Ada sebuah kebenaran mutlak yang mengatakan “kebaikan akan
mendapat balasan, kejahatan akan mendapatkan ganjarannya.” Untuk mereka
yang percaya akan hukum alam semesta selaku akan berusaha berbuat yang
benar dan berbuat baik, sehingga akan mengumpulkan kebajikan dan membawa
masa depan yang baik.
Sedangkan mereka yang terobsesi dengan nama dan kekayaan, dan melakukan perbuatan yang tidak berperikemanusiaan dan merugikan orang lain hanya demi sedikit keuntungan, maka pada akhirnya akan mendapatkan ganjarannya.
Sedangkan mereka yang terobsesi dengan nama dan kekayaan, dan melakukan perbuatan yang tidak berperikemanusiaan dan merugikan orang lain hanya demi sedikit keuntungan, maka pada akhirnya akan mendapatkan ganjarannya.
Lahir di Dinasti Song, dua bersaudara Jingxiu Cao dan Jingzhi Cao, yang tumbuh besar bersama. Namun semakin mereka besar, makin terlihat perbedaan karakter dan gaya hidupnya. Yang pertama menjalani hidup yang penuh keteladanan, sedangkan yang terakhir hidup dengan dipenuhi cara cara kejahatan. Mereka berdua adalah adik permaisuri dan paman kaisar pada masa itu.
Jingxiu Cao, juga dikenal sebagai “Yang Mulia Paman Cao” (Cao Guo Jiu),
tidak memiliki minat dalam dunia politik. Dia lebih berfokus pada
kehidupan non duniawi sembari berkultivasi ajaran Tao. Jingxiu juga
menghabiskan waktunya melakukan kegiatan amal berusaha untuk menolong
orang-orang yang memerlukan dan yang menderita. Dia selalu baik hati dan
juga bijaksana, dan tidak memiliki nafsu terhadap keuntungan duniawi.
Menurut mitos disebutkan Jingxiu Cao akhirnya mencapai tingkat Delapan
Dewa – sekelompok manusia langit legendaris yang sering disebut dalam
cerita rakyat China.
Adiknya yang lebih muda, Jingzhi Cao, penuh dengan sifat angkuh, tamak,
dan juga berkelakuan menyimpang. Tidak seperti abangnya, Jingzhi
memperlakukan uang seperti nyawanya; sebagai hasilnya, dia berusaha
untuk mengumpulkan harta sebanyak banyaknya. Dia berteman dengan
penjahat setempat dan mencaplok tanah orang lain. Kejahatannya sangat
terkenal, tetapi tidak ada seorangpun yang berani untuk menghentikannya
karena hubungannya yang kuat dengan kaisar.
Jingxiu berkata,”Saya sangat beruntung dapat berkultivasi Tao;
sedangkan adik saya, sangat terobsesi dengan uang, selalu mencari
cara-cara tidak bermoral untuk mengumpulkan lebih banyak uang haram. Dia
tidak menyadari bahwa hal ini akan menghancurkannya dan juga
anak-anaknya, yang tidak mampu berkonsentrasi dalam pelajaran mereka,
mereka sepenuhnya telah rusak oleh ilusi akan apa yang dapat diberikan
oleh kekayaan.”
Pada umurnya yang ke-30, Jingxiu dikunjungi oleh seorang pendeta Tao bernama Han Xiang. Jingxiu sangat menghormati Han Xiang, dan mereka berdua menghabiskan waktu berdiskusi tentang kehidupan biara. Suatu hari Han Xiang mengomentari tentang perbuatan kejahatan Jingzhi dan berkata bahwa dia akan mendapatkan balasan atas kejahatannya.
Pada umurnya yang ke-30, Jingxiu dikunjungi oleh seorang pendeta Tao bernama Han Xiang. Jingxiu sangat menghormati Han Xiang, dan mereka berdua menghabiskan waktu berdiskusi tentang kehidupan biara. Suatu hari Han Xiang mengomentari tentang perbuatan kejahatan Jingzhi dan berkata bahwa dia akan mendapatkan balasan atas kejahatannya.
Setelah
mendengarkan, Jingxiu sangatlah sedih, sehingga dia berulang ulang terus
memohon kepada adiknya untuk mengubah hatinya ke kebaikan. Akan tetapi,
Jingzhi tidak menghiraukan himbauan abangnya. Keterikatan Jingzhi yang
dalam akan uang telah membutakan matanya, bahkan dia juga mengolok-olok
peringatan abangnya,”Apakah kamu gila, berusaha untuk mempengaruhi saya
agar melepas segala kekayaan saya? Jika anda terus menerus begini, anda
harus segera pergi berobat ke dokter!”
Ketika Han Xiang mendengar bagaimana Jingxiu menjabarkan mengenai
kelakuan adiknya, dia berkata, “Apa yang dilakukan oleh adikmu tidak
dapat dimaafkan, nasibnya akan bertemu dengan azab.” Dengan menghela
nafas panjang, Jingxiu menjawab, “Tentu saja, apa yang menjadi takdirnya
akan terjadi, tetapi sebagai abangnya, saya harus melakukan yang
terbaik untuk menyelamatkannya.”
Suatu hari, dalam upaya terakhirnya, Jingxiu menjabarkan prinsip ini
kepada adiknya: “Hukum alam semesta adalah yang baik akan mendapatkan
pahala dalam hidupnya, sedangkan yang jahat akan mendapatkan mala
petaka; ini tidak dapat dihindari, karena Hukum tidak akan berubah.
Orang bijak tahu bahwa hal paling penting dalam hidup ini adalah berbuat
baik. Karena leluhur kita berbuat baik dan mengumpulkan kebajikan, kita
dapat menikmati kehidupan yang makmur, tetapi kamu terobsesi dengan
materi dan tidak menyadari penderitaan yang akan kamu bawa dalam
kehidupanmu dan anak cucumu. Apakan kamu tahu sebagai manusia, kita
harus mengkultivasi diri kita dan mencari kebenaran hidup, bukannya
terobsesi dengan uang dan melakukan kejahatan demi uang? Jika kamu tidak
mengubah gaya hidupmu, maka kamu akan mengalami penyesalan yang dalam
ketika waktunya tiba.”
Meskipun Jingxiu telah menuangkan isi hatinya kepada adiknya, Jingzhi
masih tidak mampu menyadari ajaran tersebut. Jingzi hanya mencibir,
“Tidak ada gunanya memberitahukan saya hal ini. Tinggalkan saya
sendiri!” Jingxiu sangat kecewa ketika mendengar jawaban adiknya dan
kemudian pergi tanpa berkata apa-apa.
Dengan penuh kesedihan dan malu atas perbuatan adiknya, Jingxiu
meninggalkan rumah dan jabatannya dan menyendiri ke Gunung Heng. Di sana
dia menjalani kehidupan pertapa dan melanjutkan pelajaran Tao-nya.
Ketika tinggal di gunung, Jingziu bertemu dengan Dewa Lu Dong-bin dan
Hang Zhungli. Dengan mengikuti petunjuk mereka, Jingxiu dengan segera
mencapai pencerahan dan menjadi manusia abadi.
Sedangkan Jingzhi, kejahatannya akhirnya membawanya kepada pembunuhan; dia kemudian dinyatakan bersalah dan dihukum mati. Semua harta benda yang didapatkan secara illegal disita, dan antek-anteknya dihukum.
Sedangkan Jingzhi, kejahatannya akhirnya membawanya kepada pembunuhan; dia kemudian dinyatakan bersalah dan dihukum mati. Semua harta benda yang didapatkan secara illegal disita, dan antek-anteknya dihukum.
Meskipun sama-sama lahir dari keluarga yang makmur, takdir yang kontras
diantara kedua saudara adalah dikarenakan perbedaan karakter moral.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar