Pada zaman dinasti Tang, Wei Ho ( Permaisuri) mengacaukan pemerintahan, dengan menaruh racun di
dalam biskuit sehingga membuat kaisar Chung Cung mati, lalu dia bersiasat untuk membunuh semua kerabat kaisar.
Setelah Tang Ming Huang ( 唐明皇) mendapatkan kabar itu dari agen rahasia, dia lalu membahas masalah ini dengan orang kepercayaannya untuk bertindak duluan.
Orang kepercayaannya menyarankan pada Tang Ming Huang agar melaporkan hal ini kepada Siang Wang (ayahanda dari Tang Ming Huang), tetapi dia berkata, ”Kita mengabdi pada negara demi kelangsungan hidup negara, kalaulah berhasil maka segala jasa akan diberikan pada Siang Wang.
Kalaulah gagal, kita mengorbankan nyawa demi negara, tapi jangan melibatkan Siang Wang. Kalaulah sekarang kita melapor dan Siang Wang menyetujuinya, berarti dia telah ikut berpartisipasi dengan kejadian ini. Kalaulah dia tidak menyetujuinya, bukankah hanya akan membuat rencana ini terbongkar.” Sehingga mereka tidak melaporkannya pada Siang Wang.
Setelah Tang Ming Huang ( 唐明皇) mendapatkan kabar itu dari agen rahasia, dia lalu membahas masalah ini dengan orang kepercayaannya untuk bertindak duluan.
Orang kepercayaannya menyarankan pada Tang Ming Huang agar melaporkan hal ini kepada Siang Wang (ayahanda dari Tang Ming Huang), tetapi dia berkata, ”Kita mengabdi pada negara demi kelangsungan hidup negara, kalaulah berhasil maka segala jasa akan diberikan pada Siang Wang.
Kalaulah gagal, kita mengorbankan nyawa demi negara, tapi jangan melibatkan Siang Wang. Kalaulah sekarang kita melapor dan Siang Wang menyetujuinya, berarti dia telah ikut berpartisipasi dengan kejadian ini. Kalaulah dia tidak menyetujuinya, bukankah hanya akan membuat rencana ini terbongkar.” Sehingga mereka tidak melaporkannya pada Siang Wang.
Pada saat tengah malam Lung Chi (nama dari Tang Ming Huang) memimpin
pasukan pilihan untuk menyerbu masuk ke istana, membunuh permaisuri Wei
Ho dan seluruh orang kepercayaannya dan menentramkan kekacauan.
Pada saat itu pula Langit telah terang, barulah Lung Chi pergi menghadap dan bersujud pada Siang Wang untuk mengaku bersalah karena tidak duluan melaporkan kejadian tersebut. Siang Wang memeluk anak kesayangannya sambil menangis dan berkata, “Negara dan kuil untuk persembahan leluhur keluarga kaisar bisa diteruskan lagi, ini semua adalah merupakan jasa kamu !”
Lung Chi pada saat negara mengalami bahaya, rela mengorbankan dirinya demi negara, sehingga boleh dikatakan sebagai seorang yang setia, tetapi sebelum bertindak dia tak berani melaporkan pada Ayahandanya.
Yang pertama adalah karena ayahnya berada di dalam istana, sementara di dalam istana begitu banyak orang, sehingga kalau terjadi sesuatu tentunya hal ini akan membahayakan keselamatan ayahnya. Yang kedua adalah kalaulah ayahnya tidak menyetujui akan hal tersebut, bukankah hal itu hanya akan menyulitkan dirinya untuk bertindak karena dia akan menjadi anak yang tidak berbakti.
Membuat keputusan antara berbakti dan kesetiaan tak bisa di jaga secara bersamaan, jika hal ini berhasil maka tak apa - apa, tetapi kalau gagal bukankah ayahnya juga akan terlibat dan tentu tak akan lolos pada saat itu. Maka hal ini sebenarnya merupakan suatu pikiran yang paling tepat untuk mewujudkan kesetiaan dan berbakti secara bersamaan.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Pada saat itu pula Langit telah terang, barulah Lung Chi pergi menghadap dan bersujud pada Siang Wang untuk mengaku bersalah karena tidak duluan melaporkan kejadian tersebut. Siang Wang memeluk anak kesayangannya sambil menangis dan berkata, “Negara dan kuil untuk persembahan leluhur keluarga kaisar bisa diteruskan lagi, ini semua adalah merupakan jasa kamu !”
Lung Chi pada saat negara mengalami bahaya, rela mengorbankan dirinya demi negara, sehingga boleh dikatakan sebagai seorang yang setia, tetapi sebelum bertindak dia tak berani melaporkan pada Ayahandanya.
Yang pertama adalah karena ayahnya berada di dalam istana, sementara di dalam istana begitu banyak orang, sehingga kalau terjadi sesuatu tentunya hal ini akan membahayakan keselamatan ayahnya. Yang kedua adalah kalaulah ayahnya tidak menyetujui akan hal tersebut, bukankah hal itu hanya akan menyulitkan dirinya untuk bertindak karena dia akan menjadi anak yang tidak berbakti.
Membuat keputusan antara berbakti dan kesetiaan tak bisa di jaga secara bersamaan, jika hal ini berhasil maka tak apa - apa, tetapi kalau gagal bukankah ayahnya juga akan terlibat dan tentu tak akan lolos pada saat itu. Maka hal ini sebenarnya merupakan suatu pikiran yang paling tepat untuk mewujudkan kesetiaan dan berbakti secara bersamaan.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar