Pada zaman dahulu, ada seorang yang bernama Chau Yen Siau dan kakaknya
yang bernama Chau Yen Yin. Mereka hidup bersama - sama selama 20 tahun.
Kakaknya suka berfoya - foya dan tak mau bekerja, walaupun Yen Siau sering kali menasihatinya tetapi tidak membawa hasil, sehingga adiknya meminta untuk membagi harta dan pisah rumah.
Kakaknya suka berfoya - foya dan tak mau bekerja, walaupun Yen Siau sering kali menasihatinya tetapi tidak membawa hasil, sehingga adiknya meminta untuk membagi harta dan pisah rumah.
Setelah lewat 5 tahun,
harta kakaknya sudah ludes, dan masih terbelit banyak utang.
Pada malam
menjelang tahun baru, kakaknya bersiap - siap untuk melarikan diri. Yen Siau
dengan kesungguhan hatinya, mengundang abang
dan kakak iparnya untuk makan bersama - sama makanan dan arak yang telah
disediakannya.
Sewaktu telah makan separuh, Yen Siau berkata, “Saya pada dasarnya tak bermaksud untuk membagi harta, tetapi karena abang terlalu boros dan tidak tahu berhemat, ditakutkan seluruh harta akan ludes semuanya. Sekarang untung saja masih ada terdapat separuh harta warisan."
Dengan kesungguhan hati, adiknya mengajak kakak dan kakak iparnya untuk kembali tinggal bersama juga memberi kuasa pada mereka untuk memutuskan segala persoalan yang ada di dalam rumah.
Pada saat itu pula, adiknya membakar surat perjanjian yang dahulu telah mereka sepakati bersama. Bersamaan itu pula adiknya menyerahkan kunci gudang untuk disimpan oleh kakak dan kakak iparnya. Setelah itu dia masih mengambil uang tabungan pribadinya untuk melunasi segala hutang kakaknya.
Kesungguhan hati dan ketulusan hati dari Yen Siau, memiliki ketebalan moral yang tanpa sedikit pun perhitungan, membuat kakak dan kakak iparnya merasa sangat malu dan juga berterima kasih.
Semenjak dari itu, abangnya begitu rajin untuk menata dan mengendalikan usaha keluarga, berhemat dan tak berfoya - foya, setiap hal bertindak dengan hati - hati dan tegas dan bersungguh - sungguh dalam mengelola keuangan.
Pada tahun itu juga, Yen Siau dan anaknya bersama - sama lolos dari ujian dan menjadi sarjana tempo dulu, terlihat dengan jelas orang yang bermoral indah akan dibalas oleh Langit.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Sewaktu telah makan separuh, Yen Siau berkata, “Saya pada dasarnya tak bermaksud untuk membagi harta, tetapi karena abang terlalu boros dan tidak tahu berhemat, ditakutkan seluruh harta akan ludes semuanya. Sekarang untung saja masih ada terdapat separuh harta warisan."
Dengan kesungguhan hati, adiknya mengajak kakak dan kakak iparnya untuk kembali tinggal bersama juga memberi kuasa pada mereka untuk memutuskan segala persoalan yang ada di dalam rumah.
Pada saat itu pula, adiknya membakar surat perjanjian yang dahulu telah mereka sepakati bersama. Bersamaan itu pula adiknya menyerahkan kunci gudang untuk disimpan oleh kakak dan kakak iparnya. Setelah itu dia masih mengambil uang tabungan pribadinya untuk melunasi segala hutang kakaknya.
Kesungguhan hati dan ketulusan hati dari Yen Siau, memiliki ketebalan moral yang tanpa sedikit pun perhitungan, membuat kakak dan kakak iparnya merasa sangat malu dan juga berterima kasih.
Semenjak dari itu, abangnya begitu rajin untuk menata dan mengendalikan usaha keluarga, berhemat dan tak berfoya - foya, setiap hal bertindak dengan hati - hati dan tegas dan bersungguh - sungguh dalam mengelola keuangan.
Pada tahun itu juga, Yen Siau dan anaknya bersama - sama lolos dari ujian dan menjadi sarjana tempo dulu, terlihat dengan jelas orang yang bermoral indah akan dibalas oleh Langit.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar