Shao Yong ( 邵雍1011 – 1077) seorang ahli filsafat dan ahli Yi Jing (disebut juga I Ching,
ilmu peramalan Tiongkok kuno), yang dihormati orang dengan julukan “Raja
Suci Luar Dalam”. Sejak remaja Shao sudah memiliki cita-cita tinggi dan
sangat cerdas.
Guru pertama Shao Yong adalah Shao Gu, ayahnya. Ini adalah praktek umum di lingkungan keluarga Cina pada saat itu. Shao Gu adalah seorang sarjana dalam filologi dan pengaruhnya dapat dilihat dalam karya sastra Shao.
Dipandu oleh ayahnya, ia mempelajari Enam klasik Konfusianisme intensif di usia muda. Shao juga mencari beasiswa sekolah swasta, banyak yang dijalankan oleh para rahib dan sangat dipengaruhi oleh Buddhisme.
Sekitar 1020, keluarganya pindah ke Shao Gongcheng kabupaten (sekarang Xinxiang, Henan ). Tak lama setelah kematian ibunya di 1032 atau 1033. Shao bertemu gurunya yang paling penting, Li Zhicai (李 之 才). Li adalah seorang murid mantan prosa spesialis kuno Mu Xiu (穆修, 979-1032). Di bawah Mu Xiu, Li telah mempelajari I Ching ekstensif.
Ia
belajar dan mengasingkan diri di daerah lebih tinggi dari Kota Baiyuan,
tempat kelahirannya, di Gunung Shumen. Beberapa kali diundang dan ditawari
jabatan oleh dua kaisar Dinasti Song, namun selalu ditolaknya dengan halus.
Pada usia 38 tahun, ia pindah ke Kota Luoyang, sering berwisata dengan
teman karibnya Sima Guang dan lainnya.
Berdasarkan teori otentik yang dibentuk Bagua (delapan diagram atau simbol yang merupakan dasar sistem kosmogoni dan falsafat Tiongkok kuno) dari dalam kitab Yi Jing,
ditambah lagi dengan pemikiran Taoisme, Shao telah menciptakan sistem
keilmuan dan konsep alam semestanya sendiri, generasi berikut
menyebutnya sebagai “Ilmu Bawaan”. Teknik meramalnya sangat tepat,
banyak buku telah ditulis antara lain Guan Wu Pian (Artikel Tentang Pengamatan Materi), Xian Tian Tu (Peta Apriori), dan lain-lain.
Menurut
legenda, Shao Yong ketika usia 7 tahun dan bermain di halaman rumah, ia
menemukan di dalam sarang semut terdapat langit, matahari dan awan.
Setelah dewasa dan pada suatu tengah malam ketika mengembara, ia berkuda
mendaki gunung di Kota Jinzhou, kaki depan kuda terpeleset dan ia
terjatuh ke dalam jurang. Para pengawal menuruni jurang itu dan
menemukan Shao Yong sedikit pun tidak terluka, hanya topinya terkoyak
rusak.
Pada
masa remaja, Shao Yong berkelana ke negara otonom Qi, Lu,
Song, Zheng dan lain-lain, benar-benar telah melaksanakan “Berkelana
ribuan kilometer, belajar ribuan buku”. Setelah pulang, ia dengan penuh
rasa sentimentil berkata : “Tao (aliran spiritual Tiongkok kuno yang
mengajarkan ilmu sejati) benar-benar eksis.” Ia kemudian tidak berkelana
lagi.
Ketika itu seorang sakti yang bernama Li Tingzhi terkesan oleh Shao yang tekun rajin belajar, maka diajarkannya rahasia-rahasia ilmu Yi Jing.
Dengan kepandaiannya Shao dapat memahami ilmu tersebut secara
keseluruhan dan mendapatkan kesadaran ajaib, pada akhirnya menjadi guru
besar ilmu Yi Jing yang tersohor sepanjang masa. Shao telah
menciptakan sendiri seperangkat konsepsi alam semesta yang unik dan
menguasai penuh hukum Yin-Yang (positif-negatif).
Pada
suatu hari di musim semi, Shao Yong menggelar stan peramalan di atas
jembatan Sungai Luo. Menjelang siang hari, seorang petani tua datang
menanyakan nasibnya. Shao menyuruh petani itu memilih sebuah aksara dan
ternyata terpilih sebuah aksara “Kuai, Sumpit”. Shao lalu berkata:
”Selamat, Anda nanti siang akan mendapat berkah makanan, cepatlah
pulang.” Sesampai di rumah, seorang keponakan petani tersebut
mengatakan: “Saya sudah menunggu 2 jam lebih, hari ini ulang tahun ke-60
ayah saya, ia mengundang Anda makan siang.”
Lewat
siang hari, Shao sedang berkemas menutup stan, dari kendaraan di selatan
melompat turun seseorang yang kemudian mengatakan: “Tuan harap tunggu
sebentar, sudah lama saya dengar Anda pandai meramal, tolong Anda
ramalkan nasib saya bagaimana.” Shao menyuruhnya mengambil satu dari
sejumlah gulungan kertas, setelah dibuka juga sebuah aksara “sumpit”,
Shao mengatakan kepadanya: “Dilihat dari aksara sumpit ini, adalah
pertanda buruk, hari ini Anda akan terguyur air.
Orang tersebut menatap
langit yang terang benderang, maka sama sekali tidak memperdulikannya.
Dengan cepat ia pulang. Sampai di depan rumah, sekujur tubuhnya tepat
terguyur oleh seember air kotor. Ternyata istrinya tidak mengetahui
kepulangannya, dan dengan seenaknya membuang air bekas cucian wajan,
sehingga suaminya yang bergegas pulang sekujur tubuhnya basah kuyup.
Sore
harinya, Shao baru sampai di sebuah jembatan, seseorang telah menunggu
di sana dan ingin mengetahui nasibnya hari itu. Shao juga memintanya
mengambil sebuah gulungan kertas, setelah dibuka tetap saja muncul
aksara “sumpit”, lalu ia berkata: “Hari ini Anda akan menjumpai petaka
di penjara.” Orang itu berpikir, nanti saya tidak keluar rumah, mana
mungkin malapetaka datang?
Sampai
di rumah, ia langsung tidur di bawah selimut. Tak terduga, ia terbangun
dari tidur nyenyaknya gara-gara sumpah serapah seorang perempuan,
ternyata babi peliharaannya telah mengacak-acak kebun sayur perempuan
itu. Ia naik pitam dan langsung saja meninju tewas perempuan itu yang
sebelumnya memang sudah menderita. Tak sampai 2 jam, petugas pengadilan
datang meringkusnya dan menjebloskannya ke dalam penjara.
Musim
Panas 1077, Shao Yong mulai merasakan tubuhnya agak tidak sehat, ia
dengan tersenyum memberitahu Sima Guang dan teman-teman lainnya: ”Saya
akan pergi bereinkarnasi dan mengamat-amati segenap makhluk.” Chengyi
dengan rasa khawatir mengatakan : “Penyakit Anda orang lain ingin
membantu pun tak berdaya, Anda sendiri sebaiknya berusaha
memperbaikinya.”
Shao
dengan terus terang mengatakan : “Upaya pemeliharaan ini juga akan
sia-sia.” Suatu hari di musim dingin, Shao sudah dalam keadaan sekarat.
Sebelum meninggal, putranya bernama Bowen dipanggil dan diberitahu :
“Saya ada 3 permintaan, kamu harus memenuhinya. Pertama, setelah
meninggal makamkanlah di pemakaman leluhur kita di Yichuan, jangan di
Luoyang. Kedua, tulisan pada batu nisan harus ditulis oleh Paman Cheng
Hao dan Cheng Bo. Ketiga, benda apapun jangan dimasukkan ke dalam peti,
gagang timba (zaman dahulu) sebagai bantalan kepala saya, jenazah
mengenakan baju hitam kain kasar dan baju tersebut diolesi minyak.
Ketika dimasukkan ke dalam peti, panggikan putri kecil botak dari marga
Li untuk menyaksikan.” Setelah itu Shao meninggal dunia.
Keluarga
Shao menuruti semua permintaannya, putri kecil botak dari marga Li
menyaksikan benda apa saja berada di dalam peti, kemudian baru
dikebumikan di pemakaman Yichuan. Peti jenazah diangkat oleh 8 pemuda,
awalnya mereka merasa sangat berat sehingga pundak mereka kesakitan,
namun setelah lewat 5 kilometer kian terasa ringan. Para orang tua
mengatakan, Tuan Shao telah moksha.
Sekejap
65 tahun telah berlalu, si putri kecil botak bermarga Li telah menikah,
mempunyai seorang anak lelaki kemudian cucu. Setelah cucu lelaki
tersebut dewasa menjadi maling kubur. Suatu hari, putri botak bermarga
Li mendengar cucunya akan mencuri makam Shao Yong, maka dia mengatakan :
“Kalian jangan sekali-kali pergi, saya melihat sendiri dengan jelas
makam Shao tidak ada benda apapun, bahkan bajunya telah diolesi minyak.”
Sehingga
makam Shao Yong terhindar dari penjarahan. Ternyata Shao sebelum
meninggal telah mengetahui, cucu putri botak keluarga Li kelak menjadi
maling kubur. 10 puisi Syair Bunga Plum mahakarya Shao Yong
dengan sangat tepat meramalkan peristiwa besar yang akan terjadi hampir
1.000 tahun sejarah Tiongkok setelah kematiannya.
Puisi
pertama meramalkan peristiwa Jingkang pada Dinasti Song Utara yang
terjadi 50 tahun setelah Shao meninggal dunia. Sedangkan puisi ke-10
meramalkan peristiwa besar yang sekarang sedang terjadi di Tiongkok
bahwa Falun Gong menyebar di seluruh dunia, Partai Komunis Tiongkok menuju kebinasaan sebagai akibat ulahnya melakukan penindasan terhadap Falun Gong. ( Guan Ming )
Tidak ada komentar:
Write komentar