|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 08 Juni 2012

Penguasa Bijaksana Takut Tiga Hal

 

Para pemimpin zaman sekarang akan melakukan pekerjaannya dengan baik jika dapat mempelajari kebijaksanaan kuno ini, agar mengetahui apa yang seharusnya ditakuti.

Dalam sebuah tinjauan yang cermat terhadap peristiwa yang kini terjadi, seseorang dapat mengenali pemimpin yang tidak mengikuti peraturan ini dan bisa melihat akibatnya.

Sering kali terjadinya kegagalan kita adalah sebagai akibat kita kurang waspada dalam mengenali kekurangan dalam diri kita sendiri dan bukan karena faktor dari luar - yang akhirnya akan membawa kita pada kehancuran.

Dalam bukunya Han Ying menulis sebuah kisah yang mendatangkan inspirasi mengenai kepemimpinan di dalam buku "The Outer Commentary to the Book of Songs", sebuah buku yang sudah sangat dikenal baik dari China kuno. Prinsip kuno yang ia bahas membawa pesan penting bagi para pemimpin kita saat ini. Siapa saja yang mencari kebijaksanaan akan memperoleh keuntungan apabila mempelajarinya.

Seorang penguasa yang bijaksana takut akan tiga hal : Pertama, ia takut mungkin saja ia tidak menyadari kesalahannya akibat posisinya yang tinggi. Kedua, ia takut terlalu arogan dan terlalu puas diri ketika ia telah mencapai kesuksesan. Terakhir, ia takut mungkin saja ia akan mengindahkan nasihat yang bijaksana.

Raja Goujian ( 勾踐 ) dari Dinasti Yue mengalahkan Negara Wu dan menaklukkan kesembilan kelompok etnis, dengan begitu menjadi penguasa di daratan China Selatan.

Setelah kemenangannya, ia memerintahkan sebuah pertemuan istana kerajaan dan mengumumkan pejabat pengadilannya, “Raja Fuchai dari Negara Wu membawa kerajaannya sendiri ke dalam malapetaka karena Ia terlalu arogan untuk melihat dan mengoreksi kekurangannya sendiri. Saya harus belajar dari kesalahannya yang fatal itu. Saya menyatakan bahwa adalah sangat menyakitkan hati jika seseorang menemukan saya memiliki kekurangan namun tidak memberitahukannya kepada saya.”

Raja Goujian mengetahui bahwa rakyatnya akan merasa ragu-ragu untuk mengritik seorang pemimpin, Karena itu ia merasa khawatir bahwa tidak ada seorang pun yang akan menunjukkan kesalahannya untuk memungkinkan dirinya dapat memperbaikinya.

Setelah Raja Wen ( 文王 ) dari Negara Jin mengalahkan Negara Chu, pasukannya menjadi tidak terkendali. Mereka membakar kemah-kemah milik pasukan Chu. Api berkobar lebih dari tiga hari tiga malam, menyebabkan banyak properti mahal menjadi rusak.

Ketika para pejabat pengadilan tengah merayakan kemenangan mereka, Raja Wen terlihat cemas setengah mati. Pembantunya bertanya, “Kenapa Yang Mulia masih terlihat cemas? Kita telah mengalahkan tentara pasukan Chu.”

Raja Wen menjelaskan, “Seorang pria harus menahan diri dari sifat arogan dan  ketidaktelitian  setelah sebuah kesuksesan  apabila  ingin ada perdamaian abadi. Pasukan saya telah bertindak tidak teliti dengan kearoganannya dan perasaan puas diri. Saya khawatir potensi bahaya besar yang dapat mengancam negara kita.” Meskipun di tengah-tengah sebuah kemenangan besar, Raja Wen mengenali bahaya yang bisa timbul dari kesuksesan.

Raja Huan ( 桓公 ) dari Negara Qi memiliki dua orang menteri yang bijaksana dan jujur bernama Guang Zhong dan Xi Peng yang dapat memberi petunjuk mana yang salah mana yang benar dan membantunya membuat keputusan moril yang benar. Raja Huan sangat berterima kasih atas nasihat mereka.

Pada sebuah hari baik, Raja Huan menaruh hormat kepada leluhurnya dengan cara membakar dupa. Ia berlutut dan berkata, “Ini merupakan berkat dari leluhur, dimana saya memiliki dua orang menteri yang dapat membantu masalah administratif saya. Mereka membantu saya agar tetap membuka telinga lebar-lebar dan melihat segala sesuatunya lebih jelas. Dengan rendah hati saya meminta para leluhur untuk tetap memberikan berkat agar saya dapat terus bisa berkuasa, dengan rendah hati menerima segala nasihat mereka, dan menahan diri dari rasa bersikeras hati untuk melakukan segala sesuatu dengan cara sendiri.”

Raja Huan kemudian membuktikan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang takut mengabaikan nasihat yang bijaksana.

Orang-orang China kuno menganjurkan untuk bersikap rendah hati, hati-hati, dan waspada. Sima Guang dari Dinasti Song pernah menulis, "Yang Mulia harus waspada untuk kesalahan."
 
Sebenarnya, semua orang harus memperhatikan tiga hal yang perlu ditakutkan. Siapa saja yang ingin meningkatkan atau berhasil, harus tahu kelemahan dan segera memperbaikinya. Setiap orang harus rendah hati dan berhati-hati dan tidak bertindak unscrupulously setiap saat. Setiap orang harus mengikuti saran yang saleh ketika itu diberikan. Saran bijak tidak boleh dilupakan. Setiap orang harus takut akan tiga hal.

Tidak ada komentar:
Write komentar