Orang zaman dahulu demi membantu para janda agar tetap dapat menjaga kesuciannya, penduduk setempat sering membangun sebuah pagoda suci untuk mereka agar para janda dapat dengan tepat menjaga kesuciannya, perbuatan ini pantas di hormati.
Tetapi apabila para janda tidak dapat menjaga diri dan terlibat hubungan asusila dengan oarang lain, maka mereka secara pasti akan merusak moral kebajikannya sendiri.
Dibawah ini merupakan cerita memberi nasehat kepada seorang janda yang untuk menjaga kesucian dan mengendalikan hawa nafsunya.
Pada masa dinasti Tang, hidup lah seorang perdana menteri yang bernama Ti Liang Kung dengan gelar Jen Cie. Beliau memiliki tinggi badan delapan kaki dan wawasan luas. Semasa mudanya, beliau amatlah tampan. Dan pernah suatu kali, demi untuk mengikuti ujian Negara, dia pernah menginap di suatu penginapan.
Pada suatu hari, saat tengah malam, tiba-tiba datang seorang janda muda kedalam kamarnya. Rupanya adalah menantu pemilik penginapan yang baru saja ditinggal mati suaminya. Karena melihat Jen cie amatlah tampan, maka tergerak hatinya, lalu dengan alasan ingin meminjam api, dia memasuki kamar Jen Cie dengan maksud untuk berselingkuh.
Nyatanya, sedikitpun Jie Cie tidak tergoyahkan hatinya. Malahan dengan tenang berkata padanya, “Begitu melihat dirimu, aku menjadi ingat kata-kata seorang biksu tua.” Janda muda itu tidak mengerti maksud dari kata-katanya, lalu meminta penjelasan.
Jin Cie menjelaskan, ‘Dulu saya pernah belajar di vihara, dan biksu tua disana pernah berkata kepada saya, “Tuan, kelak anda pasti akan menjadi orang yang sukses, namun anda haruslah berhati-hati, janganlah haus sex dan melakukan perzinahan!” Saya lalu berkata. “Wanita yang cantik siapa juga suka, bagaimana mungkin dapat mengendalikan nafsu keinginan ini ?
”Lalu biksu tua itu menjelaskan padaku, “Mengendalikan nafsu ini sebenarnya tidaklah sulit, dalam hatimu dapat timbul nafsu birahi itu karena kamu menyukai kecantikkannya. Apabila wanita cantik itu kamu ibaratkan sebagai seekor siluman rubah, ular beracun atau setan dedemit, wajahnya kamu anggap seperti orang berpenyakitan, pucat dan kurus atau seperti wajah setan, lalu anggaplah dandanan wajahnya seperti dandanan sebuah mayat, wajah kehitam-hitaman dan tampak sangat buruk, kemudian tubuh yang indah dan menggairahkan itu dianggap seperti satu penyakit menular yang dapat mengakibatkan badanmu membusuk dan hancur, atau bagaikan tubuh yang digerogoti oleh ulat disana sini dang sangat mengerikan. Bisa berpikir demikian, api nafsu ini akan menjadi padam bagaikan mendapat siraman es yang dingin.”
Lalu sambil tersenyum dia melanjutkan lagi, “Saya amat memuji ajaran-ajaran dari biksu tua itu, sehingga tidak berani melupakannya. Tadi begitu melihat paras mu yang cantik, saya juga ada perasaan tertarik, namun saat itu juga saya mencoba ajaran tadi yang diatas tadi, langsung perasaan ini dingin seketika. Jika kamu dapat menjaga kesucian dirimu samapi selamanya, itulah satu perbuatan yang mulia, namun sebaliknya kamu hanya karena tertarik oleh ketampananku saja sudah tidak dapat menahan diri lagi. Apabila kamu dapat berpikir seperti saya tadi, mana ada gairah cinta ? lagipula mertuamu sudah berusia lanjut dan anakmu masih kecil, apabila kamu selingkuh dan pergi dengan diriku, mertua dan anakmu akan bagaimana jadinya ?
Karena melihat janda itu hanya menundukkan kepala saja, maka dia bercerita lagi, “Dahulu kala ada seorang wanita bernama Han Cu In, karena wajahnya sangat cantik, dia takut diganggu oleh penjahat pemerkosa, maka dia memotong hidungnya sendiri. Ada lagi seorang nyonya bangsawan yang sangat cantik dan demi untuk menjaga kesuciannya, beliau menggunakanpecahan cermin melukai matanya sendiri. Masih banyak lagi wanita-wanita yang demi menjaga kesuciannya melakukan hal-hal yang unik, ada yang menjatuhkan diri dalam lubang tinja, ada yang bunuh diri, ada lagi yang berpura-pura gila dan bisu. Mereka melakukan semua hal itu hanya demi untuk menjaga kesucian diri karena mereka takut dinodai dan demi menjaga kehormatannya mereka bersedia menggunakan berbagai cara yang tragis itu”.
Setelah Janda muda mendengarkan semua hal itu, beliau merasa amat berterima kasih dan terharu hatinya. Lalu sambil meneteskan air mata, dia berkata, “Terima kasih atas budi besar tuan penolong. Anda bukan hanya menjaga kesucian diriku, bahkan juga mengajariku cara untuk mengendalikan hawa nafsu ini. Mulai saat ini hatiku akan seperti sumur tua yang selamanya bersih, juga bagaikan sebuah batu kumala yang berusia ratusan tahun. Dengan hati yang teguh, saya akan menjaga kesucian diri demi untuk membalas budi tuan penolong”. Setelah memberi hormat kepada Jen Cie, dia berkata lagi “Masalah ini harap jangan disebarluaskan lagi”. Lalu dengan cepat janda itu pergi meninggalkan tempat itu.
Jen Cie kemudian membuat sebuah sajak yang berbunyi :
“Dunia yang indah dan penuh dengan warna-warni,
Apabila aku menzinahi istri orang, istriku akan dizinahi orang lain, Disaat nafsu birahi muncul, kenanglah almarhum sang istri,
Bayangkan tubuhnya yang dipenuhi degan ulat-ulat, maka lenyaplah nafsu itu.”
Dikemudian hari, janda muda itu akhirnya menjadi terkenal karena senantiasa menjaga kesucian dirinya dan Jen Cie menjadi perdana menteri dinasti Tang. Ini semua mereka peroleh dari keteguhan hati membina dirinya yang mana tak akan pernah tergoyahkan.
Tuan Chiu Yong Ik membuat sajak pujian,
“Menjaga diri dan berprinsip menghindari jodoh buruk,
Menasehati para janda agar teguh menjaga kesucian,
Berbuat hal yang gemilang dengan pantang berzinah,
Meninggalkan nama harum yang mengharukan TUHAN.”
Tidak ada komentar:
Write komentar