Sebatang tebu terbaring pasrah. Dia tahu bahwa umurnya tak lagi lama. Dia mengerti, sebentar lagi waktunya
akan tiba dan dia harus bersiap untuk menghadapi penghakiman terakhir di mesin giling, guna
menghasilkan air tebu yang sering diminum manusia sebagai es tebu atau
jus tebu.
Dia tahu dirinya memiliki rasa manis yang sering dicari oleh manusia yang dahaga.
Dirinya mulai gelisah, ketika satu persatu temannya diambil dari kelompoknya secara paksa, karena dari mereka sebetulnya tak ada yang rela. Diperas habis, hanya menyisakan segelas air tebu, kemudian tinggal sepahnya. Jadi dia merasa bahwa seolah-olah hidupnya sia-sia dan tak berguna lagi.
Namun, Si Tebu lupa…Semasa hidupnya dia memiliki manisnya dirinya. Sebelum usai hidupnya, dia telah persembahkan manisnya itu bagi manusia untuk dinikmati.
Si Tebu akhirnya menyadari bahwa prinsip berbagi itulah yang terpenting. Bukan lagi berapa lama dia hidup. Melainkan semasa hidup, mampukah ia memberi arti? Semasa hidup mampukah ia meninggalkan kesan mendalam di hati? Semasa hidup, masihkah dia terus berkarya dan memberi?
Ketika tangan penjual tebu tiba untuk mengambil dirinya…Si Tebu tersenyum. Manis sekali.
Lebih manis dari rasa yang dia berikan kepada yang meminumnya. Karena dia sadar, hidupnya sudah berarti.
Setidaknya dia sudah membagikan kepada seseorang atau dua orang. Tak mengapa. Yang penting dia hidup bahagia dan tidak mati sia-sia. Berbagi, memberi, berkarya terus sampai akhir hidupnya, jadikan dirinya tersenyum bahagia.
Tak ada yang lebih bahagia selain memberikan diri bagi dunia. Walaupun dunia itu baginya hanya satu atau dua orang saja. Walaupun dunia itu baginya hanya sekitarnya saja. Tak ada sesal, setelah melakukan yang terbaik sampai akhir hidupnya.
Kalaupun sekarang engkau tengah merasa lelah…Energi terkuras, letih fisik dan mental luar biasa. Ingatlah untuk tetap terus berkarya bagi sesama. Beristirahatlah barang sejenak, lakukan apa yang dianggap perlu untuk rileks dan kembali berkarya sesuai apa yang sudah dipercayakanNya.
Sehingga, walaupun hidup ini singkat, tak perlu kuatir…Karena yang terpenting adalah seberapa banyak yang sudah kita lakukan semasa hidup bagi sesama, bagi dunia? Atau dalam lingkup yang lebih kecil: bagi keluarga dan teman-teman kita? Bagi orang lain?
Hidup akan jauh lebih berarti bila kita memberikan bagian dari diri yang terbaik demi kebaikan. Memberikan yang terbaik bagi diri bagi kemanusiaan. Memberi yang terbaik dengan keluar dari diri sendiri dan membantu orang lain yang berkekurangan.
.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Dia tahu dirinya memiliki rasa manis yang sering dicari oleh manusia yang dahaga.
Dirinya mulai gelisah, ketika satu persatu temannya diambil dari kelompoknya secara paksa, karena dari mereka sebetulnya tak ada yang rela. Diperas habis, hanya menyisakan segelas air tebu, kemudian tinggal sepahnya. Jadi dia merasa bahwa seolah-olah hidupnya sia-sia dan tak berguna lagi.
Namun, Si Tebu lupa…Semasa hidupnya dia memiliki manisnya dirinya. Sebelum usai hidupnya, dia telah persembahkan manisnya itu bagi manusia untuk dinikmati.
Si Tebu akhirnya menyadari bahwa prinsip berbagi itulah yang terpenting. Bukan lagi berapa lama dia hidup. Melainkan semasa hidup, mampukah ia memberi arti? Semasa hidup mampukah ia meninggalkan kesan mendalam di hati? Semasa hidup, masihkah dia terus berkarya dan memberi?
Ketika tangan penjual tebu tiba untuk mengambil dirinya…Si Tebu tersenyum. Manis sekali.
Lebih manis dari rasa yang dia berikan kepada yang meminumnya. Karena dia sadar, hidupnya sudah berarti.
Setidaknya dia sudah membagikan kepada seseorang atau dua orang. Tak mengapa. Yang penting dia hidup bahagia dan tidak mati sia-sia. Berbagi, memberi, berkarya terus sampai akhir hidupnya, jadikan dirinya tersenyum bahagia.
Tak ada yang lebih bahagia selain memberikan diri bagi dunia. Walaupun dunia itu baginya hanya satu atau dua orang saja. Walaupun dunia itu baginya hanya sekitarnya saja. Tak ada sesal, setelah melakukan yang terbaik sampai akhir hidupnya.
Kalaupun sekarang engkau tengah merasa lelah…Energi terkuras, letih fisik dan mental luar biasa. Ingatlah untuk tetap terus berkarya bagi sesama. Beristirahatlah barang sejenak, lakukan apa yang dianggap perlu untuk rileks dan kembali berkarya sesuai apa yang sudah dipercayakanNya.
Sehingga, walaupun hidup ini singkat, tak perlu kuatir…Karena yang terpenting adalah seberapa banyak yang sudah kita lakukan semasa hidup bagi sesama, bagi dunia? Atau dalam lingkup yang lebih kecil: bagi keluarga dan teman-teman kita? Bagi orang lain?
Hidup akan jauh lebih berarti bila kita memberikan bagian dari diri yang terbaik demi kebaikan. Memberikan yang terbaik bagi diri bagi kemanusiaan. Memberi yang terbaik dengan keluar dari diri sendiri dan membantu orang lain yang berkekurangan.
.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar