Kebajikan ( De 德 ) - Tarian singa atau Barongsai (舞獅) memang tak dapat dipisahkan dari perayaan Imlek, karena hubungan
mereka dengan asal-usul dari perayaan Imlek ini. Menurut kepercayaan Orang
Cina kuno,
singa merupakan lambang kebahagiaan dan kekuatan.
Suara keras dari musik yang mengiringi tarian Barongsai juga dipercaya akan mengusir nasib buruk dan roh
jahat saat para penari Barongsai melakukan gerakan-gerakan atraktif yang membuat tubuh
singa meliuk-liuk dengan lincah.
Tarian Barongsai juga merupakan pertunjukan yang dapat membawa keberuntungan
dan bisa mengusir kejahatan untuk melindungi manusia dan ternak, sehingga umumnya diadakan pada berbagai acara penting seperti pembukaan
restoran, toko, rumah, pendirian klenteng, dan tentu saja perayaan tahun baru Imlek untuk melakukan tarian tradisional "memetik
keberuntungan" dimana singa “makan” selada hijau dan jeruk.
Tarian ini
diyakini bisa membawa keberuntungan dan keselamatan kepada yang menyaksikannya. Para penonton
pun tak jarang memberikan angpao yang diberikan melalui mulut singa.berdoa untuk keberuntungan dan
keselamatan.
Barongsai (舞獅) telah ada sejak 1500 tahun yang
lalu. Pertunjukan seni ini bermakna untuk mengusir hal-hal buruk yang
akan terjadi. Asal mula dibuatnya Barongsai terdiri dari berbagai macam
versi, namun yang paling terkenal adalah versi Nian atau monster.
Cerita asal lain menempatkan Singa sebagai makhluk mistis yang ada di langit. Singa adalah makhluk yang lucu dan nakal, sehingga pada suatu hari mereka menyebabkan Raja Langit kesulitan untuk mengontrolnya. Sebagai hukuman, maka Raja Langit memotong kaki dan ekor singa dan mengirim tubuhnya turun ke bumi. (Itulah alasan mengapa kostum singa hanya kepala dan ekor saja).
Kwan Yin atau Dewi Welas asih yang melihat hal ini merasa kasihan pada Singa, sehingga Dia mengubah Singa dengan menambahkan unsur-unsur mistis, dari hewan yang berbeda, dalam rangka untuk menjinakkan dan membuat Singa menjadi kekuatan untuk kebaikan.
Versi Nian yang Bermula dari Keresahan Kaum Petani
Menurut cerita rakyat, pada masa Dinasti Qing, ada sebuah Desa kecil di tengah
pengunungan di daerah China. Terdapat penduduk yang sehari-hari bekerja
sebagai petani.
Akan tetapi sangat disayangkan, hampir setiap musim dingin, ada monster yang selalu datang menganggu petani. Dari merusak tanaman hingga memakan manusia. Monster tersebut dikenal dengan sebutan Nian.
Perbuatan sang monster telah membuat para penduduk merasa resah dan ketakutan. Hingga pada suatu waktu muncul seekor singa (barongsai) yang mampu menghalau monster tersebut. Ia mampu mengalahkan monster dan membuatnya pergi ketakutan.
Akan tetapi sangat disayangkan, hampir setiap musim dingin, ada monster yang selalu datang menganggu petani. Dari merusak tanaman hingga memakan manusia. Monster tersebut dikenal dengan sebutan Nian.
Perbuatan sang monster telah membuat para penduduk merasa resah dan ketakutan. Hingga pada suatu waktu muncul seekor singa (barongsai) yang mampu menghalau monster tersebut. Ia mampu mengalahkan monster dan membuatnya pergi ketakutan.
Tetapi "Nian" bersumpah untuk kembali lagi pada tahun depan. Setelah
beberapa waktu kemudian, monster tadi hendak melakukan balas dendam dan
berniat mengganggu para penduduk lagi. Namun singa yang mampu
mengalahkan sang monster sudah tidak ada dan tidak dapat ditemui.
Kali ini penduduk desa tidak memiliki singa untuk melindungi diri mereka sendiri. Hingga pada akhirnya para petani dapat memecahkan masalahnya setelah menemukan ide untuk membuat binatang tandingan yang palsu untuk menakutkan Nian dengan menciptakan kostum yang mirip dengan singa hingga terbentuknya barongsai (Singa).
Akhirnya masyarakat setempat sepakat membuat kostum barongsai seperti yang sering kita lihat sekarang untuk menakut-nakuti sang monster. Dan mereka berhasil menyingkirkan sang monster dengan kemampuan mereka sendiri. Dimana setiap menjelang musim dingin, penduduk setempat memainkan singa (barongsai) untuk menakut-nakuti "Nian" agar jika Nian melihatnya akan pergi ketakutan.
Legenda juga mengatakan bahwa suara keras dari drum, petasan, dan baju warna merah bisa membantu untuk menakut-nakuti "Nian" agar pergi. Hingga akhirnya, konon, Nian tidak datang lagi ke desa-desa dan peristiwa ini menjadi turun temurun hingga hari ini.
Dan kita menyambutnya sebagai kou Nian, yakni Nian yang lewat. Nian dijadikan sebagai salah ucapan vokal ketika dijadikan tulisan dan menjadi hitungan tahun dengan melewati musim dingin.
Perayaaan para petani itulah yang akhirnya menjelma menjadi atraksi barongsai yang kita kenal saat ini. Inilah yang mendasari mengapa barongsai selalu hadir dalam perayaan Tahun Baru Imlek. "Maksudnya mengusir monster yang kita samakan dengan aura-aura yang buruk."
Versi Mimpi Kaisar
Asal lain dari tarian singa adalah ketika seorang kaisar dari Dinasti Qing (1644-1911), Kaisar Qianlong bermimpi di mana ada seekor makhluk aneh yang mempunyai rambut berwarna-warni telah menyelamatkan nyawanya. Ketika ia terbangun, ia menceritakan dan menggambarkan mimpinya.
Penasehatnya mengatakan bahwa makhluk yang digambarkannya itu menyerupai singa, makhluk dari Barat. Kaisar kemudian menugaskan untuk membuat singa untuk menghormati makhluk yang telah menyelamatkan hidupnya, yang akhirnya menjadi tarian singa (barongsai) setiap kali ada festival atau upacara, yang menunjukkan kemakmuran negara dan kedamaian orang-orang.
Kewelasasihan Dewi Kwan Im : Kali ini penduduk desa tidak memiliki singa untuk melindungi diri mereka sendiri. Hingga pada akhirnya para petani dapat memecahkan masalahnya setelah menemukan ide untuk membuat binatang tandingan yang palsu untuk menakutkan Nian dengan menciptakan kostum yang mirip dengan singa hingga terbentuknya barongsai (Singa).
Akhirnya masyarakat setempat sepakat membuat kostum barongsai seperti yang sering kita lihat sekarang untuk menakut-nakuti sang monster. Dan mereka berhasil menyingkirkan sang monster dengan kemampuan mereka sendiri. Dimana setiap menjelang musim dingin, penduduk setempat memainkan singa (barongsai) untuk menakut-nakuti "Nian" agar jika Nian melihatnya akan pergi ketakutan.
Legenda juga mengatakan bahwa suara keras dari drum, petasan, dan baju warna merah bisa membantu untuk menakut-nakuti "Nian" agar pergi. Hingga akhirnya, konon, Nian tidak datang lagi ke desa-desa dan peristiwa ini menjadi turun temurun hingga hari ini.
Dan kita menyambutnya sebagai kou Nian, yakni Nian yang lewat. Nian dijadikan sebagai salah ucapan vokal ketika dijadikan tulisan dan menjadi hitungan tahun dengan melewati musim dingin.
Perayaaan para petani itulah yang akhirnya menjelma menjadi atraksi barongsai yang kita kenal saat ini. Inilah yang mendasari mengapa barongsai selalu hadir dalam perayaan Tahun Baru Imlek. "Maksudnya mengusir monster yang kita samakan dengan aura-aura yang buruk."
Versi Mimpi Kaisar
Asal lain dari tarian singa adalah ketika seorang kaisar dari Dinasti Qing (1644-1911), Kaisar Qianlong bermimpi di mana ada seekor makhluk aneh yang mempunyai rambut berwarna-warni telah menyelamatkan nyawanya. Ketika ia terbangun, ia menceritakan dan menggambarkan mimpinya.
Penasehatnya mengatakan bahwa makhluk yang digambarkannya itu menyerupai singa, makhluk dari Barat. Kaisar kemudian menugaskan untuk membuat singa untuk menghormati makhluk yang telah menyelamatkan hidupnya, yang akhirnya menjadi tarian singa (barongsai) setiap kali ada festival atau upacara, yang menunjukkan kemakmuran negara dan kedamaian orang-orang.
Cerita asal lain menempatkan Singa sebagai makhluk mistis yang ada di langit. Singa adalah makhluk yang lucu dan nakal, sehingga pada suatu hari mereka menyebabkan Raja Langit kesulitan untuk mengontrolnya. Sebagai hukuman, maka Raja Langit memotong kaki dan ekor singa dan mengirim tubuhnya turun ke bumi. (Itulah alasan mengapa kostum singa hanya kepala dan ekor saja).
Kwan Yin atau Dewi Welas asih yang melihat hal ini merasa kasihan pada Singa, sehingga Dia mengubah Singa dengan menambahkan unsur-unsur mistis, dari hewan yang berbeda, dalam rangka untuk menjinakkan dan membuat Singa menjadi kekuatan untuk kebaikan.
Mengusir pasukan musuh dengan Boneka Singa
Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti Chin sekitar abad ke tiga sebelum masehi. Kesenian Barongsai mulai populer di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi.
Kala itu pasukan dari raja Song Wen Di, kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda.
Tarian Singa ada 2 jenis
Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa.
Tarian Singa terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan binatang ‘Kilin’.
Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan gong dan Tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.
Lambang dan Ciri Singa
Singa adalah hewan yang paling dihormati yang dilambangkan dengan lima warna (kuning, hitam, hijau, merah dan putih), dan menandai lima arah dari kompas Cina yang memiliki kontrol dan lima unsur kehidupan.
Hidung singa yang biasanya berwarna hijau melambangkan keberuntungan, kemakmuran dan pengaruh surga. Dihiasi di dahi Singa adalah cermin ajaib, simbol untuk menakut-nakuti roh-roh jahat dengan mencerminkan citra mereka sendiri terhadap mereka, dan juga kemampuan untuk melakukan perjalanan antara langit dan bumi. Beberapa hewan juga diwakili di kepala singa itu sendiri seperti :
Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti Chin sekitar abad ke tiga sebelum masehi. Kesenian Barongsai mulai populer di zaman dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi.
Kala itu pasukan dari raja Song Wen Di, kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda.
Tarian Singa ada 2 jenis
Tarian Barongsai terutama berfokus pada kinerja barongsai beradab. Kinerja tariannya lebih fokus pada gerakan seperti menggaruk gatal, gemetar rambut, menjilati rambut dan sebagainya.
Satu gerakan utama dari tarian Barongsai adalah gerakan singa memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah
‘Lay See’. Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan ‘Lay See’ ini berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa.
Tarian Singa terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan binatang ‘Kilin’.
Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan gong dan Tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.
Lambang dan Ciri Singa
Singa adalah hewan yang paling dihormati yang dilambangkan dengan lima warna (kuning, hitam, hijau, merah dan putih), dan menandai lima arah dari kompas Cina yang memiliki kontrol dan lima unsur kehidupan.
Hidung singa yang biasanya berwarna hijau melambangkan keberuntungan, kemakmuran dan pengaruh surga. Dihiasi di dahi Singa adalah cermin ajaib, simbol untuk menakut-nakuti roh-roh jahat dengan mencerminkan citra mereka sendiri terhadap mereka, dan juga kemampuan untuk melakukan perjalanan antara langit dan bumi. Beberapa hewan juga diwakili di kepala singa itu sendiri seperti :
- Tanduk yang berbentuk seperti burung phoenix, melambangkan simbol untuk hidup dan regenerasi, yang dikaitkan dengan mewakili unsur perempuan.
- Telinga dan ekor berbentuk seperti makhluk mistis chi-lin (diucapkan Kay-Lun) atau unicorn Cina, yang mewakili kebijaksanaan dan keberuntungan.
- Tulang belakang merupakan ular, pesona dan kekayaan.
- Punuk belakang kepala merupakan kura-kura, umur panjang.
- Dahi dan jenggot berasal dari naga, kekuatan, kepemimpinan dan unsur laki-laki.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar