Dulu dimasa dinasti berperang, ada seorang yang bernama Cu Ti. Beliau adalah
orang Fan Yang (Propinsi He Bei, Kota Ting Sing). Sangat setia, satria
dan pemberani. Karena masih muda dan berbakat, maka dia diangkat sebagai pejabat negara.
Pada tengah malam, ayam jantan menjerit membangunkannya, dia selalu berkata, “Ini bukanlah hal yang buruk.” Setelah bangun, maka dia segera berlatih pedang. Sehingga jurus pedangnya dilatih menjadi amat baik.
Sejak itu, asalkan mendengarkan jeritan ayam, dia segera bangun dan berlatih pedang. Tujuannya agar dapat digunakan untuk membela negara.
Pada masa Kaisar Yen Ti, Cu Ti memohon pada Kaisar untuk membawa pasukan tentara ke utara agar bisa merebut kembali tanah yang telah direbut oleh bangsa asing.
Kaisar Yen Ti kemudian mengangkatnya menjadi Panglima Perang. Setiap kali dia membawa tentara untuk melewati perbatasan, maka dia pasti akan membawa alat dayung dan memukuli air sungai tersebut dan berkata, “Saya Cu Ti, jikalau tidak berhasil menghalau musuh, merebut kembali tanah kita, maka saya akan seperti air ini, pergi dan tak akan kembali lagi.
Para tentara yang mendengar semangatnya amat tergugah, sehingga mereka semuanya berjuang mati-matian.
Akhirnya mereka berhasil mengalahkan para musuh, dan merebut kembali tanah yang telah diambil oleh musuh.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Pada tengah malam, ayam jantan menjerit membangunkannya, dia selalu berkata, “Ini bukanlah hal yang buruk.” Setelah bangun, maka dia segera berlatih pedang. Sehingga jurus pedangnya dilatih menjadi amat baik.
Sejak itu, asalkan mendengarkan jeritan ayam, dia segera bangun dan berlatih pedang. Tujuannya agar dapat digunakan untuk membela negara.
Pada masa Kaisar Yen Ti, Cu Ti memohon pada Kaisar untuk membawa pasukan tentara ke utara agar bisa merebut kembali tanah yang telah direbut oleh bangsa asing.
Kaisar Yen Ti kemudian mengangkatnya menjadi Panglima Perang. Setiap kali dia membawa tentara untuk melewati perbatasan, maka dia pasti akan membawa alat dayung dan memukuli air sungai tersebut dan berkata, “Saya Cu Ti, jikalau tidak berhasil menghalau musuh, merebut kembali tanah kita, maka saya akan seperti air ini, pergi dan tak akan kembali lagi.
Para tentara yang mendengar semangatnya amat tergugah, sehingga mereka semuanya berjuang mati-matian.
Akhirnya mereka berhasil mengalahkan para musuh, dan merebut kembali tanah yang telah diambil oleh musuh.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar