Ada seorang tukang tahu yang setiap harinya menjual dagangannya ke pasar. Untuk sampai ke pasar, maka ia harus melewati pematang sawah baru naik angkot langganannya.
Setiap pagi ia selalu berdoa kepada Dewi Kwan Im Po Sat agar dagangannya laris.
Begitulah setiap harinya, sebelum berangkat dia selalu berdoa terlebih dahulu dan pulang sore hari dan dagangannya selalu laris manis.
Suatu hari, ketika ia melewati sawah menuju jalan raya, entah kenapa tiba-tiba dia terpeleset, sehingga semua dagangannya jatuh ke sawah, hancur berantakan! Jangankan untung, modal pun buntung!
Dia mengeluh bahkan "menyalahkan" Dewi Kwan Im, mengapa ia diberi petaka seperti ini? Padahal ia selalu berdoa setiap pagi, akhirnya ia pun pulang dan tidak jadi berdagang.
Dua jam kemudian, ia mendengar kabar bahwa angkot langganannya yang setiap hari ia naiki, pagi itu jatuh ke dalam jurang. Semua penumpangnya tewas! Hanya ia satu-satunya calon penumpang yang selamat, "gara- gara" tahunya jatuh ke sawah, sehingga ia tidak jadi berdagang.
Doa tidak harus dikabulkan sesuai permintaan, tapi terkadang diganti dengan sesuatu yang jauh lebih baik daripada yang diminta. Tentunya Dewi Kwan Im lebih Maha Tahu kebutuhan kita, dibandingkan diri kita sendiri. Karena itu, janganlah jemu berdoa, juga jangan menggerutu, apalagi mengutuk!
Kita semua akan menghayati kehidupan yang lebih tenang, kalau kita tidak terlalu tergesa-gesa memberikan penilaian kepada peristiwa yang tejadi.
Bahkan apa yang paling kita benci, dan yang masih menimbulkan reaksi negatif kalau terpikirkan oleh kita, mungkin memainkan peranan positif dalam hidup kita.
Setiap pagi ia selalu berdoa kepada Dewi Kwan Im Po Sat agar dagangannya laris.
Begitulah setiap harinya, sebelum berangkat dia selalu berdoa terlebih dahulu dan pulang sore hari dan dagangannya selalu laris manis.
Suatu hari, ketika ia melewati sawah menuju jalan raya, entah kenapa tiba-tiba dia terpeleset, sehingga semua dagangannya jatuh ke sawah, hancur berantakan! Jangankan untung, modal pun buntung!
Dia mengeluh bahkan "menyalahkan" Dewi Kwan Im, mengapa ia diberi petaka seperti ini? Padahal ia selalu berdoa setiap pagi, akhirnya ia pun pulang dan tidak jadi berdagang.
Dua jam kemudian, ia mendengar kabar bahwa angkot langganannya yang setiap hari ia naiki, pagi itu jatuh ke dalam jurang. Semua penumpangnya tewas! Hanya ia satu-satunya calon penumpang yang selamat, "gara- gara" tahunya jatuh ke sawah, sehingga ia tidak jadi berdagang.
Doa tidak harus dikabulkan sesuai permintaan, tapi terkadang diganti dengan sesuatu yang jauh lebih baik daripada yang diminta. Tentunya Dewi Kwan Im lebih Maha Tahu kebutuhan kita, dibandingkan diri kita sendiri. Karena itu, janganlah jemu berdoa, juga jangan menggerutu, apalagi mengutuk!
Kita semua akan menghayati kehidupan yang lebih tenang, kalau kita tidak terlalu tergesa-gesa memberikan penilaian kepada peristiwa yang tejadi.
Bahkan apa yang paling kita benci, dan yang masih menimbulkan reaksi negatif kalau terpikirkan oleh kita, mungkin memainkan peranan positif dalam hidup kita.
Tidak ada komentar:
Write komentar