Hari ini Cit Gwek Cap Go disebut
juga Cit Gweek Phua yang dikenal sebagai Festival Zhong Yuan Jie atau "Festival Pertengahan Tahun", juga dikenal sebagai
Festival Hantu Lapar yang diselenggarakan
setiap tahunnya pada bulan ke 7 tanggal 15 dari kalender lunar cina.
Pada hari itu, banyak keluarga yang akan memberikan penghormatan kepada keluarga
almarhum mereka dan mengunjungi makam mereka, seolah-olah hubungan mereka yang sudah mati masih bersama mereka.
Adapun makna yang terkandung dalam sembahyang bulan ketujuh tanggal 15
tersebut, adalah sebagai lambang ketakwaan (Shun) manusia kepada Tuhan
(Thian Min) dan bakti anak terhadap arwah ayah bundanya yang sudah meninggal
dunia, termasuk pula terhadap arwah leluhurnya, arwah teman-teman,
serta arwah umum yang sudah tidak ada sanak saudara yang menyembahyanginya
lagi.
Hal
ini karena dari sejak dulu telah diyakini bahwa setiap bulan tujuh ini, jiwa-jiwa atau roh yang belum lahir dan
nenek moyang almarhum dan teman-teman akan dilepaskan dari alamnya untuk mengembara ke bumi selama 30 hari.
Bagi kita yang masih hidup adalah suatu keharusan untuk
mengenang orangtua, saudara dan leluhur yang telah tiada dengan
mengirim doa buat mereka, khususnya orangtua dan leluhur karena tanpa
mereka tentu tidak ada kita hari ini.
Banyak orang yang hanya berasumsi bahwa mereka telah masuk surga dan tidak perlu berdoa atau tidak perlu berbuat kebajikan lagi untuk mereka. Asumsi demikian sesungguhnya hanyalah alasan karena kemalasan dan ketidak-pedulian pada leluhur, semoga kita semua tidak pernah lengah terhadap leluhur kita.
Banyak orang yang hanya berasumsi bahwa mereka telah masuk surga dan tidak perlu berdoa atau tidak perlu berbuat kebajikan lagi untuk mereka. Asumsi demikian sesungguhnya hanyalah alasan karena kemalasan dan ketidak-pedulian pada leluhur, semoga kita semua tidak pernah lengah terhadap leluhur kita.
Jiwa atau roh
orang mati yang diabaikan oleh kerabat atau saudaranya mungkin akan melakukan tindakan kejahatan atau malapetaka,
sehingga harus diambil langkah-langkah untuk menenangkan roh-roh
tersebut sebelum mereka melampiaskan amarahnya dengan menawarkan para roh yang gentayangan itu makanan, membakar dupa dan uang kertas untuk memenuhi kebutuhan materinya, supaya para roh itu tidak dalam keadaan lapar, dengan demikian hal ini mungkin bisa menghindari dari malapetaka yang tak terduga.
Selain itu juga hal ini untuk mengingatkan kita bahwa sebagai manusia harus bertenggang rasa, peduli dalam membantu sesama yang memang membutuhkan bantuan. Usai pelaksanaan sembahyang ini biasanya diiringi dengan pembagian sejumlah beras beserta sembako lainnya kepada masyarakat yang kurang mampu.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar