|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 29 September 2013

Menimbang Sejenak Ajaran Lurus

 

Pernah ada sebuah pertanyaan “Mana yang lebih baik, menjadi orang beragama tetapi tidak menjadi orang baik, atau menjadi orang baik tetapi tidak beragama?”.
Pertanyaan ini terasa sulit untuk dijawab atau tidak berani untuk menjawab? Sebenarnya kalau ditelusur, munculnya ajaran / agama adalah dimaksudkan untuk merubah manusia pada masa itu, dari manusia yang tidak baik menjadi orang yang bermoral baik. 

Dalam sejarah agama, selalu diceritakan bahwa munculnya suatu ajaran kebaikan yang disampaikan oleh pembawa ajaran pada saat itu, selalu terjadi disaat umat manusia masa itu sudah berubah menjadi sangat buruk, tidak bermoral, dan tidak tahu makna kebaikan yang sesungguhnya.

Sebab, ajaran kebaikan sebelumnya, yang dulu pernah ada, telah menjadi ajaran sesat karena telah banyak yang diselewengkan (telah menyimpang) sehingga makna kandungan ajarannya telah jauh berbeda dengan makna yang semula diajarkan oleh pendiri atau pembawanya. 

Dengan demikian sejarah moral manusia berulang lagi manjadi manusia bermoral buruk, yang hanya terobsesi untuk memikirkan kepentingan pribadi sehingga yang dilakukan adalah hal-hal yang merusak dan merugikan orang lain.
Seandainya diurut lagi mundur ke belakang dengan sebuah pertanyaan,“Percayakah kita sebelum suatu agama masuk ke suatu wilayah negara yang lain dari negara dimana agama tersebut berasal, masyarakat di negara setempat semua mempunyai moral yang buruk?”   atau “Percayakah kita bahwa nenek moyang kita dahulu tidak mempunyai moral yang baik karena belum ada agama pada saat itu?”. 

Kalau kita mampu berpikir dengan kepala jernih, jawaban kedua pertanyaan tersebut adalah “Tidak Percaya”. Karena agama yang dipahami jaman sekarang mungkin berbeda dengan keyakinan terhadap prinsip kebenaran dari Tuhan yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang bukan sekedar ritual dan formalitas belaka.

Di kalangan orang-orang spiritual mereka percaya bahwa keyakinan atau ajaran kebatinan yang oleh orang-orang tua jaman dahulu lakukan, sebelum adanya agama modern jaman sekarang, adalah yang membuat mereka mempunyai keluhuran jiwa serta budi pekerti yang jauh lebih baik dibanding jaman sekarang yang sudah awut-awutan tidak karuan. 

Meskipun seolah-olah beragama. Mereka percaya bahwa olah batin atau olah jiwa yang selama itu mereka tempa adalah kunci pokok seseorang untuk dapat memahami apa makna dan tujuan hidup manusia yang sebenarnya. 

Mungkin itulah sebabnya muncul pepatah jawa “urip mung mampir ngombe” atau dalam bahasa Indonesia “hidup hanya untuk numpang minum”, dengan pemahaman hidup seperti itu maka orang jaman dulu  mempunyai prinsip menjalani hidup sederhana tidak hura-hura / foya-foya, “ora ngongso, nrimo ing pandum  (tidak memaksakan diri, menerima pemberian Tuhan dengan ikhlas )”, yang terefleksi pada kegemaran suka mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri, kepentingan keluarga atau kepentingan golongan.

Dalam fenomena yang terjadi akhir-akhir  ini, telah muncul beberapa aliran atau ajaran yang semula mengklaim ajaran dari Tuhan, namun kenyataannya ajaran tersebut telah menyesatkan dan merugikan masyarakat, mulai dari pengurasan harta sampai pencabulan atas diri pengikutnya yang dilakukan oleh penyebar atau pembuat ajaran tersebut beserta anggota pengurusnya, ataupun ajaran untuk membenci dan membunuh sesama manusia dengan alasan yang seolah-olah perintah dari Tuhan.

Dalam ramalan kuno atau kitab-kitab suci agama telah tertulis dan tersirat bahwa pada akhir jaman atau akhir dharma, akan muncul raja terror atau raja iblis atau dajal yang mengerahkan seluruh pasukannya, untuk merusak semua umat manusia, dalam berbagai macam bentuk/wujud manusia dan upayanya, yang bahkan dikatakan mereka akan bersemayam dalam tempat-tempat ibadah, serta mengatas namakan Tuhan. 

Namun begitu di dalam ramalan juga disebutkan akan datangnya penyelamat yang mengajarkan kebaikan sejati kepada manusia agar tidak mengalami kemusnahan akibat bujuk rayu raja iblis/dajal di akhir jaman nanti. 

Dengan munculnya dua sisi yang bertentangan, antara kebaikan dan kejahatan, dan dengan segala upaya dari raja iblis yang berusaha menyesatkan manusia, tentunya menjadi sebuah kesulitan yang baru bagi manusia untuk membedakan mana yang sesat dan mana yang lurus. 

Oleh raja iblis, semua dibuat semu dan rancu, pemahaman yang diajarkanpun seolah-olah benar namun palsu, hanya manusia yang mempunyai mata hati dan kejernihan akal budi yang mampu membedakan ajaran mana yang  benar-benar lurus.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar