|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 07 Desember 2012

Takdir Dua Bersaudara

 

Ada sebuah kebenaran mutlak yang mengatakan “kebaikan akan mendapat balasan, kejahatan akan mendapatkan ganjarannya.” Untuk mereka yang percaya akan hukum alam semesta selaku akan berusaha berbuat yang benar dan berbuat baik, sehingga akan mengumpulkan kebajikan dan membawa masa depan yang baik.

Sedangkan mereka yang terobsesi dengan nama dan kekayaan, dan melakukan perbuatan yang tidak berperikemanusiaan dan merugikan orang lain hanya demi sedikit keuntungan, maka pada akhirnya akan mendapatkan ganjarannya.

Lahir di Dinasti Song, dua bersaudara Jingxiu Cao dan Jingzhi Cao, yang tumbuh besar bersama. Namun semakin mereka besar, makin terlihat perbedaan karakter dan gaya hidupnya. Yang pertama menjalani hidup yang penuh keteladanan, sedangkan yang terakhir hidup dengan dipenuhi cara cara kejahatan. Mereka berdua adalah adik permaisuri dan paman kaisar pada masa itu.

Jingxiu Cao, juga dikenal sebagai “Yang Mulia Paman Cao” (Cao Guo Jiu), tidak memiliki minat dalam dunia politik. Dia lebih berfokus pada kehidupan non duniawi sembari berkultivasi ajaran Tao. Jingxiu juga menghabiskan waktunya melakukan kegiatan amal berusaha untuk menolong orang-orang yang memerlukan dan yang menderita. Dia selalu baik hati dan juga bijaksana, dan tidak memiliki nafsu terhadap keuntungan duniawi. Menurut mitos disebutkan Jingxiu Cao akhirnya mencapai tingkat Delapan Dewa – sekelompok manusia langit legendaris yang sering disebut dalam cerita rakyat China.

Adiknya yang lebih muda, Jingzhi Cao, penuh dengan sifat angkuh, tamak, dan juga berkelakuan menyimpang. Tidak seperti abangnya, Jingzhi memperlakukan uang seperti nyawanya; sebagai hasilnya, dia berusaha untuk mengumpulkan harta sebanyak banyaknya. Dia berteman dengan penjahat setempat dan mencaplok tanah orang lain. Kejahatannya sangat terkenal, tetapi tidak ada seorangpun yang berani untuk menghentikannya karena hubungannya yang kuat dengan kaisar.

Jingxiu berkata,”Saya sangat beruntung dapat berkultivasi Tao; sedangkan adik saya, sangat terobsesi dengan uang, selalu mencari cara-cara tidak bermoral untuk mengumpulkan lebih banyak uang haram. Dia tidak menyadari bahwa hal ini akan menghancurkannya dan juga anak-anaknya, yang tidak mampu berkonsentrasi dalam pelajaran mereka, mereka sepenuhnya telah rusak oleh ilusi akan apa yang dapat diberikan oleh kekayaan.”

Pada umurnya yang ke-30, Jingxiu dikunjungi oleh seorang pendeta Tao bernama Han Xiang. Jingxiu sangat menghormati Han Xiang, dan mereka berdua menghabiskan waktu berdiskusi tentang kehidupan biara. Suatu hari Han Xiang mengomentari tentang perbuatan kejahatan Jingzhi dan berkata bahwa dia akan mendapatkan balasan atas kejahatannya. 

Setelah mendengarkan, Jingxiu sangatlah sedih, sehingga dia berulang ulang terus memohon kepada adiknya untuk mengubah hatinya ke kebaikan. Akan tetapi, Jingzhi tidak menghiraukan himbauan abangnya. Keterikatan Jingzhi yang dalam akan uang telah membutakan matanya, bahkan dia juga mengolok-olok peringatan abangnya,”Apakah kamu gila, berusaha untuk mempengaruhi saya agar melepas segala kekayaan saya? Jika anda terus menerus begini, anda harus segera pergi berobat ke dokter!”

Ketika Han Xiang mendengar bagaimana Jingxiu menjabarkan mengenai kelakuan adiknya, dia berkata, “Apa yang dilakukan oleh adikmu tidak dapat dimaafkan, nasibnya akan bertemu dengan azab.” Dengan menghela nafas panjang, Jingxiu menjawab, “Tentu saja, apa yang menjadi takdirnya akan terjadi, tetapi sebagai abangnya, saya harus melakukan yang terbaik untuk menyelamatkannya.”

Suatu hari, dalam upaya terakhirnya, Jingxiu menjabarkan prinsip ini kepada adiknya: “Hukum alam semesta adalah yang baik akan mendapatkan pahala dalam hidupnya, sedangkan yang jahat akan mendapatkan mala petaka; ini tidak dapat dihindari, karena Hukum tidak akan berubah. 

Orang bijak tahu bahwa hal paling penting dalam hidup ini adalah berbuat baik. Karena leluhur kita berbuat baik dan mengumpulkan kebajikan, kita dapat menikmati kehidupan yang makmur, tetapi kamu terobsesi dengan materi dan tidak menyadari penderitaan yang akan kamu bawa dalam kehidupanmu dan anak cucumu. Apakan kamu tahu sebagai manusia, kita harus mengkultivasi diri kita dan mencari kebenaran hidup, bukannya terobsesi dengan uang dan melakukan kejahatan demi uang? Jika kamu tidak mengubah gaya hidupmu, maka kamu akan mengalami penyesalan yang dalam ketika waktunya tiba.”

Meskipun Jingxiu telah menuangkan isi hatinya kepada adiknya, Jingzhi masih tidak mampu menyadari ajaran tersebut. Jingzi hanya mencibir, “Tidak ada gunanya memberitahukan saya hal ini. Tinggalkan saya sendiri!” Jingxiu sangat kecewa ketika mendengar jawaban adiknya dan kemudian pergi tanpa berkata apa-apa.

Dengan penuh kesedihan dan malu atas perbuatan adiknya, Jingxiu meninggalkan rumah dan jabatannya dan menyendiri ke Gunung Heng. Di sana dia menjalani kehidupan pertapa dan melanjutkan pelajaran Tao-nya. Ketika tinggal di gunung, Jingziu bertemu dengan Dewa Lu Dong-bin dan Hang Zhungli. Dengan mengikuti petunjuk mereka, Jingxiu dengan segera mencapai pencerahan dan menjadi manusia abadi.

Sedangkan Jingzhi, kejahatannya akhirnya membawanya kepada pembunuhan; dia kemudian dinyatakan bersalah dan dihukum mati. Semua harta benda yang didapatkan secara illegal disita, dan antek-anteknya dihukum.

Meskipun sama-sama lahir dari keluarga yang makmur, takdir yang kontras diantara kedua saudara adalah dikarenakan perbedaan karakter moral.


Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.


Tidak ada komentar:
Write komentar