya hanya senang-senang main perempuan.

Siang hari sibuk mengurus rumah tangga badan sengsara, menanak nasi, mencuci pakaian, masih harus menjaga keamanan rumah.

Kau sebagai suami tidak mau tahu, tidak membantu menggendong anak, aku masih harus taat pada semua tata cara.

Sang suami pun berkata, dia sibuk bekerja di luar, mencari uang untuk memelihara seluruh anggota keluarga.

Letih dan sengsara sulit diceritakan, bagaimana dikatakan kurang perhatian?

[Mertua dan menantu]
Antara mama mertua dan menantu perempuan pun kejadiannya sama, belum lagi antara saudara ipar, saling iri berkepanjangan.

Menyaksikan mama mertua menimang cucu yang besar, menantu kedua marah luar biasa. Menuduh mertua tidak adil, mengapa pilih kasih pada menantu yang besar?

Sang mertua mendengar tuduhan itu, suaranya menggelegar, menantu dicerca tidak berbakti, tidak punya hati nurani.

Karena para saudara ipar sering ribut, mama mertua kenyang oleh kekesalan.

[Antara saudara perempuan]
Sesaudara perempuan juga sering cekcok, kakak menuduh mama lebih sayang adiknya, sering menyembunyikan makanan enak untuk adik, sering diajak jalan-jalan senang-senang.

Sang adik pun mencela mama tidak adil, bahan pakaian yang bagus-bagus diberikan pada kakak, sedangkan bajuku motifnya kuno-kuno, baju dingin pun sudah pada sobek.

Sesaudara perempuan gontok-gontokan, rumah tangga berantakan tidak akur.

[Antar saudara laki-laki]
Sesaudara laki-laki pun begitu pula, sering cekcok memperebutkan harta orang tua. Sedikit pun tidak ada yang mengalah, membuat orang tua sedit dan kesal.

Guru menasehati kalian, dengarkanlah.

Manusia hidup tidaklah panjang, salaing menahan diri dan mengalah, berjiwa besar. Keluarga rukun dan damai, bahagia tidak terkira.

[Di Wadah Tao]
Tengok pula di lingkungan pembina Tao dan pelaksanaan tugas-tugas Tao.

Ternyata para pembina Tao pun lebih gawat.

Sebagai ciang she (penceramah) sering melaksanakan tugas Tao, tapi sering ribut dalam masalah umat baru.

Tarik-menarik tidak ada yang mau mengalah, menyedihkan sekali, semua mementingkan golongannya.

[Nasehat untuk Pemimpin]
Sebagai Tien Juan She ada juga yang begitu, masing-masing sibuk tidak ambil peduli, tidak toleran.

Karena masalah kecil dari umat asuhannya, dia murka, api angkara membakar tinggi, rupanya seperti iblis turun mengamuk.

Nasehat dan didikan Pendahulunya tidak digubris, semua hal dijadikan masalah, kemarahan diumbar terus, seakan umat tidak ada yang baik, hanya dia sendiri yang pintar dan benar.

Dia tidak sadar dirinya sudah dirasuk iblis penguji. Sekali diuji terpuruk ke jurang dalam, jerih payah yang lalu menjadi sia-sia.

Menjalankan tugas Tao jangan bergantung pada hubungan pribadi.

Jalankanlah kehendak Tuhan, bimbing umat supaya arif.

Segalanya memang membutuhkan kesabaran, sabar dan bersabarlah, orang sabar tidak risau.

Kalau bersalah tidak mau kau perbaiki, kelak pulang ke atas akan bersimbah air mata.

Kau sendiri mogok tidak bertugas, masalahnya kecil, tapi umat terbengkalai penuh sengsara.

Semua kesalahan timbul dari ulahmu sendiri. Hukuman akan tiba, tidak bisa lolos.

Aku menasehati para pembina Tao, perihal gontok-gontokan sapu sampai bersih.

Hati jernih, semua masalah biarkanlah ditiup angin lalu, mari kita melangkah ke dunia suci. Belajar menjadi Malaikat dan Buddha, berlapang dada.

Itulah baru terhitung teladan pembina Tao, juga tidak mengecewakan nasehat Guru yang sabar tanpa jemu.

Pendahulumu bagai orang tuamu, nasehatnya harus didengar jangan congkak. Melecehkan dan mengabaikan para Guru Penerang, bukan tindakan orang pintar.

Hukuman Yang di Atas tidak rngan dan tiada ampun.

Yang bertobat dan sadar tidak akan digugat, bertekad kembali, barulah arif dan berani.

Marilah bergandengan tangan melaksanakan tugas suci, hidup rukun dan gembira, bahagia selamanya.

Tidak ada komentar:
Write komentar