Mau Lu Men ketika usianya genap 20 tahun, sudah berkelana sampai ke
propinsi Che Ciang di kota Yi Yau untuk menuntut ilmu dan berGuru kepada
Chien Ying Yang.
Gurunya mempunyai seorang pelayan wanita yang
berparas cantik, ketrampilan dan tindak tanduknya sopan sehingga Mau Lu
Men sering kali secara diam – diam mencuri pandang ke arahnya.
Pada suatu malam, pelayan tersebut masuk ke dalam kamar bacanya dengan berpura – pura untuk mencari seekor kucing, sambil berteriak, “Miau ! Miau !”
Mau Lu Men bertanya padanya, “Kenapa kamu masuk sendirian kemari untuk mencari kucing ?”.
Pelayan tersebut melihat bahwa Mau Lu Men masih tidak memahami maksudnya, sehingga dia tak dapat menahan tawanya sambil berkata, “Saya bukan sedang mencari Siau Mau (Kucing Kecil), tapi saya lagi memanggil Ta Mau (Kucing Besar). Karena marga pemuda itu sama makna dalam pengucapannya.
Mau Lu Men tahu bahwa pelayan itu mempunyai maksud lain terhadapnya, sehingga dengan nada yang tegas dia berkata,“Saya dari jauh – jauh berkelana untuk menuntut ilmu, kalaulah melakukan perbuatan yang tercela (yang tidak sopan), maka hanya akan merusak nama baik dari Guru, juga mana ada muka untuk pulang bertemu dengan orang tua saya lagi! Juga kamu mana ada muka lagi untuk menghadapi tuan kamu ?”
Pelayan yang mendengarkan omongan dari Mau Lu Men itu merasa sangat malu sekali dan beranjak pergi meninggalkannya. Mau Lu Men kemudian berhasil menjadi sarjana, sehingga cerita itu menyebar luas pada saat itu.
Orang kuno berkata, “Perasaan cinta kasih dan nafsu rindu yang paling
sulit untuk dilalui, kalaulah tidak benar – benar membinanya, pastilah
tidak akan bisa lolos darinya !”
Mau Lu Men bisa menjaga kesopanan, tak tergoda oleh nafsu birahi, merupakan penonjolan dari “Kesopanan”, menjaga martabat orang tua yang merupakan penonjolan dari moral “Berbakti”, menghormati budi dari Sang Guru yang merupakan penonjolan dari “Loyalitas”, wanita cantik yang menggoda dan tak menggoyahkannya, merupakan penonjolan dari “Kearifan”.
Hanya dengan “Tidak melanggar nafsu birahi”, telah mengandung empat moral yang ada tertera di atas.
Mau Lu Men bisa menjaga kesopanan, tak tergoda oleh nafsu birahi, merupakan penonjolan dari “Kesopanan”, menjaga martabat orang tua yang merupakan penonjolan dari moral “Berbakti”, menghormati budi dari Sang Guru yang merupakan penonjolan dari “Loyalitas”, wanita cantik yang menggoda dan tak menggoyahkannya, merupakan penonjolan dari “Kearifan”.
Hanya dengan “Tidak melanggar nafsu birahi”, telah mengandung empat moral yang ada tertera di atas.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar