|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 11 Januari 2015

Chiara Natasha Tegar dan Ikhlas 'Melepas' Kepergian Ibu, Kakak dan Adiknya

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Siapa yang tidak sedih dan berduka saat harus kehilangan dan berpisah untuk selamanya dengan keluarga yang kita cintai? Apalagi orang yang kisah kasihi itu, Ibu bersama dua saudara kita. Jelas tak bisa dibayangkan perihnya.

Perasaan inilah yang kini dirasakan Chiara Natasya Tanus, 15, yang menjadi satu-satunya anggota keluarga yang tersisa dalam keluarga Hermanto Tanus, korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. 

Chiara kehilangan kedua orang tua dan dua saudaranya yang bermaksud menjenguknya ke Singapura dalam musibah AirAsia QZ8501 pada Minggu 28 Desember 2014. Hermanto Tanus, salah satu bos Bogasari yang berdomisili di Perum Nirwana, berangkat dengan keluarganya berempat, yaitu istri dan kedua anak lelakinya untuk berlibur sekaligus mengunjungi anak perempuan mereka, Chiara Natasha (15) yang sedang menuntut ilmu di Negeri Singapura.

Namun dari empat anggota keluarga Chiara yang dinyatakan hilang, tiga di antaranya telah ditemukan Tim SAR, yakni jenazah ibu, kakak, dan adiknya. Sementara ayahnya, Hermanto Tanus (46) hingga saat ini belum ditemukan keberadaannya. 

  

Sehingga keluarga memutuskan untuk tidak menunggu Hermanto Tanus. Hari ini Ibunya, Indah Juliangsih (41 tahun), kakaknya, Nico Giovani (17) dan adiknya, Justin Giovani (9) akan dimakamkan bersama di Pemakaman Sentong Baru, Lawang, Malang, setelah disemayamkan di rumah duka Adi Jasa ruang VIP A Surabaya, selama beberapa hari, Minggu (11/1/2015), seperti dikutip dari berbagai sumber.

Diiringi puluhan mobil kerabat, sekitar pukul 09.00 WIB ketiga peti jenazah itu lalu diberangkatkan dengan 2 bus jenazah menuju Sentong Baru, Lawang, Jawa Timur, untuk segera dimakamkan.

Steven Prasasta, salah satu sepupu Chiara yang membawa foto Justin Giovanni, sesaat sebelum pemberangkatan rombongan jenazah, berkata, "Kehilangan keluarganya ini tentu membuat Chiara tertekan, sedih. Tapi sekarang Chiara terlihat lebih tegar." 


Chiara Natasya Tanus (15), putri dari Hermanto Tanus (46) dan Liangsih Indahju (41), penumpang pesawat nahas Air Asia QZ8501 terlihat tegar dan tabah selama mengikuti prosesi pemakaman Ibu dan dua saudaranya di Kompleks Pemakaman Sentong, Minggu (11/01/2015) siang.

Remaja usia 15 tahun itu terpaku melihat tiga peti jenazah berisi jenazah Indah Juliansih (41) dan kakaknya, Nico Giovani (17), serta adiknya Justin Giofanni (9), sejak awal proses pemakaman. Dengan mengenakan setelan kemeja dan jeans serba putih dan rambut terurai, Chiara datang dengan didampingi bibinya itu kini terlihat lebih tegar.
 

  

Dengan berdiri di depan tiga peti jenazah keluarganya, remaja usia 15 tahun yang kehilangan semua keluarga intinya itu, terlihat terpaku melihat tiga peti jenazah berisi jenazah Ibunya, Indah Juliansih (41) dan kakaknya, Nico Giovani (17), serta adiknya Justin Giofanni (9), sejak awal proses pemakaman. 

Sesekali, tampak dia menyalami dan memeluk satu persatu saudara dan kerabat yang datang juga tersenyum pada keluarga dan rekan-rekan keluarganya. Namun Siswi Methodist Girls School di Singapura itu, tak sekalipun mengeluarkan air mata selama prosesi pemakaman yang digelar dengan tata cara Katholik

Meski tegar, namun Chiara tidak dapat menutupi kesedihan yang membalut wajahnya, dia terus didampingi kerabat lain. Tatapan kosong seringkali terlihat ketika pemuka agama memimpin upacara pemakaman. Hal sama terlihat pada keluarga lain, mereka tabah menerima peristiwa pahit ini.
 
Selama prosesi doa misa, gadis berambut panjang ini terlihat mendekap erat foto ibunya semasa hidup. Meski selama prosesi ini ia menghindari wartawan, namun senyum Chiara seakan memperlihatkan ketabahan episode hidupnya. Lantunan doa misa kematian terdengar khidmat mengiringi penghormatan terakhir tiga jenazah korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ 8501, Minggu (11/1/2015).

  

Meski begitu, raut kesedihan diwajahnya terlihat jelas. Terutama, saat ia berdoa untuk terakhir kalinya di hadapan peti jenazah ibunya dan menabur bunga. Saat itu wajahnya memerah, dan tampak murung.Diakhir pemakaman, baru wajah sumrigah terlihat pada Chiara. Kala itu, proses pelepasan tiga merpati akan dilangsungkan. Petugas pemakaman Adi Jasa pun memberikan tiga burung warna putih itu.‎

Seluruh keluarga dan kerabat yang datang juga ikut mengabadikan penghormatan ini untuk berfoto bersama Chiara sambil memeluk dan memberikan semangat baru padanya. Sikap itu lalu mereda setelah ia diajak keluarga besarnya untuk melepas tiga burung merpati, sebagai simbol kembalinya ibu, adik dan kakaknya ke nirwana.

