Pada zaman Dinasti Chin, hiduplah seorang pria yang bernama Teng Yu. Pada masa
itu keadaan sedang berkecamuk perang.
Di dalam kekacauan perang tersebut, Teng Yu bersama dengan keponakan dan istrinya yang bermarga Cia mengendong anak mereka untuk melarikan diri, tetapi dalam perjalanan mereka kehabisan bekal makanan dan uang.
Teng yu lalu memikirkan sebuah rencana dan berkata pada istrinya, “Adik saya mati muda dan hanya memiliki seorang anak, jadi menurut aturan yang ada maka kita tidak boleh menelantarkannya. Lebih baik kita berkorban dengan menelantarkan anak kita sendiri, kalaulah beruntung dan kita masih bisa hidup, kelak kita masih bisa melahirkan dan memiliki anak lagi”.
Istrinya yang mendengarkan kata-kata suaminya, memahami maksud suaminya yang sangat setia dan sayang pada saudaranya, sehingga istrinya dengan berat hati dan menahan isak tangis menyanggupi permintaan suaminya.
Setelah Teng Yu bersama dengan istrinya memutuskan, maka dengan perasaan yang sedih dan sambil menangis, Teng Yu menggunakan tali untuk mengikat anaknya ke atas pohon, agar anaknya terhindar dari injakkan orang-orang yang sedang menyelamatkan diri akibat bencana peperangan. Setelah itu dia kemudian bersama dengan istri dan keponakannya meneruskan perjalanan untuk mengungsi ke Ciang Tong.
Tak lama kemudian setelah Kaisar mendengar berita tentang Teng Yu yang berhati budiman, Kaisar lalu mengangkatnya untuk menjadi pejabat di Wu Tu. Lantaran Teng Yu begitu menyayangi rakyatnya, maka sewaktu masa jabatannya sudah berakhir, ribuan penduduk menahan kepergiannya dengan menarik kapal yang ditumpanginya, karena tidak merelakan Teng Yu pergi.
Disamping itu, ternyata anak Teng Yu yang dulu ditinggalkannya juga beruntung, karena telah diselamatkan dan diasuh oleh seorang pendeta. Setelah beberapa tahun kemudian, sebelum pendeta tersebut wafat, beliau khusus datang menjumpai Teny Yu untuk mengantarkan anaknya pulang dan berkata, “Langit begitu gembira dan terharu melihat kalian yang memiliki perasaan yang demikian dalam terhadap sesama saudara, maka akan mengajari kalian teknik untuk bisa berhasil menjadi Dewa.” Setelah Teng Yu dan istrinya wafat, mereka berhasil menjadi Dewa.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Di dalam kekacauan perang tersebut, Teng Yu bersama dengan keponakan dan istrinya yang bermarga Cia mengendong anak mereka untuk melarikan diri, tetapi dalam perjalanan mereka kehabisan bekal makanan dan uang.
Teng yu lalu memikirkan sebuah rencana dan berkata pada istrinya, “Adik saya mati muda dan hanya memiliki seorang anak, jadi menurut aturan yang ada maka kita tidak boleh menelantarkannya. Lebih baik kita berkorban dengan menelantarkan anak kita sendiri, kalaulah beruntung dan kita masih bisa hidup, kelak kita masih bisa melahirkan dan memiliki anak lagi”.
Istrinya yang mendengarkan kata-kata suaminya, memahami maksud suaminya yang sangat setia dan sayang pada saudaranya, sehingga istrinya dengan berat hati dan menahan isak tangis menyanggupi permintaan suaminya.
Setelah Teng Yu bersama dengan istrinya memutuskan, maka dengan perasaan yang sedih dan sambil menangis, Teng Yu menggunakan tali untuk mengikat anaknya ke atas pohon, agar anaknya terhindar dari injakkan orang-orang yang sedang menyelamatkan diri akibat bencana peperangan. Setelah itu dia kemudian bersama dengan istri dan keponakannya meneruskan perjalanan untuk mengungsi ke Ciang Tong.
Tak lama kemudian setelah Kaisar mendengar berita tentang Teng Yu yang berhati budiman, Kaisar lalu mengangkatnya untuk menjadi pejabat di Wu Tu. Lantaran Teng Yu begitu menyayangi rakyatnya, maka sewaktu masa jabatannya sudah berakhir, ribuan penduduk menahan kepergiannya dengan menarik kapal yang ditumpanginya, karena tidak merelakan Teng Yu pergi.
Disamping itu, ternyata anak Teng Yu yang dulu ditinggalkannya juga beruntung, karena telah diselamatkan dan diasuh oleh seorang pendeta. Setelah beberapa tahun kemudian, sebelum pendeta tersebut wafat, beliau khusus datang menjumpai Teny Yu untuk mengantarkan anaknya pulang dan berkata, “Langit begitu gembira dan terharu melihat kalian yang memiliki perasaan yang demikian dalam terhadap sesama saudara, maka akan mengajari kalian teknik untuk bisa berhasil menjadi Dewa.” Setelah Teng Yu dan istrinya wafat, mereka berhasil menjadi Dewa.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar