KEBAJIKAN (De 德) - Kerap melihat anak-anak yang begitu mudahnya menyerah saat menemui kegagalan, langsung menghindar atau mengeluh begitu menemui kesulitan. Terlintas dalam pikiran kita, anak-anak ini kelak setelah dewasa akan mengembangkan karakter yang mudah menyerah, tak bernyali dan rendahnya kesabaran saat memenui kegagalan, seperti dilansir dari efochtimes.
Dalam suatu kegiatan pariwisata bersama siswa, sebanyak 39 siswa pada awalnya menunjukkan semangat yang positif, namun, kurang dari setengah hari kemudian, beberapa siswa tampak mulai kelelahan, tidak ingin melanjutkan lagi. Ketika ditanya apa alasannya, ada siswa yang merasa sangat lelah, ingin istirahat sejenak, sementara sebagian besar siswa lainnya masih tampak besemangat, tidak bermaksud untuk istirahat.
Seorang siswa selalu mengeluh tentang lingkungan yang tidak nyaman : “Guru, nyalain AC ya! Panas nih!”. Sementara itu, siswa yang lain yang selalu menyerah setiap saat menemui kesulitan, bahkan menangis sambil berkata : “Huhuhu…. Guru, saya tidak bisa, bu guru bantu saya ya ......” Bahkan ada yang kerap menyuruh orang lain melakukan pekerjaannya dengan marah berteriak : “Saya tidak mau mengerjakannya lagi, cape sekali….”
Begitu membayangkan performa banyak anak-anak muda, sikap kerja mereka pada umumnya tidak sanggup menjalankan pekerjaan yang berat, begitu pekerjaannya sedikit bertambah banyak, langsung mengeluh, “tidak sanggup lagi”, “tidak mau kerja lagi”. Sedangkan pada hari-hari biasa, begitu merasa sedikit tidak nyaman di badan, langsung minta izin sakit tidak masuk kerja, tidak tahan dengan derita.
Banyak anak-anak muda zaman sekarang tidak sanggup menahan cobaan, mereka terlalu menyayangi diri sendiri, terlalu pandai melindungi diri sendiri, acapkali mudah menyerah begitu menemui kegagalan, tidak akan membiarkan fisik atau mental dirinya mendapatkan tekanan atau cobaan apa pun. Dan menghindar, menyerah, melemparkan tanggung jawab adalah cara yang umum mereka lakukan dalam mengatasinya.
Anak-anak bisa menjadi sosok seperti itu, sebagian besar disebabkan oleh metode pendidikan orangtua yang tidak tepat. Apakah orangtua bisa secara tepat menangani hal terkait, adalah masalah yang sangat penting bagi orangtua dalam menegakkan anak-anaknya kelak apakah berani menghadapi kegagalan atau kesulitan.
Acapkali, ketika anak-anak terjatuh atau menemui kegagalan, kebanyakan orangtua dengan penuh kasih sayang akan segera menggendongnya atau mengambil alih permasalahanya, akibatnya, hal itu membuat anak-anak berpikir bahwa terjatuh atau terluka itu tidak boleh terjadi, adalah hal yang tidak bisa diterima.
Sebenarnya, ketika anak-anak terjatuh, terluka atau gagal di tengah jalan, jangan buru-buru mengulurkan tangan, biarkan anak-anak mencoba berdiri sendiri, sementara peran yang harus dimainkan orangtua adalah sebagai seorang pemberi semangat, pendamping, jika perlu, boleh membantu mencari solusinya. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar