Penyair Tiongkok terkenal, Su Dongpo
( 苏轼 ) menjelaskan bahwa hanya dengan melangkah keluar dari sudut pandang kita
sendiri dan dengan tenang melihat suatu hal, maka kita bisa melihat wajah
asli dari dunia.
Dua baris pertama : "Gunung ini terlihat berbeda dari berbagai sudut, dari jauh dan dekat, titik tinggi dan rendah berbeda," menjelaskan apa yang dilihat penyair itu ketika mengunjungi Gunung Lushan. Dengan banyak pegunungan bergelombang, puncak, lembah, dan bukit-bukit, Gunung Lushan menyajikan bagi pengunjungnya berbagai pemandangan menakjubkan yang tak terhitung jumlahnya, tidak peduli dari sudut mana mereka melihatnya.
Dua baris terakhir : "Seseorang tidak mengenal wajah asli gunung Lushan karena Ia berada di Gunung Lushan," memberi pembaca wawasan filosofi penyair terhadap kehidupan. Mengapa ia tidak dapat melihat Lushan yang sejati? Karena dia sendiri berada di gunung itu, sehingga pegunungan dan puncak telah menghalangi garis pandangnya. Demikian juga, ketika seseorang melihat suatu keadaan hanya dari sudut pandangnya, seringkali sulit untuk membedakan baik dari buruk, benar dan salah.
Karena kondisi kehidupan setiap orang berbeda, pelajaran hidup setiap orang adalah berbeda. Oleh karena itu, tingkat kesulitan yang setiap orang hadapi dalam hidup adalah berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berbeda cenderung melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Hanya ketika kita melangkah keluar dari sudut pandang kita sendiri yang sempit dan dengan tenang melihat sesuatu hal, kita dapat benar-benar mengetahui kebenaran. Hanya kemudian kita dapat melihat wajah asli, kenyataan yang sejati.
Hidup adalah perjalanan penuh tempaan dengan banyak persimpangan jalan. Namun, jika seseorang dapat mengubah sudut pandangnya, mungkin sebuah kesempatan dunia akan terbuka di hadapannya. Dalam kehidupan duniawi ini, manusia tidak dapat menghindari siklus lahir, tua, sakit, dan mati, juga tidak dapat melarikan diri dari kepedihan dan permasalahan hidup.
Dengan demikian, setiap kesulitan adalah sebuah kesempatan untuk
berkembang, dan setiap rintangan adalah ujian. Sikap seseorang
ditentukan oleh kondisi mental seseorang dan ketika keadaan mental
seseorang berubah, sikapnya terhadap dunia juga berubah.
Su Dongpo adalah penyair ternama pada Dinasti Song. Puisinya ditulis
dengan gaya terbuka, segar, dan bebas, sering kali dihiasi dengan
metafora yang dilebih-lebihkan.
Ketika Su Dongpo mengunjungi Gunung Lushan di Kota Jiujiang, Provinsi Jiangxi,
China lebih dari seribu tahun yang lalu, ia benar-benar tersentuh oleh
kecantikan gunung Lushan yang sangat indah. Sehingga membuatnya merasa tergerak untuk menulis puisi di dinding Kuil Xilin :
Gunung terlihat berbeda dari berbagai sudut,
Dari jauh dan dekat, titik tinggi dan rendah berbeda
Seseorang tidak mengenal wajah asli gunung Lushan
Karena Ia berada di gunung Lushan.
Ketika Su Dongpo menulis puisi di atas, ia tidak mengekspresikan sesuatu yang abstrak tapi justru dia mengungkapkan filosofi hidupnya yang begitu hangat dan alami. Seperti kata pepatah, sebuah puisi yang indah adalah lebih baik dari makanan yang lezat, di mana cita rasa yang ditinggalkan akan bertahan selama lebih dari seribu tahun.
Dari jauh dan dekat, titik tinggi dan rendah berbeda
Seseorang tidak mengenal wajah asli gunung Lushan
Karena Ia berada di gunung Lushan.
Ketika Su Dongpo menulis puisi di atas, ia tidak mengekspresikan sesuatu yang abstrak tapi justru dia mengungkapkan filosofi hidupnya yang begitu hangat dan alami. Seperti kata pepatah, sebuah puisi yang indah adalah lebih baik dari makanan yang lezat, di mana cita rasa yang ditinggalkan akan bertahan selama lebih dari seribu tahun.
Dua baris terakhir dari puisi Su telah dikutip secara luas, karena
kata-kata tersebut menjelaskan kebenaran yang mendalam, dengan beberapa
kata sederhana.
Dua baris pertama : "Gunung ini terlihat berbeda dari berbagai sudut, dari jauh dan dekat, titik tinggi dan rendah berbeda," menjelaskan apa yang dilihat penyair itu ketika mengunjungi Gunung Lushan. Dengan banyak pegunungan bergelombang, puncak, lembah, dan bukit-bukit, Gunung Lushan menyajikan bagi pengunjungnya berbagai pemandangan menakjubkan yang tak terhitung jumlahnya, tidak peduli dari sudut mana mereka melihatnya.
Dua baris terakhir : "Seseorang tidak mengenal wajah asli gunung Lushan karena Ia berada di Gunung Lushan," memberi pembaca wawasan filosofi penyair terhadap kehidupan. Mengapa ia tidak dapat melihat Lushan yang sejati? Karena dia sendiri berada di gunung itu, sehingga pegunungan dan puncak telah menghalangi garis pandangnya. Demikian juga, ketika seseorang melihat suatu keadaan hanya dari sudut pandangnya, seringkali sulit untuk membedakan baik dari buruk, benar dan salah.
Karena kondisi kehidupan setiap orang berbeda, pelajaran hidup setiap orang adalah berbeda. Oleh karena itu, tingkat kesulitan yang setiap orang hadapi dalam hidup adalah berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berbeda cenderung melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Hanya ketika kita melangkah keluar dari sudut pandang kita sendiri yang sempit dan dengan tenang melihat sesuatu hal, kita dapat benar-benar mengetahui kebenaran. Hanya kemudian kita dapat melihat wajah asli, kenyataan yang sejati.
Hidup adalah perjalanan penuh tempaan dengan banyak persimpangan jalan. Namun, jika seseorang dapat mengubah sudut pandangnya, mungkin sebuah kesempatan dunia akan terbuka di hadapannya. Dalam kehidupan duniawi ini, manusia tidak dapat menghindari siklus lahir, tua, sakit, dan mati, juga tidak dapat melarikan diri dari kepedihan dan permasalahan hidup.
Tidak ada komentar:
Write komentar