Seekor burung dilepas oleh Bambang kerabat Indah Juliansih, dan dua burung dilepaskan Chiara. "Ini burung satunya kecil, satunya besar," ucap Chiara sembari tersenyum.

Mungkin ungkapan itu sebagai tanda ‎dirinya ikhlas melepas kepergian kakak serta adik kandungnya.
Meski demikian, satu-satunya putri dari Vice President Finance Bogasari ini menolak untuk berkomentar pada wartawan. Ia memilih diam meskipun diberondong serangkaian pertanyaan oleh wartawan yang meliput pemakaman ini sedari awal.
 

Fanny, salah satu perwakilan dari keluarga menjelaskan Chiara masih dalam keadaan berduka. Keluarga mengharapkan Hermanto Tanus, ayah Chiara segera bisa ditemukan.
 

"Saya mohon maaf, Chiara masih  berduka," kata dia.

"Kami ingin keluarga lain, bisa segera ditemukan," ungkap Fanni kerabat Chiara usai pemakaman.
Fanny lalu menjelaskan keinginan keluarga besar Chiara adalah ditemukannya jasad ayah Chiara, Hermanto Tanus. Selain itu, ia pun berharap agar jasad ketiga orang yang telah disemayamkan bisa diterima di sisi Bapa.

Fanni menjelaskan, Chiara tetap bersekolah di Singapura. Karena sudah menjadi keputusan dan keinginannya. 


"Masih nanti bersekolah di Singapura," tutup Fanni seraya enggan meneruskan wawancara.

Selain dihadiri oleh keluarga dekat, prosesi pemakaman di sini juga dihadiri oleh beberapa petinggi, serta pegawai Bogasari.

Mereka juga turut memberikan penghormatan terakhir pada keluarga atasannya, Hermanto Tanus, yakni Indah Juliangsih (41), Geovani Nico (17) dan Geovani Justin (9). Ketiga orang ini dimakamkan di kawasan yang sama, namun beda pusara.


Sementara itu, Hingga hari pemakaman keluarganya, Minggu (11/1/2015), gadis berusia 15 tahun itu masih tetap didampingi seorang psikolog utusan Pemkot Surabaya itu.

Yohanes, paman Chiara, mengatakan psikolog itu selalu berada di samping Chiara sejak pesawat yang ditumpangi keluarganya dipastikan terjatuh di Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

"Kondisi emosinya berangsur membaik, namun masih tetap didampingi psikolog," katanya, Minggu (11/1/2015).

"Keluarga memutuskan tidak menunggu jenazah ayahnya ditemukan," jelas Yohanes.

Sebelumnya, di lokasi pemakaman, petugas sudah menyiapkan tiga liang lahat yang sudah rapi dengan dinding semen. Sebuah tenda besar dan beberapa bangku juga sudah tersedia bagi keluarga yang turut menghantar jenasah mereka ke Malang ini, seperti dikutip dari malangtimes.com.

Seorang petugas pemakaman Sentong Raya membenarkan jika tiga liang lahat sisiapkan untuk pemakaman Ibu dan kedua anak korban AirAsia itu.

"Hari ini ada tiga liang yang sudah disiapkan. Jenazah berangkat dari Surabaya pagi tadi. Mereka satu keluarga asal Surabaya," kata Yon, pengurusan kompleks pemakaman Sentong Baru, Lawang.

Ia menambahkan area pemakaman itu baru dipesan setelah ada kabar penemuan jenazah korban AirAsia. Pembuatan liang lahat dan persiapan pemakaman bahkan baru disiapkan Sabtu (10/1/2015) setelah jadwal pemakaman ditentukan.

Keluarga besar SMA Kosayu tempat sekolah korban berharap semua korban AirAsia bisa diketemukan.

"Kami berharap ada mukjizat dan semua bisa diketemukan," kata Romo Willy Malim Batu, Ketua Yayasan Santo Yusuf, Malang.

Sobat, Sedih tak dapat terbendung, duka pun tak dapat berpaling. Rasa duka atas jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501, tak hanya bagi keluarga penumpang dan kru,
tapi rasa duka itu juga dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat di Indonesia. 

Walaupun bukan saudara atau kerabat yang kita kenal, namun sebagai sesama manusia tentunya duka yang mereka rasakan dapat kita rasakan karena ada sesama kita yang harus menerima musibah ini. Kita harus bisa saling mendoakan satu sama lain. Saling memberikan harapan, layaknya cahaya lilin di kegelapan. 

Namun, jika garis tangan itu sudah dituliskan oleh Tuhan, semoga seluruh keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan untuk menerima kenyataan yang ada, karena kematian adalah bagian akhir hidup manusia yang harus dilewati semua orang. Kapan dan bagaimana cara Tuhan memanggil tak seorang pun tahu. 

Kematian memang menyakitkan, terutama bagi yang ditinggalkan. Apalagi selama hidup ada hubungan batin atau kedekatan mendalam dengan yang dipanggil Tuhan. Semoga Chiara lebih tabah menghadapi cobaan ini dan Ayahnya segera ditemukan. Salam kebajikan

1 komentar:
Write komentar