|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Senin, 25 Februari 2013

Kampung Halaman

 

Dua mimpi saya berturut-turut berhubungan dengan rumah. Dalam mimpi pertama, saya dan beberapa teman buru-buru menempuh perjalanan pulang. 

Kami bergegas ke sebuah tempat yang disebut Chao Tian Men (arti harafiah: pintu yang mengarah ke surga). Setelah terjaga, terasa nama Chao Tian Men benar-benar....

Saya mengetahui bahwa di tepi Sungai Chang Jiang (Yangtze) yang mengalir deras siang malam, terdapat pelabuhan terkenal bernama Chao Tian Men. Siapakah yang sedemikian bijak memberi nama dermaga yang merupakan tempat pertemuan dan perpisahan dengan nama yang bermakna mendalam? Apakah untuk mengingatkan para pengelana di dunia fana agar jangan melupakan kampung halaman sesungguhnya dalam kehidupan ini?

Mimpi satunya bukan lagi bergegas, melainkan mendengarkan sebuah konser, adegan dan lagu, namun melodinya sudah tidak ingat lagi. Hanya jelas teringat lagu terakhir dalam mimpi, yang memunculkan kata: pulang.

Dalam kehidupan nyata, kampung halaman selalu dikaitkan dengan rumah. Setelah bisnis toko kami mengalami beberapa kali pasang surut, akhirnya stabil kembali. Dibandingkan dengan pendapatan para pekerja lepas kelihatannya lebih dari cukup. Pada saat itu, sang ayah mulai mendesak kami untuk membeli rumah. Alasannya adalah menyewa rumah orang lain adalah seperti duckweed (rumput itik) yang terombang-ambing, belum dapat dipandang memiliki rumah-tangga yang stabil.

Setiap kali pulang ke rumah orang tua di kota B, tak bosan-bosannya ayah selalu bertanya tentang rumah, membicarakan untuk membantu pembayaran uang muka dari pembelian rumah. Untuk mencegah ayah khawatir, saya selalu mengatakan bahwa akan mempertimbangkannya dua tahun kemudian. Meskipun pada kenyataannya, kami sama sekali tidak ingin membeli rumah.

Apakah setelah membeli rumah, hidup manusia sudah tidak lagi terombang-ambing? Sudah mencapai hasil akhir yang diinginkan? Saya rasa tidak. Banyak sekali orang yang memiliki rumah mewah hidupnya masih tetap kosong, batinnya masih terombang-ambing. Saya memiliki handai taulan dan sanak keluarga yang demikian, rumah mewah tidak membuat batinnya mantap, tanpa kerisauan akan pakaian dan makanan namun hari-hari yang dilalui sama sekali tanpa gairah, bergantung pada Mahjong untuk mengusir kekosongan dalam batin.

Saya juga mempunyai teman-teman, mereka tidak memiliki rumah sendiri, tinggal di rumah sewa yang sangat sederhana, namun memancarkan aroma kegembiraan, sukacita berasal dari keyakinan terhadap iman, bagaimana mungkin akan terombang-ambing? Dimana pun berada akan merasa aman dan mantap.

Kehidupan manusia adalah perjalanan wisata sang kehidupan dalam dunia fana ini, akhirnya akan sampai juga waktunya untuk meninggalkan dunia. Rumah di dunia ini, betapa pun megah ataupun sederhana dan minimalis hanya merupakan sebuah penginapan selama kehidupan berada di dunia ini. Pada akhirnya tak dapat dibawa pergi.

Dimanakah rumah sebenarnya dari kehidupan?

Menengadah ke langit berbintang, sayup-sayup terngiang lirik lagu “Harapan” dalam alunan suara alam semesta dari para artis Shen Yun :

Bulan tanggal lima belas (lunar) bergantung di langit
Ibu pertiwi di bawah sinar perak
rembulan sudah tidak lagi sibuk
Adegan ini membuatku teringat tentang
Di manakah aku berada di masa silam
Mengapa aku datang ke dunia ini
Orang-orang Bijak mengatakan
kita berasal dari surga
Tuhan akan membawa kita kembali ke kampung halaman
Aku percaya hal ini kebenaran
Karena hatiku selalu mengharapkannya


Dalam nyanyian ini, sepertinya saya telah melihat kampung halamanku nan indah, “Hasrat hati melampaui dunia fana, pada kedalaman awan putih terdapat istana para Dewata”.  (The Epoch Times)




Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel. 

1 komentar:
Write komentar
  1. btw klo boleh tahu judul mp3 lagu "harapan"nya apa ya? kelihatannya lagu lawas ya:).


    xie xie

    BalasHapus