Sewaktu zaman dinasti Nan Pei, di sekitar Chan An terdapat
sebuah keluarga yang bermarga Thien. Dalam keluarga itu mereka tiga bersaudara saling sayang
menyayangi, sehingga hidup mereka sangat rukun dan bahagia.
Ketika ayahnya meninggal, tiga menantunya yang berlainan pendapat bermaksud akan membagi harta keluarga.
Setelah mereka memutuskannya, maka mereka membagi semua harta secara merata sebanyak 3 bagian.
Tetapi cuma hanya sebatang pohon yang ada di depan rumah yang tak dapat dibagikan.
Terakhir semua orang membahasnya dan memutuskan bahwa pada suatu hari nanti akan membagi pohon tersebut menjadi 3 bagian juga.
Tak disangka pada hari itu juga, ada suatu kejadian aneh yang terjadi. Pohon itu tiba-tiba mati kering, sampai - sampai ranting dan daun-daun pohon itu menjadi kering seperti habis terbakar, tanpa adanya tanda tanda kehidupan lagi.
Tiga bersaudara yang melihat kejadian tersebut merasa sangat kaget sekali, sehingga kejadian ini menyadarkan abang tertua Thien Chen.
Thien Chen kemudian berkata kepada 2 orang adiknya, ”Pohon pada dasarnya adalah hidup melalui akar yang sama, ketika mendengarkan kita akan membaginya menjadi 3 bagian, pohon itu langsung berubah menjadi hangus terbakar.
Meilihat dari kejadian tersebut, kita bertiga sebagai abang adik yang sungguh-sungguh saling menyayangi, malahan tak sebanding dengan pohon tersebut.”
Tiga orang bersaudara itu merasa sangat malu sekali dan memutuskan untuk tidak akan menebang pohon tersebut lagi. Anehnya, ketika pohon tersebut mendengar perkataan mereka, bagaikan ada perasaannya, daun dan ranting pohon itu kembali rimbun lagi, tidak seperti tadi yang hangus terbakar.
Tiga bersaudara Thien yang melihat keadaan ini menjadi semakin terharu. Akhirnya mereka tidak jadi untuk membagi harta dan hidup secara berdampingan. Tak lama kemudian,Thien Chen menjadi seorang pejabat sampai mendapat suatu jabatan kedudukan yang sangat tinggi, sehingga membuat keluarganya bangga.
Kejadian tersebut kemudian disebarkan dengan munculnya sebuah syair, yang mana menceritakan kejadian tersebut dan menasehati orang agar mengerti untuk selamanya saling membantu dan saling menghargai perasaan yang telah terjalin di antara abang adik.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Ketika ayahnya meninggal, tiga menantunya yang berlainan pendapat bermaksud akan membagi harta keluarga.
Setelah mereka memutuskannya, maka mereka membagi semua harta secara merata sebanyak 3 bagian.
Tetapi cuma hanya sebatang pohon yang ada di depan rumah yang tak dapat dibagikan.
Terakhir semua orang membahasnya dan memutuskan bahwa pada suatu hari nanti akan membagi pohon tersebut menjadi 3 bagian juga.
Tak disangka pada hari itu juga, ada suatu kejadian aneh yang terjadi. Pohon itu tiba-tiba mati kering, sampai - sampai ranting dan daun-daun pohon itu menjadi kering seperti habis terbakar, tanpa adanya tanda tanda kehidupan lagi.
Tiga bersaudara yang melihat kejadian tersebut merasa sangat kaget sekali, sehingga kejadian ini menyadarkan abang tertua Thien Chen.
Thien Chen kemudian berkata kepada 2 orang adiknya, ”Pohon pada dasarnya adalah hidup melalui akar yang sama, ketika mendengarkan kita akan membaginya menjadi 3 bagian, pohon itu langsung berubah menjadi hangus terbakar.
Meilihat dari kejadian tersebut, kita bertiga sebagai abang adik yang sungguh-sungguh saling menyayangi, malahan tak sebanding dengan pohon tersebut.”
Tiga orang bersaudara itu merasa sangat malu sekali dan memutuskan untuk tidak akan menebang pohon tersebut lagi. Anehnya, ketika pohon tersebut mendengar perkataan mereka, bagaikan ada perasaannya, daun dan ranting pohon itu kembali rimbun lagi, tidak seperti tadi yang hangus terbakar.
Tiga bersaudara Thien yang melihat keadaan ini menjadi semakin terharu. Akhirnya mereka tidak jadi untuk membagi harta dan hidup secara berdampingan. Tak lama kemudian,Thien Chen menjadi seorang pejabat sampai mendapat suatu jabatan kedudukan yang sangat tinggi, sehingga membuat keluarganya bangga.
Kejadian tersebut kemudian disebarkan dengan munculnya sebuah syair, yang mana menceritakan kejadian tersebut dan menasehati orang agar mengerti untuk selamanya saling membantu dan saling menghargai perasaan yang telah terjalin di antara abang adik.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar