Seperti kata Lao Zhi," Kebanyakan orang “pintar” hanya pandai menghafal teori yang pernah dia
pelajari dan bangga memperlihatkan kehafalannya itu. Namun dia tidak
mampu memperbaiki diri dan mempraktikkan ilmunya, agar berguna untuk
masyarakat banyak."
Ada pepatah yang mengatakan,” Manusia menanjak ke tempat yang tinggi, air mengalir ke tempat yang rendah “ Air selalu mengalir ke bawah, tidak ke atas. Bahkan sampai ke tempat paling rendah yang tidak disukai orang. Manusia sepintar apa pun sebaiknya merendah di depan orang seperti Air.
Sekalipun Air sangat penting bagi kelangsungan hidup, tapi air tetap merendah. Dia tidak pernah membusungkan dada dan tidak pernah ingin bersaing dengan siapapun. Belajarlah dari karakter air yang tidak pernah mau bersaing dengan siapapun, Lao Zi mengatakan,” Bagi orang yang tidak mau bersaing, maka tidak ada kebencian di dalam hatinya”
Lao Zi memberitahu bahwa kita harus bersikap merendah, tidak menonjolkan diri dan tidak mau menang sendiri. Lao Zi memberi contoh konkret, yaitu orang yang berdiri dengan berjinjit agar lebih tinggi daripada yang lain … tidak akan mampu bertahan lama.
Ini berlaku bagi orang yang berambisi untuk mengungguli yang lain. Dia tidak akan mampu bertahan lama, karena kelak pasti akan disaingi atau bahkan dijatuhkan oleh orang yang lebih unggul.
Orang yang berjalan terburu buru dengan langkah besar supaya bisa melampaui yang lain pasti akan kelelahan di tengah jalan sebelum dia mencapai tujuannya. Itu berarti semua hal harus dilakukan secara bertahap ato step by step.
Begitu juga sebenarnya dengan orang yang berpengetahuan tinggi di dunia ini, mereka semua mengerti prinsip untuk bersikap rendah hati terhadap orang lain. Hanya mereka yang buta pengetahuan barulah bisa bersikap congkak, sombong dengan memandang rendah keberadaan dewata yang juga merupakan semacam manifestasi dari kecongkakan dan ketidaktahuan.
Walaupun Anda seorang yang memiliki bakat yang menonjol, jikalau Anda merasa sombong karena memiliki kemampuan, dan tiada henti-hentinya menyombongkan diri, maka kemampuan yang Anda miliki itu hanya bisa membawa kesedihan bagi Anda sendiri.
Para orang bijak setelah mencapai puncak ilmu pengetahuan, mereka masih tetap berpikir dengan penuh rasa hormat dan segan terhadap Sang Pencipta dan alam semesta, mereka semuanya bukan hanya memiliki sikap agung, bermurah hati dan lapang dada dalam menerima kritikan dari orang lain, tetapi sikap mereka terhadap orang lain juga semakin rendah hati.
Ada pepatah yang mengatakan,” Manusia menanjak ke tempat yang tinggi, air mengalir ke tempat yang rendah “ Air selalu mengalir ke bawah, tidak ke atas. Bahkan sampai ke tempat paling rendah yang tidak disukai orang. Manusia sepintar apa pun sebaiknya merendah di depan orang seperti Air.
Sekalipun Air sangat penting bagi kelangsungan hidup, tapi air tetap merendah. Dia tidak pernah membusungkan dada dan tidak pernah ingin bersaing dengan siapapun. Belajarlah dari karakter air yang tidak pernah mau bersaing dengan siapapun, Lao Zi mengatakan,” Bagi orang yang tidak mau bersaing, maka tidak ada kebencian di dalam hatinya”
Lao Zi memberitahu bahwa kita harus bersikap merendah, tidak menonjolkan diri dan tidak mau menang sendiri. Lao Zi memberi contoh konkret, yaitu orang yang berdiri dengan berjinjit agar lebih tinggi daripada yang lain … tidak akan mampu bertahan lama.
Ini berlaku bagi orang yang berambisi untuk mengungguli yang lain. Dia tidak akan mampu bertahan lama, karena kelak pasti akan disaingi atau bahkan dijatuhkan oleh orang yang lebih unggul.
Orang yang berjalan terburu buru dengan langkah besar supaya bisa melampaui yang lain pasti akan kelelahan di tengah jalan sebelum dia mencapai tujuannya. Itu berarti semua hal harus dilakukan secara bertahap ato step by step.
Begitu juga sebenarnya dengan orang yang berpengetahuan tinggi di dunia ini, mereka semua mengerti prinsip untuk bersikap rendah hati terhadap orang lain. Hanya mereka yang buta pengetahuan barulah bisa bersikap congkak, sombong dengan memandang rendah keberadaan dewata yang juga merupakan semacam manifestasi dari kecongkakan dan ketidaktahuan.
Walaupun Anda seorang yang memiliki bakat yang menonjol, jikalau Anda merasa sombong karena memiliki kemampuan, dan tiada henti-hentinya menyombongkan diri, maka kemampuan yang Anda miliki itu hanya bisa membawa kesedihan bagi Anda sendiri.
Para orang bijak setelah mencapai puncak ilmu pengetahuan, mereka masih tetap berpikir dengan penuh rasa hormat dan segan terhadap Sang Pencipta dan alam semesta, mereka semuanya bukan hanya memiliki sikap agung, bermurah hati dan lapang dada dalam menerima kritikan dari orang lain, tetapi sikap mereka terhadap orang lain juga semakin rendah hati.
Kalau otak seorang intelektual sudah sedemikian penuh oleh ilmu
pengetahuan dan teori yang pernah dia pelajari, sehingga tidak ada ruang
kosong lagi untuk menerima hal baru, maka dia sudah disandera oleh teori,
doktrin, atau dogma yang belum tentu semuanya benar. Maka dia akan menjadi pembela dogma yang kaku atau angkuh.
Karena dia sangat yakin bahwa apa yang telah dia pelajari itu adalah mutlak Benar, sedangkan semua yang lainnya adalah salah.
Dia tidak mau tahu dan tidak ingin mengadaptasi ide lain yang berbeda. Dia tidak mungkin menjadi pendengar yang baik dan karenanya bukan lagi orang yang bijak. Orang semacam ini mudah sekali tergelincir ke ekstrem kanan ato ekstrem kiri.
Sebaliknya, seorang intelektual yang merasa dirinya masih kurang dan belum tahu banyak akan merendah. Dia mau mendengarkan pendapat orang lain dan mau mempelajari ajaran yang berbeda, sebagai perbandingannya.
Otaknya masih punya banyak ruang kosong untuk diisi dengan pengetahuan baru. Dia tidak menjadi orang yang dogmatis dan justru bisa memperluas wawasannya.
Orang yang merasa pengetahuannya masih sedikit, mau belajar lebih banyak. Sebaliknya, kalau merasa pengetahuannya sudah “cukup”, orang tentu tidak akan punya niat untuk mencari ilmu lagi.
Karena dia sangat yakin bahwa apa yang telah dia pelajari itu adalah mutlak Benar, sedangkan semua yang lainnya adalah salah.
Dia tidak mau tahu dan tidak ingin mengadaptasi ide lain yang berbeda. Dia tidak mungkin menjadi pendengar yang baik dan karenanya bukan lagi orang yang bijak. Orang semacam ini mudah sekali tergelincir ke ekstrem kanan ato ekstrem kiri.
Sebaliknya, seorang intelektual yang merasa dirinya masih kurang dan belum tahu banyak akan merendah. Dia mau mendengarkan pendapat orang lain dan mau mempelajari ajaran yang berbeda, sebagai perbandingannya.
Otaknya masih punya banyak ruang kosong untuk diisi dengan pengetahuan baru. Dia tidak menjadi orang yang dogmatis dan justru bisa memperluas wawasannya.
Orang yang merasa pengetahuannya masih sedikit, mau belajar lebih banyak. Sebaliknya, kalau merasa pengetahuannya sudah “cukup”, orang tentu tidak akan punya niat untuk mencari ilmu lagi.
Seseorang yang hanya
ingin membual untuk menarik kepercayaan dari orang lain, tidak peduli
dia memiliki kemampuan yang sesungguhnya atau tidak, juga tidak peduli
dia memiliki kedudukan yang seberapa tinggi, pada akhirnya juga akan
mengungkapkan kekurangan dirinya sendiri karena over actingnya itu.
Sebaliknya, orang yang
sangat berbakat tetapi terlihat bodoh acapkali membawakan kekaguman
kepada orang lain, orang yang sopan dan rendah hati selalu akan membuat
orang lain memuji dan menaruh hormat, dan orang yang congkak dan pongah,
oleh karena ketidaktahuannya mudah menjadi bahan tertawaan orang di
seluruh dunia.
Terima kasih
BalasHapus